Allah SWT mengingatkan, “Di antara orang-orang yang Kami (Allah) ciptakan terdapat umat yang memimpin manusia dengan kebenaran, dan dengan itu pula mereka berlaku adil” (QS.7:181).
Setiap manusia yang berakal jernih tentu ingin menjadi orang yang dimaksud oleh Allah SWT dalam QS.7:181, yaitu menjadi pemimpin yang benar dan adil. Untuk itu, setiap manusia hendaknya berkenan mendidik dirinya sendiri, agar dapat menjadi pemimpin yang benar dan adil.
Mendidik (educate) biasanya dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Oleh karena itu, ketika konsepsi mendidik diri diperkenalkan, maka hal ini berarti memindahkan obyek yang sebelumnya orang lain ke diri sendiri.
Dengan kata lain, mendidik diri sendiri berarti suatu proses mengajar, dan memberi informasi (information) atau pemahaman tertentu pada diri sendiri, agar siap berpikir, bersikap, bertindak, dan berperilaku tertentu sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
Oleh karena yang bersangkutan berencana untuk berbuat kebajikan di muka bumi, maka pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya dididik agar sesuai, mendukung dan dapat mewujudkan rencana tersebut.
Proses mengajar (teach) diri sendiri bukanlah pekerjaan yang mudah, karena banyak keinginan diri yang seringkali bertentangan dengan yang diajarkan. Upaya mengajar diri sendiri minimal harus meliputi:
Pertama, give lesson, yaitu upaya memberi pelajaran pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan dinamika hidup dan kebajikan. Hal ini dilakukan melalui pengamatan, analisis dan penarikan kesimpulan atas fenomena yang ditemui;
Kedua, show how to, yaitu upaya menunjukkan atau menerangkan pada diri sendiri tentang hal-hal yang berkaitan dengan dinamika hidup dan kebajikan. Hal ini dilakukan dengan cara menunjukkan pada diri sendiri fenomena yang baik dan yang buruk yang dialami oleh orang lain sebagai benchmarking (pembanding dan pengingat);
Ketiga, get knowledge, yaitu upaya mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dinamika hidup dan kebajikan. Hal ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan browsing informasi (tekstual, audio, dan visual) yang berisi berbagai peluang kebajikan.
Selain kesediaan mengajar diri sendiri, unsur penting dalam mendidik diri sendiri adalah informasi, yang merupakan fakta tentang sesuatu benda, orang, kejadian, dan lain sebagainya. Informasi berkaitan dengan berita (messages), di mana informasi dianalogikan sebagai isi sesuatu (misal: air), sedangkan berita dianalogikan sebagai wadah sesuatu (misal: gelas).
Sebagaimana diketahui berita berisi informasi, dan ide. Dalam konteks berita, hal terkecil yang termasuk informasi antara lain sepotong tulisan atau sepenggal perkataan yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain.
Oleh kerena itu, ketika seseorang sedang berupaya mendidik diri sendiri, maka informasi hendaklah sekurang-kurangnya dimaknai sebagai sepotong tulisan atau sepenggal perkataan tentang diri sendiri maupun orang lain, yang disampaikan oleh dirinya sendiri kepada dirinya sendiri.
Beberapa pihak menyebut fenomena ini sebagai, “diskusi internal”, yang wujud konkritnya berupa kontestasi berbagai argumen yang ada dalam ranah pertimbangan, agar dapat dirumuskan sikap yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar