ABOUT ISLAM

Minggu, 02 Desember 2007

ADANYA GANGGUAN DAN UJIAN

Allah SWT berfirman, "Sungguh kamu akan diuji terhadap harta dan dirimu, serta kamu akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu, dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, berupa gangguan yang banyak; tetapi jika kamu sabar dan taqwa, maka yang demikian itu termasuk urusan yang memerlukan keteguhan hati" (QS.3:186).
Jika setiap muslim berkenan memperhatikan firman Allah SWT tersebut, maka ia akan mengerti bahwa setiap muslim wajib melakukan kebajikan Islami atau amal shaleh, yang berkaitan dengan harta dan dirinya. Untuk itu, ia harus melakukan optimalisasi manfaat harta dan dirinya, bagi penegakan nilai-nilai Islam.
Hanya saja setiap muslim juga harus mengerti, bahwa ketika ia sedang melakukan optimalisasi manfaat harta dan dirinya, maka ia akan mendapat gangguan yang banyak dari orang-orang yang mendustai Allah SWT. Oleh karena itu, setiap muslim harus mampu bersabar, dan tetap tegar menghadapi gangguan yang banyak.
Pemikiran, sikap, dan perilaku muslim yang sabar dan tegar merupakan sesuatu yang penting, agar ia tergolong sebagai orang-orang yang bertaqwa. Gangguan yang banyak dari orang-orang yang mendustai Allah SWT, merupakan hal yang sudah sejak lama terjadi. Sehingga kesabaran dan ketaqwaan sangat diperlukan, agar setiap muslim dapat mengatasi dinamika kehidupan dirinya dan umat Islam.
Kesabaran dan ketaqwaan diperlukan agar setiap muslim dapat melakukan optimalisasi manfaat harta dan dirinya, bagi penegakan nilai-nilai Islam. Hal ini sangat relevan dengan firman Allah SWT yang menyatakan, bahwa optimalisasi manfaat harta dan diri seorang muslim, merupakan urusan yang memerlukan keteguhan hati (lihat kembali QS.3:186).
Sementara itu, M. Quraish Shihab dalam "Tafsir Al Mishbah" menyoroti aspek "ujian" yang terdapat dalam QS.3:186. Menurutnya QS.3:186 mengandung hiburan, karena: Pertama, ayat ini menetapkan bahwa ujian merupakan keniscayaan untuk semua orang. Oleh karena itu mereka yang dihadapkan pada ujian, hendaknya mengerti bahwa ia bukanlah orang pertama ataupun orang terakhir yang mengalaminya.
Kedua, penyampaian tentang keniscayaan ujian merupakan persiapan mental untuk menghadapinya. Sehingga kedatangannya yang telah diduga itu, dapat meringankan beban mental orang yang bersangkutan.
Akhirnya dapatlah difahami, bahwa supaya setiap muslim dapat mengatasi gangguan dan ujian terhadap amal shalehnya, maka muslim tersebut harus berpikir, bersikap, dan berperilaku dalam koridor AIM-A2 (Aqidah, Ibadah, Muamallah, Adab, dan Akhlak). Ia juga harus sangat bersungguh-sungguh memperlihatkan performa muslim yang FAST-I2R (Fathonah, Amanah, Shiddiq, Tabligh, Istiqamah, Ikhlas, dan Ridha).

Tidak ada komentar: