ABOUT ISLAM

Rabu, 26 November 2008

DAKWAH UNTUK SEMUA

Setiap muslim wajib berdakwah, yaitu menyampaikan keindahan nilai-nilai Islam kepada manusia atau masyarakat. Semua manusia adalah sasaran dakwah, baik ia telah menerapkan nilai-nilai Islam maupun belum menerapkan nilai-nilai Islam.
Bagi yang telah menerapkan nilai-nilai Islam, maka dakwah diharapkan: Pertama, mendorongnya untuk terus mampu bertahan dari pengaruh jahat. Kedua, mendorongnya untuk mampu berada dalam koridor AIM-A2 (Aqidah, Ibadah, Muamallah, Adab, dan Akhlak). Ketiga, mendorongnya untuk mampu berpikir, bersikap, dan berperilaku FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh). Keempat, mendorongnya untuk mampu berperan sebagai MUASiR (Mujahiddin, Uswatun hasanah, Assabiquunal awwaluun, Sirajan muniran, dan Rahmatan lil 'alamiin). Kelima, menjadikannya sebagai sahabat dalam menerapkan nilai-nilai Islam di kehidupan sehari-hari. Keenam, menjadikannya sebagai sumber tenaga dakwah yang FAST. Ketujuh, menjadikannya sebagai sahabat diskusi dalam menyiapkan substansi dakwah yang proporsional dan kondisional. Kedelapan, menjadikannya sebagai mitra strategis dalam berdakwah dengan melakukan dakwah secara sinergik.
Bagi yang belum menerapkan nilai-nilai Islam, maka dakwah diharapkan: Pertama, mendorongnya untuk tidak lagi tertarik pada nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Kedua, mendorongnya untuk tidak lagi berpikir, bersikap, dan berperilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ketiga, mendorongnya untuk tertarik, dan berkenan menjadi manusia yang bersedia menerapkan nilai-nilai Islam. Keempat, menjadikannya sebagai pembanding tentang keunggulan nilai-nilai Islam. Kelima, menjadikannya sebagai "batu uji" dalam penerapan nilai-nilai Islam. Keenam, menjadikannya sebagai sasaran dan sekaligus sumber inspirasi dalam menentukan substansi dakwah yang proporsional dan kondisional. Ketujuh, menjadikannya sebagai sumberdaya manusia transisional (siap alih), yang akan beralih dari manusia yang belum menerapkan nilai-nilai Islam, menjadi manusia yang siap menerapkan nilai-nilai Islam.

Sabtu, 08 November 2008

PERTANYAAN YANG TERSISA

Hari ini TV One memberitakan, bahwa tadi malam pukul 24.10 Waktu Indonesia Bagian Barat, terdakwa Bom Bali-1 telah dieksekusi (dihukum mati) di lembah Nirbaya, Cilacap. Mereka yang dihukum mati adalah Imam Samudra, Amrozi, dan Mukhlas. Jika mereka sungguh-sungguh melakukan tindakan sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa, Polisi, dan Hakim, maka mereka layak dihukum mati.
Namun demikian ada pertanyaan yang tersisa: Pertama, apakah tidak mungkin bahwa mereka adalah korban salah tangkap, sebagaimana yang terjadi pada kasus Asrori. Kedua, bagaimana dengan kualitas kejaksaan yang menuntutnya, apakah tidak ada oknum kejaksaan seperti Urip Trigunawan yang menerima suap dari pihak yang berkepentingan (Arthalita). Ketiga, bagaimana dengan kinerja kepolisian, yang beberapa kali salah tangkap seperti pada kasus Asrori. Keempat, bagaimana dengan ketepatan putusan hakim, yang juga pernah menghukum orang tak bersalah seperti pada kasus Asrori. Kelima, bagaimana dengan adanya bahan peledak C-4 (yang diberitakan media massa), yang ternyata hanya dapat dibeli dari Amerika Serikat melalui mekanisme government to government. Keenam, bagaimana dengan semangat berlebihan yang ditunjukkan oleh Pemerintah Australia terhadap kasus ini, yang memperlihatkan kepentingan mereka untuk mendiskreditkan Islam yang semakin meluas pemeluknya di Australia.
Inilah sekian banyak pertanyaan yang tersisa. Jawaban atas pertanyaan ini memang tidak akan menghidupkan kembali mereka yang telah mati, baik korban Bom Bali-1 maupun mereka yang didakwa melakukannya. Namun setidaknya, pertanyaan ini dapat mengingatkan kita, bahwa kebenaran manusia itu relatif. Kebenaran mutlak hanya ada pada Allah SWT. Kebenaran tidak pernah bersumber pada manusia, karena bila kebenaran bersumber pada manusia, maka akan rusaklah alam semesta.
Pertanyaan yang tersisa ini, hendaklah tidak membuat kita (sesama manusia) saling bermusuhan, melainkan hendaknya mampu membuat kita semakin kritis, agar semakin tidak mudah bagi orang-orang fasiq (yang memusuhi kebajikan) menghancurkan universalitas manusia. Khusus bagi Umat Islam, hendaklah pertanyaan ini semakin menambah semangat kita mempelajari QS.2:147, QS.18:29, QS.23:71, dan QS.34:49.