ABOUT ISLAM

Sabtu, 30 Januari 2010

PROTECTS AND ENDORSES

Islamic values have the concept of dual ownership. First, the concept of ownership by human being. Islamic values protects and endorses the personal right to own, what one may freely gain, through legitimate means, as a sacred right. Rights to land are part of a broader set of property rights.
Second, the concept of ownership by God (Allah). Human ownership is tempered by the understanding that everything belongs to God. The state assumes land ownership on behalf of God, but for the benefit of the community.
In Islamic values, property relationships are considered social relations, are called "mu'amalat". Islamic property right incorporate a redistributive element, which is evident in institutions such as the endowment (waqf), and charity (zakat).
The land rights framework in Islamic values is circumscribed not only by external human rights and development strategies promoting a just and equitable society, but equally by internal dynamics. These religious dimensions of land internalised and incorporated into property transactions.
The Holy Qur'an mandates respect for property rights of all persons regardless of religious faith. Islamic values insistence, that ownership of everything belongs to God alone signifies that ownership is subject to equitable and redistributive principles.
The divine ownership is coupled with repeated The Holy Qur'an to the effect that all of humanity benefits from nature's resources. In Islamic values, the poor have right against the state as well as the wealthy.

Kamis, 28 Januari 2010

LAWAN PENISTAAN TERHADAP ISLAM

Selama ini penistaan terhadap Islam melalui berbagai bentuk aliran sesat dapat dipatahkan dengan menggunakan Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965. Hal ini dikarenakan, undang-undang ini menetapkan untuk tidak menceritakan, menganjurkan, atau mengusahakan dukungan untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia, atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu, yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.
Ironisnya ada beberapa LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang mengajukan judicial review (pengujian) terhadap undang-undang ini ke Mahkamah Konstitusi. Untuk itu, Mahkamah Konstitusi telah menjadwalkan sidang pleno pada hari Kamis tanggal 4 Pebruari 2010 di gedung Mahkamah Konstitusi. Oleh karenanya, Umat Islam perlu merapatkan barisan menghadapi rongrongan beberapa LSM tersebut, yang cenderung memusuhi nilai-nilai Islam. Dalam beberapa hari ini, Umat Islam hendaknya bersungguh-sungguh memohon kepada Allah SWT, agar Allah SWT berkenan melindungi Islam dari penistaan. Sementara itu, sebagian Umat Islam yang tergabung dalam berbagai organisasi massa Islam, hendaknya mempersiapkan langkah-langkah konstitusional untuk melawan upaya merongrong Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
Upaya mempertahankan Undang-Undang Nomor 1 PNPS Tahun 1965 diperlukan, karena: Pertama, bila undang-undang ini dicabut, orang akan bebas menghujat agama dengan alasan demokrasi dan hak asasi manusia. Padahal adalah hak penganut suatu agama untuk mempertahankan agamanya.
Kedua, bila undang-undang ini dicabut, maka kemurnian suatu agama akan rusak, karena dicampur-adukkan dengan kesesatan dan maksiat. Oleh karena itu, seharusnya undang-undang ini justru diperkuat.
Allah SWT berfirman, "Orang-orang kafir tidak henti-hentinya berusaha memerangi kalian, hingga mereka berhasil mengeluarkan kalian dari agama kalian. Jika saja mereka mampu" (QS.2:217).

Jumat, 22 Januari 2010

TIDAK ADA JAMINAN DARI MANUSIA

Tanggal 20 Januari 2010 nasabah bank di Indonesia dibuat khawatir oleh adanya berita kriminal tentang pembobolan ATM (Automatic Teller Machine) beberapa bank, di beberapa kota di Indonesia. Berita ini mengingatkan saya pada kisah istri saya beberapa bulan sebelumnya, yang terpaksa batal menabung di salah satu bank (syariah), karena diwajibkan membuka ATM. Padahal saat itu, istri saya sedang tidak berkenan membuka ATM.
Uniknya petugas bank tetap mendesak istri saya untuk membuka ATM. Selanjutnya, ketika istri saya tetap tidak bersedia membuka ATM, petugas bank dengan sombongnya membanggakan kecanggihan ATM. Dengan sombong petugas bank menyatakan, bahwa ATM dijamin aman. Bahkan dengan nada menghina, petugas bank menyatakan, bahwa nasabah yang tidak membuka ATM adalah nasabah yang ketinggalan zaman (kuno).
Allah SWT menjelaskan, "Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong, dan membanggakan diri" (QS.4:36). Untuk itu, Allah SWT mengingatkan, "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar" (QS.9:119).
Sesungguhnya, penggunaan ATM baik-baik saja, sepanjang tidak disertai kesombongan dan keyakinan berlebih-lebihan terhadap kecanggihan teknologi ini. Termasuk, bila ATM menggunakan teknologi chip. Sebagaimana pesan Allah SWT, bahwa Allah tidak menyukai kesombongan (lihat QS.4:36).
Silahkan menggunakan ATM, tapi nasabah tetap harus berhati-hati, dan karenanya tetap harus terus menerus memohon perlindungan dari Allah SWT. Bila doa telah dipanjatkan, dan ikhtiar telah dioptimalkan, namun musibah tetap datang menimpa, maka ikhlaslah. InsyaAllah akan datang pengganti (rizki) yang lebih baik dan lebih berkah dari Allah SWT.
Ketahuilah, tidak ada jaminan dari manusia, karena yang dapat memberi jaminan bagi semesta alam hanyalah Allah SWT. Selamat berikhtiar...

Jumat, 15 Januari 2010

THE ULTIMATE OBJECTIVE

Spread over 57 moslem majority countries, and as significant minorities in the West, and from China to Russia, the estimated 1.2 billion moslems comprise a fifth of the world's population. The lived experiences of moslems, their socio economic conditions, political affiliations, and religious practice can not be essentialised or simplified.
Islamic economics begin with abundance of resources, and assumes the limited needs of individuals. Accordingly, the problem of scarcity in classical economics is due to unnatural assumption of unlimited needs created by artificial means such as advertising. Islam imposes legal and moral restrictions on totality of human behavior, including individuals' needs.
Unity of mankind is an essential of the fundamental Islamic concept, "the God is One", and then "mankind is also one". The distinctions created by nationality, race and color are artificial, and have no place in religion, which stands for human brotherhood. The Holy Qur'an clearly states, that people were created as one nation, but became divided because of their differences (look Qur'an, 10:19). Conflict of interest, prejudices, exploitation, and misuse of power have taken their toll in dividing mankind. However, the ultimate objective of Islam is to reunite all of them (look Qur'an, 11:119).
Individual moslem's choices are subordinate to collective interests of a larger Islamic community. Accordingly, the collectivist social and religious norms of Islam guide the economic behavior of individual moslems.
In Islam, the earth and its resources belong to God, and moslems are only obligated to protect these resources for future generations. Consequently, Islamic values will not allow one to benefit from these resources, and impose cost on others. A complete application of Islamic values will eliminate the problem of negative externalities, and provide a safeguard for environmental protection.

Sabtu, 09 Januari 2010

TOLAK PLURALISME, TEBARKAN RAHMATAN LIL'ALAMIIN

Beberapa hari setelah Gus Dur (KH. Abdurrahaman Wahid) meninggal dunia muncul eforia kepahlawanan bagi dirinya. Beberapa tokoh nasional menawarkan beberapa sebutan baginya, antara lain: bapak pluralisme, dan ikon pluralisme.
Dalam perspektif kritis Islami, tawaran beberapa tokoh nasional ini merisaukan, sebab pluralisme bertentangan dengan nilai-nilai Islam, sehingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwanya No.7/MUNAS VII/MUI/11/2005 telah menetapkan hukum "haram" bagi pluralisme, sekularisme, dan liberalisme.
Banyak tokoh nasional tidak kritis dalam memaknai terminologi (istilah) "pluralisme" atau "pluralism" yang disusupkan ke Indonesia. Mereka gagal mengenali bahaya laten yang disembunyikan dalam pluralisme. Faham ini seringkali disalah-artikan sebagai faham yang toleran terhadap berbagai perbedaan pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban, dan lain-lain.
Sesungguhnya pluralisme, adalah faham yang berupaya meruntuhkan "truth claim" (klaim kebenaran) yang mendasari suatu agama. Melalui faham ini diupayakan agar manusia menganggap semua agama benar, sehingga tak diketahui lagi bedanya antara benar dengan salah. Target berikutnya dari faham ini adalah melemahkan konsepsi kebenaran Umat Islam atas agamanya (Agama Islam), sehingga Umat Islam tidak lagi sepenuhnya mengakui kebenaran Agama Islam, karena agama lain juga benar.
Kondisi ini tentu menguntungkan Barat (Amerika Serikat, Inggris, Israel, dan sekutu-sekutunya) yang gemar melakukan kedzaliman di dunia (lihat kasus Palestina, Afghanistan, Iraq, Abu Ghraib, dan Guantanamo), karena satu-satunya komunitas manusia yang terus bersikap kritis terhadap Barat dengan berbasis agama (sehingga tak mudah ditipu dengan permainan media massa), adalah Umat Islam. Apabila keberagamaan Umat Islam menurun atau tersesatkan, maka Baratlah yang paling banyak mengambil keuntungan, karena mereka dapat leluasa berbuat kedzaliman di muka bumi (alam semesta), tanpa khawatir ada pihak yang mengetahui kedzalimannya.
Sesungguhnya, memeluk suatu agama adalah pilihan manusia yang bersifat asasi (sesuai dengan Hak Asasi manusia). Ketika memilih suatu agama tertentu maka manusia yang bersangkutan telah mempertimbangkan tingkat kebenaran, kebaikan, dan keindahan agama tersebut. Oleh karena itu, truth claim suatu agama adalah hal yang wajar dan bersifat asasi (sesuai dengan Hak Asasi Manusia).
Dalam Agama Islam, truth claim tidaklah dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan pengikutnya. Dengan kata lain, dalam Agama Islam, truth claim tidaklah dilakukan oleh manusia, melainkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT. Tepatnya, Allah SWT-lah yang melakukan truth claim, atau menyatakan kebenaran Agama Islam dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Oleh karena itu, siapapun di dunia ini, tidak boleh memprotes Umat Islam atas truth claim yang dilakukannya, karena Umat Islam hanya menyampaikan dan melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT, termasuk truth claim yang dilakukan Allah SWT.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam" (QS.3:19). Pada bagian ayat yang lain dalam Al Qur'an, Allah SWT menerangkan, bahwa Allah SWT menolak siapapun yang memeluk agama selain Islam (lihat QS.3:85). Allah SWT menolak truth claim yang dilakukan penganut agama selain Islam dalam QS.9:30-31, dan Allah SWT memandang orang-orang yang menolak memeluk Islam sebagai orang-orang kafir (lihat QS.5:72). Allah SWT menjelaskan, "Mereka menyembah selain Allah, tanpa keterangan yang diturunkan oleh Allah. Mereka tidak memiliki ilmu, dan tidaklah orang-orang dzalim itu memiliki pembela" (QS.67:71)
Oleh karena itu, Umat Islam menolak pluralisme (faham semua agama benar), namun mengakui dan menghormati adanya pluralitas (keaneka-ragaman agama yang dianut manusia). Bagi Umat Islam, upaya untuk menggalang kerjasama dan mereduksi konflik antar umat beragama, bukanlah dengan menebarkan pluralisme; melainkan dengan menebarkan semangat rahmatan lil'alamiin (memberi manfaat optimal bagi alam semesta).
Penebaran rahmatan lil'alamiin, tidak akan mengorbankan aqidah, ibadah, muamallah, adab dan akhlak; karena rahmatan lil'alamiin adalah buah dari aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak.
Allah SWT berfirman, "Hai manusia! Sesungguhnya Allah menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, serta Allah menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian, adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah" (QS.49:13).
Dengan demikian, bagi Umat Islam, dalam konteks ini, tidak ada kata lain, selain, "Tolak Pluralisme, Tebarkan Rahmatan Lil'alamiin."

Sabtu, 02 Januari 2010

WHO TO BE PRAISED

All prophets from Adam until Muhammad (peace be upon them) came to preach the same religion, which continued to grow and grow, until it reached perfection at the hand of The Prophet Muhammad. He was foretold in earlier scriptures, i.e. The Holy Bible. Thus Christians and Jews ought to recognize, that he was the final prophet of God (Allah).
This phenomenon has a symbolic, that God has commanded people to praise God, with follow a man who to be praised. This man is The Prophet Muhammad, who bring Islam from God to peoples. Islam is true religion ordained by God, and the only religion prevailing over all other religions.
The core of moslems identity are their status as worshipers of God. Through The Holy Qur'an 51:56, God said that God have only created human (man and women) that they may serve or worship of God. This is make every moslems are focused to create a benefit for the universe, or to create humanity in the world.
Now, compare with the act of west government (USA, NATO, and Israel) who destruction of humanity in the world. The west civilization since 14-th century until now, had killed millions moslem people, and destruction many village, country, state, and region of moslem. Ancient colonialism and imperialism since 14-th century until 19-th century, and modern colonialism and imperialism since 19-th century until now, was evidences about the worst of the west civilization. Phenomenons on Palestine, Afghanistan, Iraq (include Abu Ghraib scandal), and Guantanamo was evidences about this worst civilization (look at Qur'an, 2:120).
The west civilization has fallen to build humanity in the world, when they killed millions moslem people in the world. Now, the world need Islam to build humanity, with Islamic values, as the ultimate values from God to peoples in the world (universe).
Most people know that The Holy Qur'an is the holy book on Islam. The Holy Qur'an is a human guidance book to live and life in the universe (world). Moslem grant a very high place to honor to The Holy Qur'an in their mind, hearts, and lives.
Moslems know that The Holy Qur'an is perfect, and they know that The Holy Qur'an is the complete revelation of God to mankind. The facts have proved that The Holy Qur'an is held to be flawless, completely unassailable in what it says, and both in fact and doctrine. Because of this completeness and perfection, Islam had to become the ultimate religion, the final religious revelation from God to mankind, and superseding all previous belief system.
God has stated, "And whosoever desire a religion other that Islam, never will it accepted of him/her religion, and in the hereafter he/she will be in the ranks of those who are lost" (Qur'an, 3:55). God also has stated in The Holy Qur'an, "And to thee. We have sent the Book (The Holy Qur'an) in truth. This Qur'an confirming the scripture that came before it, and a witness over it" (Qur'an, 5:48).

Jumat, 01 Januari 2010

PESTA API

Fenomena tahun baru 2010 diwarnai oleh pesta kembang api, lilin, api unggun, obor, petasan, dan lain-lain yang berbasis api. Hal ini biasanya masih dilengkapi dengan minuman keras, atau "air api". Inilah kondisi peringatan tahun baru masehi, yang dirayakan banyak orang setiap tahun, yang hampir tak pernah disertai pemikiran kritis. Oleh karena itu, perayaan ini dapat pula disebut sebagai "pesta api".
Sesungguhnya fenomena peringatan tahun baru masehi cenderung nampak sebagai bentuk transformasi jahiliah di masa kekinian. Tradisi jahiliah sangat akrab dengan pemujaan terhadap api. Bagi masyarakat jahiliah api adalah sesuatu yang harus dipuja, karena ia difahami sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, memuja Dewa (Dewi) Api merupakan keharusan bagi masyarakat jahiliah.
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat jahiliah menyadari adanya "api besar" yang tak pernah padam, yaitu "matahari". Sejak itulah, masyarakat jahiliah menyembah matahari yang dipersonifikasikan sebagai Dewa Matahari. Masyarakat jahiliah sangat memuja matahari, bahkan tradisi Romawi menyediakan hari khusus bagi peribadatan menyembah Dewa Matahari, yang dalam Bahasa Inggris disebut "sunday" (hari matahari). Oleh karena itu, agama-agama yang kemudian berkembang dalam tradisi Romawi selalu berbasis pada "theologi matahari". Bila Dewa Matahari memiliki istri dan anak, maka agama yang berkembang kemudian juga menganut konsep, bahwa Tuhan itu beristri dan beranak. Sehingga yang berkembang kemudian bukan hanya "sunday" (hari matahari), namun juga dikembangkan konsepsi "son of god" (anak tuhan).
Dalam perspektif Islam, atau perspektif yang berbasis pada nilai-nilai Islam, maka konsepsi Dewa Api dan Dewa Matahari sangat ditolak, sehingga fenomena "pesta api" juga ditolak. Ada kewaspadaan yang mengingatkan manusia pada simbolisasi Iblis, ketika dilakukan analisis terhadap fenomena "pesta api".
Pada suatu momen yang tercatat dalam Al Quran, ketika Allah SWT memerintahkan Iblis untuk menghormati Adam, Allah SWT berfirman, "Apakah yang menghalangimu untuk menghormati Adam, saat Aku (Allah) menyuruhmu?" Lalu Iblis menjawab, "Saya (Iblis) lebih baik daripada dia (Adam), sebab Engkau (Allah) ciptakan saya dari api, sedangkan dia dari tanah" (lihat QS.7:12).
Akibat pembangkangannya kepada Allah SWT, maka Iblis dimurkai oleh Allah SWT, dan akan diberi hukuman. Namun Iblis memohon penangguhan hukuman kepada Allah SWT (lihat QS.7:14), yang oleh Allah SWT permohonan itu kemudian dikabulkan. Uniknya, Iblis selanjutnya bukan berkomitmen untuk memperbaiki diri (untuk menggapai ridha Allah SWT), melainkan berkomitmen untuk menyesatkan Adam dan keturunannya (lihat QS.38:82). Berdasarkan informasi Al Qur'an tersebut, maka diketahui bahwa kemeriahan "pesta api" tahun 2010 merupakan salah satu indikator tingkat pencapaian Iblis dalam menyesatkan manusia.
Allah SWT telah mengingatkan manusia untuk berhati-hati terhadap tipudaya (bisikan) Iblis, dan tipudaya sebagian manusia yang menjadi pengikut Iblis (lihat QS.114:1-6). Namun demikian, Allah SWT memberi jaminan, bahwa jika manusia berpegang dengan sungguh-sungguh pada nilai-nilai Islam, atau menjadi manusia bertaqwa, maka ia akan terhindar dari tipudaya Iblis dan pengikutnya. Sesungguhnya Iblis dan pengikutnya tidak akan mampu menipudaya seorang manusia yang bertaqwa.
Hasil kerja Iblis pada akhirnya akan mengelompokkan manusia dalam dua golongan, yaitu golongan orang-orang yang bertaqwa, dan golongan orang-orang yang sesat. Golongan orang-orang yang bertaqwa akan tunduk pada perintah dan kehendah Allah SWT (yang tertuang dalam Al Qur'an dan Al Hadist), sedangkan golongan orang-orang yang sesat akan menentang perintah dan kehendak Allah SWT.