ABOUT ISLAM

Jumat, 05 Februari 2010

BUKAN FENOMENA INDAH

Akhir-akhir ini beberapa stasiun televisi berlomba-lomba menyiarkan acara ceramah tentang Agama Islam, baik siaran langsung maupun siaran tunda, yang menayangkan penceramah wanita dan para ibu-ibu. Banyak hal dibicarakan dalam tayangan ini, namun biasanya terfokus pada masalah rumah tangga.
Siaran semacam ini sesungguhnya bukanlah fenomena indah, sebaliknya ia merupakan fenomena yang menyedihkan, karena menunjukkan adanya sifat penolakan untuk mencontoh keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Dengan kata lain, fenomena penayangan penceramah wanita dan para ibu-ibu yang terlibat diskusi tentang Agama Islam, merupakan fenomena memilukan.
Sang penceramah dan para ibu-ibu ini tidak mengetahui, bahwa sebaik-baik keluarga di alam semesta ini adalah Keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Keluarga ini merupakan keluarga terbaik, karena dibimbing langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW. Oleh karena itu, pemikiran, sikap, serta perilaku istri-istri dan putri-putri Rasulullah Muhammad SAW seharusnya menjadi panutan bagi sang penceramah dan para ibu-ibu ini.
Sejarah menunjukkan, bahwa istri Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah berceramah di masa Rasulullah Muhammad SAW masih hidup. Bahkan Khadijah RA, seorang wanita yang cerdas, bangsawan, dan pengusaha, setelah menikah dengan Rasulullah Muhammad SAW menyerahkan urusan publiknya kepada Rasulullah Muhammad SAW. Wanita yang mulia ini (Khadijah RA) lebih memilih untuk berkonsentrasi mengurusi urusan domestik (keluarga). Sementara itu, istri Rasulullah Muhammad SAW, yaitu Aisyah RA, yang terkenal kritis dan cerdas, di masa Rasulullah Muhammad SAW juga memilih membahagiakan Rasulullah Muhammad SAW, dengan memusatkan perhatian pada urusan domestik.
Pertanyaan menariknya, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu lebih mulia atau lebih cerdas dari Khadijah RA dan Aisyah RA?"
Pertanyaan berikutnya, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu menolak mencontoh keindahan keluarga Rasulullah Muhammad SAW?"
Pertanyaan tambahan, "Apakah sang penceramah dan para ibu-ibu itu menganggap nilai-nilai Islam telah tidak berlaku lagi di masa kini?"
Oleh karena itu, sudah selayaknya sang penceramah (wanita) dan para ibu-ibu itu berkonsentrasi pada pekerjaan domestik. Mobilitas para ibu-ibu untuk mengikuti pengajian ke sana ke mari, akan merusak konsentrasinya pada pekerjaan domestik. Selayaknya para ibu-ibu itu bekerjasama dengan suaminya masing-masing, dalam mewujudkan generasi muda Islam (anak-anak mereka) yang tangguh dan mampu menegakkan nilai-nilai Islam. Bacalah Al Qur'an, terutama ayat-ayat yang berkaitan dengan wanita dan keluarga Rasulullah Muhammad SAW. Ketahuilah fenomena tayangan di televisi yang berupa penceramah wanita dan para ibu-ibu yang membicarakan Agama Islam, bukanlah tayangan Islami.
Sudah saatnya warga masyarakat untuk tidak bersedia menyaksikan tayangan semacam itu. Sudah saatnya seorang ayah atau suami bersungguh-sungguh mencari nafkah, sambil mencari pengetahuan tentang nilai-nilai Islam; untuk kemudian menyerahkan hasil pencariannya (rezeki yang halal, dan pengetahuan Islaminya) kepada keluarga (istri dan anak-anak). Gantilah acara menonton tayangan semacam itu, dengan diskusi keluarga tentang nilai-nilai Islam. Jika kemudian ada hal-hal yang belum diketahui, maka menjadi tugas ayah atau suami untuk mencari jawabannya.
Demikianlah, tayangan penceramah wanita dengan para ibu-ibu yang membicarakan Agama Islam di televisi, bukanlah fenomena yang indah. Ia justru merupakan fenomena yang memilukan.

1 komentar:

Belinda Dawson mengatakan...

Dear,

Just I visited ur blog. It was tremendous. I've gathered a lots of knowledge about Qua'an sharif. I'll read it more n more.

Thank U
Belinda :)