ABOUT ISLAM

Minggu, 18 September 2011

JANGAN MENIPU

Allah SWT mengingatkan, “Hai sekalian manusia, sungguh telah datang kepadamu pengajaran dari Tuhanmu (Allah), penyembuh penyakit-penyakit dalam dada, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS.10:57).


Istilah “penyakit-penyakit dalam dada” pada firman Allah SWT ini dapat dimaknai sebagai “berbagai kesalahan pemikiran dan persepsi manusia tentang sesuatu, yang kemudian menyesatkannya, hingga terasa sesak dadanya, karena sulit bernafas dengan baik disebabkan banyaknya persoalan yang tak terpecahkan.”


Salah satu penyakit dalam dada adalah kegemaran menipu diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, manusia harus terus menerus mempelajari konsepsi kehidupan yang diajarkan Allah SWT, yang antara lain melarang seorang manusia menipu diri sendiri dan orang lain.


Menipu, adalah suatu pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain, yang mengakibatkan dirinya dan orang lain percaya pada sesuatu yang tidak benar.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar seseorang dapat menghindarkan diri dari upaya menipu diri sendiri dan orang lain, yaitu dengan memperhatikan konsepsi tentang percaya (believe) dan benar (true). “Percaya”, adalah suatu kondisi di mana seseorang berpikir bahwa sesuatu itu benar. Sementara itu, “benar” adalah sesuatu yang real, sungguh-sungguh ada, dan tidak salah yang diakui berdasarkan fakta dan bukan berdasarkan khayalan.


Upaya menghindarkan diri dari menipu diri sendiri dan orang lain merupakan sesuatu yang penting, karena kemampuannya ini bukan saja akan berdampak bagi pelakunya, melainkan juga akan berdampak bagi orang lain (masyarakat).


Penguasa yang gemar menipu diri sendiri (dengan meyakini seolah-olah ia telah melakukan kebajikan dan berbuat adil pada rakyatnya), akan berkembang menjadi penguasa yang gemar menipu orang lain (rakyatnya). Penguasa seperti ini akan menjadikan fitnah sebagai instrumen profesinya, sehingga meskipun ia professional, keprofesionalannya berada dalam ranah sesat dan maksiat.


Dengan demikian “percaya” dan “benar” merupakan dua kata kunci yang penting karena berdampak luas bagi masyarakat. “Percaya” dan “benar” juga merupakan dua kata yang saling terkait dengan sangat erat, karena keduanya mempersyaratkan adanya fakta.


Agar seseorang dapat menghindarkan diri dari upaya menipu, maka ia perlu menjadikan fakta sebagai prasyarat pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku. Ketika fakta menjadi pertimbangan utama dalam pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang, maka ia akan mampu mengenali dirinya dan orang lain.


Ada pepatah menyatakan, "The first key to success is knowing yourself" (kunci pertama untuk sukses itu dimulai dengan mengenali dirimu sendiri). Upaya mengenali diri, akan menjadikan seseorang mampu menemukan potensi dan bakat unik yang telah dianugerahkan Allah SWT dalam dirinya.


Allah SWT menganugerahkan kemampuan unik pada diri tiap manusia yang diciptakanNya. Oleh karena itu, selalu ada perbedaan kemampuan antara manusia yang satu dengan manusia lainnya.


Perbedaan kemampuan ini tidaklah bersifat strukturatif (atas – bawah), sehingga tidaklah benar apabila ada sebagian masyarakat yang menempatkan kemampuan tertentu pada posisi superior (kuat dan berkuasa), sedangkan kemampuan yang lain berada pada posisi inferior (lemah dan tak berkuasa).


Sesungguhnya perbedaan kemampuan pada diri tiap-tiap manusia dimaksudkan agar manusia dapat saling melengkapi, dan saling memenuhi kebutuhan. Ketika ada anjuran agar manusia mengenali potensi dirinya, sebagian manusia menganggap anjuran itu kuno atau klise.


Tetapi sesungguhnya tidaklah demikian, karena adakalanya hingga tua ada manusia yang tidak tahu tentang potensi, bakat dan keinginan mulianya dalam hidup di dunia. Oleh karena itu, "Kenali dirimu, karena barangsiapa yang mengenali dirinya, maka dia insyaAllah akan mengenali Tuhannya (Allah SWT)."


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…

Tidak ada komentar: