MENGENAL EKONOMI BARU
------------------------------------
oleh: Aristiono Nugroho
Kenichi Ohmae (dalam Kartajaya, 2003:148-150) menyatakan,
bahwa manusia memasuki era “The Invisible Continent” (Benua Tak
Terlihat), setelah dari waktu ke waktu selalu mencari benua baru (seperti
sebelumnya: Benua Australia dan Benua Amerika), karena rasa ingin tahu,
kemakmuran, dan kerakusan.
Sekarang ini tidak ada benua baru yang ditemukan, setiap
benua telah diklaim milik suatu negara. Karena itu manusia mencari kemakmuran
baru di sebuah benua tak terlihat, yang dimungkinkan aplikasinya dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi komputer plus komunikasi.
Benua baru ini tidak bisa diklaim oleh negara manapun. Benua
ini, adalah suatu sistem ekonomi baru yang disusun oleh four strategic
imperative of the new economy (empat strategi penting pada ekonomi baru),
yang terdiri dari:
Pertama, the
visible dimension (dimensi yang nampak), yaitu kegiatan ekonomi yang nyata;
Kedua, the
borderless dimension (dimensi tanpa batas), yaitu kegiatan ekonomi lintas
negara;
Ketiga, the
cyber dimension (dimensi cyber), yaitu kegiatan ekonomi di dunia maya,
seperti: perpindahan modal dan barang melalui dunia maya; dan
Keempat, the
dimension of high multiples (dimensi berlipat ganda), yaitu kegiatan
ekonomi yang meningkat berlipat ganda melebihi fakta sesungguhnya, seperti:
peningkatan harga saham suatu perusahaan di pasar modal secara tajam dan terus
menerus, meskipun perusahaan yang bersangkutan terus menerus mengalami
kerugian.
Ekonomi baru yang dimaksud Kenichi Ohmae, adalah ekonomi
lama yang mendapat tambahan berupa digitalisasi dan knowledge. Artinya,
hukum-hukum ekonomi lama masih tetap valid. Tetapi sekarang dilengkapi dengan
digitalisasi dan informasi dan jaringan informasi yang membangun knowledge.
Dengan catatan, informasi tidak akan dapat dikatakan telah menjadi knowledge,
bila informasi tersebut tidak mampu dimengerti dan diingat oleh manusia.
Oleh karena itu Gordon Dryden dan Jeannette Vos (2001:19)
mengingatkan, bahwa dunia sedang bergerak sangat cepat melalui titik-titik
sejarah yang menentukan. Manusia hidup di tengah revolusi yang mengubah cara
hidup, berkomunikasi berpikir, dan mencapai kesejahteraannya. Revolusi ini akan
menentukan cara manusia dan keturunannya bekerja, mencari nafkah, dan menikmati
hidup secara keseluruhan.
Sayangnya, menurut Gordon Dryden dan Jeanette Vos, di setiap
negara mungkin hanya ada satu dari setiap lima orang, yang tahu benar cara
menghadapi dan memanfaatkan gelombang perubahan ini dengan cerdas. Manusia
terjebak pada kondisi yang mengantarkan pada pada terjadinya kemiskinan,
kejahatan, penyalahgunaan obat-obatan, keputus-asaan, kekerasan, demoralisasi,
dan ledakan sosial lainnya.
Faktanya telah hadir di tengah-tengah manusia kapitalisme,
globalisme dan universalization, yang ternyata gagal menghadirkan
kesejahteraan secara universal.
Bahkan berdasarkan kesejahteraannya, di banyak negara
masyarakat tersegmentasi menjadi: (1) Kelompok kaya urban, sebesar 3 %
dari populasi; (2) Kelompok kaya rural, sebesar 7 % dari populasi; (3)
Kelompok miskin urban, sebesar 27 % dari populasi; dan (4) Kelompok
miskin rural, sebesar 63 % dari populasi (lihat Kartajaya, 2003:112).
Allah s.w.t. menjelaskan, bahwa untuk memperbaiki
kehidupannya manusia harus menggunakan akalnya, dan jangan menyia-nyiakan
akalnya (lihat QS.5:58). Allah s.w.t. menjelaskan, bahwa mereka yang
menyia-nyiakan akalnya akan tertimpa kehinaan (lihat QS. 10:100), dan sesungguhnya
Allah s.w.t. telah memberikan tanda-tanda yang terang bagi kaum yang berakal
(lihat QS.29:35). Namun tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang
yang mempunyai pikiran (lihat QS.3:7). Oleh karena itu, sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman
dan bertaqwa, pastilah Allah s.w.t. akan melimpahkan kepada mereka keberkahan
dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Allah s.w.t., maka
Allah s.w.t. akan membiarkan mereka tertimpa kesulitan yang disebabkan hal-hal
yang mereka lakukan (lihat QS.7:96).
Referensi:
Dryden,
Gordon dan Jeannette Vos. 2001. “The Learning Revolution”. Bandung,
Kaifa.
Kartajaya, Hermawan. 2003. “On Marketing.”
Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar