ABOUT ISLAM

Minggu, 12 Juni 2011

MEMBANGUN PERCAYA DIRI

Allah SWT berfirman, “Sungguh Kami (Allah) menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk” (QS.95:4).


Firman Allah SWT dalam QS.95:4 menunjukkan, bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang percaya bahwa dirinya diciptakan Allah SWT dalam sebaik-baik bentuk. Oleh karena itu, seorang manusia harus percaya bahwa dirinya dapat dipercaya; dan untuk itu ia harus bersungguh-sungguh membangun percaya diri.


Percaya diri adalah suatu kondisi ketika seseorang meyakini, bahwa: Pertama, dirinya mampu melakukan sesuatu dengan baik. Kemampuan, adalah kualitas atau keahlian fisikal (bersifat fisik) atau mental (bersifat non fisik) yang dibutuhkan dalam melakukan sesuatu.


Kualitas ini perlu diperlihatkan melalui pembuktian atas hasil terbaik atau tertinggi yang dapat dicapai ketika melakukan sesuatu. Bila kemampuan dirasa kurang, maka ia perlu memperbaiki kemampuannya agar tercapai standar kemampuan yang dibutuhkan.


Kedua, dirinya dapat dipercaya sebagai orang yang mampu memberikan hasil terbaik. Kepercayaan, adalah keyakinan bahwa seseorang dipandang mampu untuk memberikan hasil terbaik. Keyakinan didasarkan pada pemikiran, yang menunjukkan kebenaran atas pandangan tentang kemampuan orang tersebut.


Sementara itu, kebenaran pandangan didasarkan pada adanya kondisi nyata tentang kemampuan seseorang. Dengan demikian, agar dapat memperoleh kepercayaan sebagai orang yang mampu memberikan hasil terbaik, maka seseorang perlu membangun keyakinan orang lain atas dirinya, dengan menunjukkan kebenaran, melalui kondisi nyata atas kemampuan terbaiknya.


Ketiga, dirinya memiliki sesuatu yang secara potensial dapat menghasilkan sesuatu yang baik. Potensi, adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki peluang atau kemungkinan untuk mewujudkan kualitas terbaik atas sesuatu.


Potensi dapat mewujud bila seseorang berkenan mengoptimalkan energi, dan kekuatan dengan sepenuh hati. Energi, adalah kemampuan untuk menjadi sangat aktif dan tidak cepat lelah. Sementara itu, kekuatan adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain melalui keberhasilan mewujukan sesuatu yang terbaik.


Percaya diri hendaknya dimiliki manusia, karena Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Sebesar apapun kesalahan seorang manusia, sepanjang ia bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya maka Allah SWT akan mengampuninya.


Rasulullah Adam AS melakukan satu kali kesalahan, maka ia dikeluarkan dari surga. Sementara itu, manusia akhir zaman melakukan banyak kesalahan, tetapi ingin masuk surga. Maka apabila digunakan logika manusia, maka hal ini tidak mungkin.


Tetapi surga adalah hak Allah SWT. Oleh karena itu, Allah SWT melalui firmannya dalam Al Qur’an, yang juga dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadist menyatakan; bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa sebesar apapun yang disandang seorang muslim, sepanjang muslim tersebut berkenan bertaubat dengan sesungguh-sungguhnya.


Inilah bukti, bahwa Allah SWT Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun; maka bangunlah percaya diri!


Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...

Minggu, 05 Juni 2011

MEMAKNAI SUKSES

“Sukses” haruslah dimaknai dengan tepat, karena beberapa orang seringkali keliru dalam memaknai “sukses”. Apabila kurang berhati-hati dalam memaknai “sukses”, seseorang dapat terjebak pada makna palsu.


Dalam maknanya yang palsu, “sukses” seringkali dimaknai sebagai keberhasilan seseorang dalam mengumpulkan harta, mencapai peringkat tertinggi dalam hal pangkat, jabatan, dan gelar (sosial dan akademik), serta mampu membangun keluarga dalam jumlah anggota yang relatif besar.


Sesungguhnya makna “sukses” tidaklah sesempit itu. Sesungguhnya makna “sukses” sangat esensial, bersifat saripati atau bersifat intisari. “Sukses” sesungguhnya, atau sukses yang sebenar-benarnya sukses, adalah ketika seseorang mampu melakukan dua hal penting dalam hidupnya, yaitu: Pertama, beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, memberi manfaat optimal kepada orang lain dan lingkungannya.


Oleh karena “sukses” dapat dimaknai dengan benar (sesungguhnya) dan dapat pula dimaknai secara keliru (salah), maka setiap orang perlu berikhtiar untuk sukses (berhasil) dalam memilih makna “sukses” yang benar, atau sukses yang sesungguh-sungguhnya sukses. Dengan kata lain setiap orang harus sukses dalam memaknai “sukses”.


Setelah berhasil memaknai “sukses” dengan benar, maka ia akan mengetahui adanya “jalan” yang berbeda dalam mencapai sukses semu (salah atau keliru) dengan sukses sesungguhnya (benar atau tepat). Hal ini berarti setiap orang harus sukses memilih “jalan” menuju sukses. Dengan kata lain setiap orang perlu SMS (Sukses Menuju Sukses).


Menurut Abdullah Gymnastiar, agar mencapai sukses, yaitu ridha Allah SWT, maka setiap manusia hendaknya perlu hidup dalam tiga dimensi, yaitu: Pertama, dimensi dzikir, yang menekankan keikhlasan dan penyerahan diri kepada Allah SWT. Kedua, dimensi pikir yang menegaskan pentingnya rasionalitas dalam setiap tindakan keseharian seseorang, sehingga setiap langkah merupakan bagian dari perencanaan yang matang. Ketiga, dimensi ikhtiar yang menekankan pentingnya etos kerja, melalui hidup penuh kesungguhan dan kerja keras tanpa kenal putus asa.


Masih menurut Abdullah Gymnastiar, “Kalau kita mau sukses, kunci pertama adalah jujur, karena dengan bermodalkan kejujuran, orang akan percaya kepada kita. Kedua, professional. Kita harus cakap sehingga siapapun yang memerlukan kita merasa puas dengan yang kita kerjakan. Ketiga, inovatif, artinya kita harus mampu menciptakan sesuatu yang baru, jangan hanya menjiplak atau meniru yang sudah ada.”


Selamat mencoba, dan semoga Allah SWT berkenan meridhai...