ABOUT ISLAM

Rabu, 19 Oktober 2011

MENENTUKAN NASIB SENDIRI

Allah SWT telah memberi petunjuk, bahwa Ia tidak akan merubah nasib seseorang atau suatu kelompok manusia, bila orang tersebut atau kelompok manusia tersebut tidak sungguh-sungguh berupaya mengubah nasibnya agar lebih baik, yaitu lebih mulia di hadapan Allah SWT, dan bermanfaat optimal bagi umat manusia.


Berdasarkan petunjuk Allah SWT itu, maka dapatlah difahami bahwa sesungguhnya peluang nasib manusia tidaklah tunggal, melainkan ada sekian banyak peluang nasib manusia. Oleh karena itu, upaya manusialah yang pada akhirnya memilih salah satu peluang itu. Dengan kata lain manusia berkontribusi bagi nasibnya sendiri.


Ketika peluang telah dipilih oleh manusia melalui upayanya, maka Allah SWT dengan cara ketuhananNya menetapkan takdirnya. Cara ketuhanan tersebut, antara lain berupa memberhasilkan atau menggagalkan upaya manusia.


Bila upaya yang dilakukan manusia akan “menjauhkannya” dari Allah SWT, maka besar kemungkinan akan digagalkan oleh Allah SWT. Sebaliknya, bila upaya yang dilakukan manusia akan “mendekatkannya” dengan Allah SWT, maka besar kemungkinan akan diberhasilkanNya.


Cara ini tidak berlaku, bagi manusia yang tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Bagi manusia seperti ini, maka Allah SWT akan mengabaikannya. Bagi manusia yang tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa, telah disiapkan perhitungan tersendiri yang berisi sanksi berat dariNya.


Oleh karena itu, seorang manusia harus berupaya sungguh-sungguh agar ia dapat melakukan sesuatu yang mulia di hadapan Allah SWT, dan dapat semakin mendekatkan dirinya dengan Allah SWT. Selain itu ia juga harus melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.


Dengan demikian seorang manusia yang ingin mulia dan dekat dengan Allah SWT serta berguna bagi orang lain atau masyarakat, harus: Pertama, melakukan determinasi (determination), yaitu upaya yang terus menerus dalam bertindak meskipun banyak menemui kesulitan dan rintangan. Determinasi dilakukan karena orang tersebut faham, bahwa tindakannya mulia di hadapan Allah SWT, dan diperlukan oleh orang lain atau masyarakat.


Kedua, faham bahwa kesulitan memang tidak selalu mudah untuk diatasi. Namun dengan berbekal keahlian dan keterampilan, maka ada peluang untuk mengatasi kesulitan tersebut. Dengan demikian selalu terbuka peluang bagi keberhasilan dalam mengatasi kesulitan.


Ketiga, berbekal keberanian, kualitas diri yang baik, dan tata nilai yang diacunya, maka segenap energi dikerahkan agar dirinya berada pada posisi sebagai manusia yang bersungguh-sungguh mengejar kemuliaan di hadapan Allah SWT. Kesungguhan ini juga diwujudkan melalui tindakan yang diperlukan oleh orang lain atau masyarakat. Dengan demikian Allah SWT dan orang lain atau masyarakat akan mendukungnya dalam melakukan kemuliaan.


Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...

Tidak ada komentar: