ABOUT ISLAM

Jumat, 26 Februari 2010

PAST OR PRESENT

If moslems are not critical, they can be fooled by writings of Francis Fukuyama titled "The End of History and The Last Man" (1992), which describes the victory of Capitalism and Liberal Democracy (CLD) against Communism and the Socialist (CS). If moslems are not critical, so they can be fooled, as if CS collapsed because of superior values CLD.
Actually, really not the case. CS collapsed, because of the fragility of the values championed and practiced. Uniquely, the vulnerability is also present in the values championed and practiced by CLD.
The battle between the CLD with CS, is like a boxing match between two people suffering from malnutrition. These two boxers will both fall due to starvation (hunger core values). In other words, these two boxers are equally vulnerable (vulnerability of conception), and not worthy of boxing (in competition).
One boxer (CLD) claims to have managed to knock the other boxer (CS). Indeed, the other boxer (CS) collapsed due to hunger, not because of being punched by his opponent (CLD). Then boxer who claim to be the winner (CLD) fell after the announced as the winner, as well as starvation.
So CLD and CS both fell, because of hunger (hunger primary values), not because each drop. Thus, there is no great CLD (Capitalism and Liberal Democracy).
Indeed, CLD synonymous with the tradition of darkness, when the Islamic values is not detected by humans. It is not the conception of the glorification of capital owners, which one human against another human being, the economy of interest, voting in a set way of error, adultery, worship man by man, and the forms of other error has been there since long ago (age of darkness). Thus, there is no great in CLD (Capitalism and Liberal Democracy).
Therefore, Allah (God) says, "That was a people who have past, what it has earned for him, and you (moslem) what you earn, and you will not be questioned about what responsibility they have done" (Qur'an 2:141).
Based on the words of Allah is known, that the people who apply the Islamic values (moslem) are the people of today. While, people who are not willing to apply the Islamic values are the people of the past.
If at the present there are people (or society) are not willing to apply the Islamic values, then it is the past people (or society) who live today. They are not the people (or society) actually present, because they follow the values are the past (the values before Islamic values come).
People of the past failed to understand the truth, not willing to worship Allah, in arranged damaged of social interaction, and do not have manners to conduct to use (see the violence by NATO, USA, and Israel in Afghanistan, Iraq, and Palestine). This is because they reject the Islamic values, as stipulated in The Holy Qur'an and Al-Hadith.

Sabtu, 20 Februari 2010

PEMIMPIN ZAMAN AKHIR

Ketika para sahabat bertanya tentang kondisi zaman akhir (menjelang Hari Kiamat), Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda, "Akan menimpa manusia tahun-tahun penuh dusta, di mana pendusta dibenarkan, dan yang benar didustakan. Si Pengkhianat diberi amanah, dan si Jujur dikhianati. Pada masa itu Ruwaibidhah pandai mengumbar kata-kata." Para sahabat lalu bertanya, "Siapakah Ruwaibidhah itu, yaa Rasulullah?" Rasulullah Muhammad SAW menjawab, "Ruwaibidhah adalah manusia bodoh, yang memegang jabatan publik," (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

Diskusi Rasulullah Muhammad SAW dengan para sahabatnya tentang kondisi zaman akhir, menunjukkan beratnya situasi yang dihadapi umat manusia. Situasi berat tersebut ditimbulkan oleh adanya orang-orang bodoh yang memegang jabatan publik. Berbagai kebodohan yang menjadi basis pengambilan keputusan para pemegang jabatan publik ini, akhirnya selalu berhasil membuahkan permasalahan yang rumit. Uniknya, ketika permasalahan rumit yang ditimbulkan oleh kebijakan berbasis kebodohan diatasi oleh para pemegang jabatan publik, maka mereka kembali berhasil menciptakan permasalahan baru yang lebih rumit.

Rasulullah Muhammad SAW juga mengingatkan tentang rendahnya kepekaan logika, sosial, dan transendental masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya fenomena "pendusta dibenarkan dan yang benar didustakan, serta si Pengkhianat diberi amanah dan si Jujur dikhianati. Lihatlah histeria masyarakat (dunia) yang mencocok-cocokkan Islam dengan terorisme.

Padahal Islam hadir di dunia (alam semesta) membawa nilai-nilai Islam, yang berkoridorkan aqidah, ibadah, muamallah, adab dan akhlak; serta mendorong setiap manusia untuk berperan sebagai mujahiddin (pejuang kebenaran), uswatun hasanah (teladan yang baik), assabiqunal awwaluun (pioner), sirajan muniran (pencerah bagi orang lain), dan rahmatan lil'alamiin (pemberi manfaat optimal); dengan cara membangun karakter personal yang fathonah (cerdas komprehensif), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), tabligh (informatif), istiqamah (konsisten), ikhlas (tulus hati), dan ridha (lapang dada).

Dengan demikian akan terbentuk peradaban yang transenden (mempertuhankan Tuhan, yaitu Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, serta tidak ada sesuatupun yang setara denganNya), humanis (memposisikan manusia pada fitrahnya sebagai manusia, yang merupakan hamba Allah dan khalifah di alam semesta), serta emansipatori (membebaskan manusia dari kejahiliahan tradisional, modern, dan posmodern).

Jumat, 12 Februari 2010

RESIST THE JEWISH LOBBY IN USA

Not easy to understand Israel, because of its barbaric. When talking about "Israel" our minds focused on the Jews (which in The Holy Qur'an is called by the name "Children of Israel"), which established the State of Israel by way of seizing land owned by the Palestinians peoples. Therefore, in order to understand Israel objectively (in truth), then we must learn from the source of The Truth, ie Allah (God).
Allah says, that the Children of Israel (to read: the people of Israel or the Jews) should think about the pleasure of Allah to them (see Qur'an 2:47), when they were rescued from the cruelty of the King of Egypt, Pharaoh (see Qur'an 2:49). Allah save them with extraordinary way (beyond the pleasure of Allah to other nations), when The Prophet Moses split the sea to the Children of Israel who were being chased by Pharaoh's army (see Qur'an 2:50).
Allah also allow the Children of Israel to enter the Baitul Maqdis (the Palestinian peoples land) with humility, as a guest which respected by Baitul Maqdis peoples or Palestinian peoples (see Qur'an 2:58). But the harmony becomes corrupted, when the Children of Israel change the Allah order (lower heart) by doing things barbaric (see Qur'an 2:59). Harmony between the guests (the Children of Israel) with the host (the Palestinian peoples) 0n Palestinian peoples land becomes difficult to realize, because the Children of Israel attack the Palestinian peoples. Disharmony in Palestinian peoples land between the guest (the Children of Israel) with the host (the Palestinian peoples) was immediately exploited by the big countries which at that time to attack and then control the Palestinian peoples land.
Uniquely, without a sense of gratitude to the Palestinian peoples, the Children of Israel are not willing to help the Palestinian peoples whose their land is being attacked by other countries. The Children of Israel would prefer to do fled to various countries, ultimately to europe countries. More unique again, when the British occupied Palestinian peoples land, the Children of Israel collaborated with the British to bring (entering) the Children of Israel to the Palestinian peoples land since 1920, to establish the State of Israel on the Palestinian peoples land.
The crime was achieve peak point, when the Children of Israel (the guest) had achieved in 1948 with the establishment of the State of Israel on the Palestinian peoples (the host) land. The Children of Israel crime getting worse, because after the establishment of the State of Israel, they (the Children of Israel) have strong support from the United States of America until now. This can be understood, because factually, the United States of America was hegemonic by the Children of Israel (in the United States of America) are organized in various Jewish lobby.
As a moslem, we hope the United States of America peoples able to resist hegemonic by Jewish lobby. Allah (God) will bless the United States of America peoples when they "walk" in the truth perspective, ie peace and justice (the Islamic values). Jewish lobby had drive USA (the United States of America) to attack Afghanistan (2002) and Iraq (2003), and support Israel crime (since 1948). Common USA peoples resist the Jewish lobby...!

Jumat, 05 Februari 2010

BUKAN FENOMENA INDAH

Akhir-akhir ini beberapa stasiun televisi berlomba-lomba menyiarkan acara ceramah tentang Agama Islam, baik siaran langsung maupun siaran tunda, yang menayangkan penceramah wanita dan para ibu-ibu. Banyak hal dibicarakan dalam tayangan ini, namun biasanya terfokus pada masalah rumah tangga.
Siaran semacam ini sesungguhnya bukanlah fenomena indah, sebaliknya ia merupakan fenomena yang menyedihkan, karena menunjukkan adanya sifat penolakan untuk mencontoh keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Dengan kata lain, fenomena penayangan penceramah wanita dan para ibu-ibu yang terlibat diskusi tentang Agama Islam, merupakan fenomena memilukan.
Sang penceramah dan para ibu-ibu ini tidak mengetahui, bahwa sebaik-baik keluarga di alam semesta ini adalah Keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Keluarga ini merupakan keluarga terbaik, karena dibimbing langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, pemikiran, sikap, serta perilaku istri-istri dan putri-putri Rasulullah Muhammad SAW seharusnya menjadi panutan bagi sang penceramah dan para ibu-ibu ini.
Sejarah menunjukkan, bahwa istri Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah berceramah di masa Rasulullah Muhammad SAW masih hidup. Bahkan Khadijah RA, seorang wanita yang cerdas, bangsawan, dan pengusaha, setelah menikah dengan Rasulullah Muhammad SAW menyerahkan urusan publiknya kepada Rasulullah Muhammad SAW. Wanita yang mulia ini (Khadijah RA) lebih memilih untuk berkonsentrasi mengurusi urusan domestik (keluarga). Sementara itu, istri Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Aisyah RA, yang terkenal kritis dan cerdas, di masa Rasulullah Muhammad SAW juga memilih membahagiakan Rasulullah Muhammad SAW, dengan memusatkan perhatian pada urusan domestik.
Pertanyaan menariknya, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu lebih mulia atau lebih cerdas dari Khadijah RA dan Aisyah RA?"
Pertanyaan berikutnya, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu menolak mencontoh keindahan keluarga Rasulullah Muhammad SAW?"
Pertanyaan tambahan, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu menganggap nilai-nilai Islam telah tidak berlaku lagi di masa kini?"
Oleh karena itu, sudah selayaknya sang penceramah (wanita) dan para ibu-ibu itu berkonsentrasi pada pekerjaan domestik. Mobilitas para ibu-ibu untuk mengikuti pengajian ke sana ke mari, akan merusak konsentrasinya pada pekerjaan domestik. Selayaknya para ibu-ibu itu bekerjasama dengan suaminya masing-masing, dalam mewujudkan generasi muda Islam (anak-anak mereka) yang tangguh dan mampu menegakkan nilai-nilai Islam. Bacalah Al Qur'an, terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan wanita dan keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Ketahuilah fenomena tayangan di televisi yang berupa penceramah wanita dan para ibu-ibu yang membicarakan Agama Islam, bukanlah tayangan Islami.
Sudah saatnya warga masyarakat untuk tidak bersedia menyaksikan tayangan semacam itu. Sudah saatnya seorang ayah atau suami bersungguh-sungguh mencari nafkah, sambil mencari pengetahuan tentang nilai-nilai Islam; untuk kemudian menyerahkan hasil pencariannya (rezeki yang halal, dan pengetahuan Islaminya) kepada keluarga (istri dan anak-anak). Gantilah acara menonton tayangan semacam itu, dengan diskusi keluarga tentang nilai-nilai Islam. Jika kemudian ada hal-hal yang belum diketahui, maka menjadi tugas ayah atau suami untuk mencari jawabannya.
Demikianlah, tayangan penceramah wanita dengan para ibu-ibu yang membicarakan Agama Islam di televisi, bukanlah fenomena yang indah. Ia justru merupakan fenomena yang memilukan.