Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik (mendurhakai Allah) dengan suatu berita, maka selidikilah, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, kemudian kamu menyesal atas perbuatanmu itu" (QS.49:6).
Firman tersebut relevan dalam mengingatkan Umat Islam agar berhati-hati dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku menghadapi berbagai desakan dan tekanan. Salah satu desakan dan tekanan yang dihadapi Umat Islam saat ini adalah, desakan dan tekanan untuk menafsirkan teks Al Qur'an dengan menggunakan metode hermeunetika.
Sesungguhnya secara metodologi (ilmu tentang metode) tidaklah tepat menafsirkan teks Al Qur'an dengan menggunakan metode hermeunetika, sebab: Pertama, hermeunetika adalah metode yang digunakan manusia untuk memahami teks yang ditulis (sebagai buah pikiran) oleh manusia lainnya.
Kedua, pada awalnya hermeunetika berasal dari istilah "peri hermenias" (Bahasa Yunani) yang digunakan Aristoteles (384-322 SM), yang artinya adalah "untuk memahami" (to understand).
Ketiga, berdasarkan arahan dari Aristoteles hermeunetika dimasukkan pada ranah filsafat, sebagai metode untuk memahami teks-teks klasik.
Keempat, dalam perkembangan selanjutnya hermeunetika digunakan ilmuwan Barat untuk memahami teks Injil (Bible), yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, beberapa tahun setelah Rasulullah Isa AS (Alaihi Salam) tidak ada lagi di tengah-tengah umatnya.
Kelima, oleh karena itu hermeunetika tidak tepat bila digunakan sebagai metode untuk memahami Al Qur'an. Sebab telah diketahui bahwa Al Qur'an bukanlah teks yang ditulis (sebagai buah pikiran) oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya" (QS.15:9).
Keenam, hermeunetika tidak tepat bila digunakan sebagai metode untuk memahami Al Qur'an. Sebab upaya pemahaman teks dalam hermeunetika diawali dengan kecurigaan (suspicious) terhadap motivasi pembuat teks (penulis).
Padahal dalam memahami Al Qur'an, Rasulullah Muhammad SAW telah mengajarkan agar Umat Islam berprasangka baik kepada Allah SWT. Sebab Allah SWT dalam Al Qur'an telah memperkenalkan diri sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ketujuh, oleh karena itu cukuplah hermeunetika digunakan sebagai metode pemahaman bagi teks-teks yang ditulis oleh manusia. Tetapi tidak dapat digunakan terhadap Al Qur'an (Firman Allah SWT).
Firman tersebut relevan dalam mengingatkan Umat Islam agar berhati-hati dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku menghadapi berbagai desakan dan tekanan. Salah satu desakan dan tekanan yang dihadapi Umat Islam saat ini adalah, desakan dan tekanan untuk menafsirkan teks Al Qur'an dengan menggunakan metode hermeunetika.
Sesungguhnya secara metodologi (ilmu tentang metode) tidaklah tepat menafsirkan teks Al Qur'an dengan menggunakan metode hermeunetika, sebab: Pertama, hermeunetika adalah metode yang digunakan manusia untuk memahami teks yang ditulis (sebagai buah pikiran) oleh manusia lainnya.
Kedua, pada awalnya hermeunetika berasal dari istilah "peri hermenias" (Bahasa Yunani) yang digunakan Aristoteles (384-322 SM), yang artinya adalah "untuk memahami" (to understand).
Ketiga, berdasarkan arahan dari Aristoteles hermeunetika dimasukkan pada ranah filsafat, sebagai metode untuk memahami teks-teks klasik.
Keempat, dalam perkembangan selanjutnya hermeunetika digunakan ilmuwan Barat untuk memahami teks Injil (Bible), yang ditulis oleh Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, beberapa tahun setelah Rasulullah Isa AS (Alaihi Salam) tidak ada lagi di tengah-tengah umatnya.
Kelima, oleh karena itu hermeunetika tidak tepat bila digunakan sebagai metode untuk memahami Al Qur'an. Sebab telah diketahui bahwa Al Qur'an bukanlah teks yang ditulis (sebagai buah pikiran) oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan Al Qur'an dan sesungguhnya Kami pula yang memeliharanya" (QS.15:9).
Keenam, hermeunetika tidak tepat bila digunakan sebagai metode untuk memahami Al Qur'an. Sebab upaya pemahaman teks dalam hermeunetika diawali dengan kecurigaan (suspicious) terhadap motivasi pembuat teks (penulis).
Padahal dalam memahami Al Qur'an, Rasulullah Muhammad SAW telah mengajarkan agar Umat Islam berprasangka baik kepada Allah SWT. Sebab Allah SWT dalam Al Qur'an telah memperkenalkan diri sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ketujuh, oleh karena itu cukuplah hermeunetika digunakan sebagai metode pemahaman bagi teks-teks yang ditulis oleh manusia. Tetapi tidak dapat digunakan terhadap Al Qur'an (Firman Allah SWT).
1 komentar:
Sangat bermanfaat pak, terima kasih.Ijin saya share di facebook.
Posting Komentar