BERBAGI NILAI-NILAI ISLAM, SEBAGAI RAHMATAN LIL'ALAMIIN
ABOUT ISLAM
Senin, 26 Juli 2010
ISLAMIC VALUES FOR JUSTICE
The USA (United States of America) and NATO (North Atlantic Treaty Organizations) member states practice Western values in their states. So, they always support each of the crimes committed ofIsraelIsraelterhadap Palestina. against Palestinians. Bahkan untuk mendukung keunggulan Even to support the excellence ofIsraelIsrael, atas negara-negara Islam di sekitarnya, Amerika Serikat dan NATO menyerang the USA and NATO attacks AfghanistanAfghanistandan and IraqIraqyang selalu mendukung Palestina. who always supported the Palestinians.
Continously devastating condition of Palestinians, who have tyrant and unjust authoritizing by Israel. The USA and NATO invations on Afghanistan and build the puppet government of Afghanistan (2002 until now), and invations on Iraq and build the puppet government of Iraq (2003 until now), had destruction and killings of several hundred thousand people (moslem, or Islamist) of Afghanistan and Iraq. Evil treatment of prisoners by USA Military in Abu Ghraib (Iraq region) and Guantanamo (Cuba region) are some of the major factors which have turned the world into a lawless, and unjust global village.
Fakta ini menunjukkan lemahnya nilai-nilai Barat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan dan kesejahter
This fact shows the weakness of Western values in the fight for human rights, justice and prosperity. Apabila umat manusia terus menerus berpegang pada nilai-nilai Barat, maka ia akan gagal melihat tegaknya hak asasi manusia, keadilan, dan kesejahteraan di dunia. Umat manusia akan terus menerus melihat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. If human beings continue to hold on to Western values, then it will fail to see the upholding of human rights, justice and prosperity in the world. The human race will continue to view Israel's crimes being committed against Palestinians. Nilai-nilai Barat tidak akan mampu melawan Israel, dan akan gagal menjadikan Israel sebagai bangsa yang beradab. Western values will not be able to fight Israel, and will fail to make Israel as a civilized nation.
Allah SWT telah mengingatkan umat manusia tentang lemahnya nilai-nilai Barat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan, dan kesejahteraan.
God (Allah) has reminded mankind about the weakness of Western values in the fight for human rights, justice and prosperity.Pernyataan Allah SWT tentang hal ini telah tertuang dalam Al Qur'an (QS. 2:120 dan 114) sejak abad ketujuh, dan masih relevan hingga saat ini.God's statement about this in the Holly Qur'an (Surah 2:120 and 114) since the seventh century, and still relevant today.Fakta kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina telah membuktikan relevansi pernyataan Allah SWT tersebut, dan sekaligus menjadi bukti kebenaran segenap pernyataan Allah SWT dalam Al Qur'an.Facts crimes being committed by Israel against Palestinians have proven the relevance of the statement of God, and become the proof of the truth of all statements in the Holly Qur'an.
Perhatikanlah perjuangan Palestina dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel sejak 1920 hingga saat ini (2010).
Consider the Palestinian struggle in the face of the crimes being committed by Israel from 1920 until today (2010).Nilai-nilai Islam yang dipraktekkan oleh Palestina, telah menjadikan mereka mampu terus menerus, tanpa kenal lelah, dan tanpa putus asa berjuang melawan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel.Islamic values are practiced by the Palestinians, has made them capable of continuously, tirelessly, and without the desperate struggle against the crimes being committed by Israel. Islamic valuesAqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak menjadikan mereka mampu bertahan dalam menghadapi serangan udara, darat dan laut oleh Israel, serta blokade oleh Israel dan Mesir. made the Palestinians able to survive in the face of attacks by air, land and sea by Israel, and the blockade by Israel and Egypt.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam "Modern Sociological Theory" (2003) menjelaskan, bahwa ada kecenderungan masyarakat dunia untuk menganggap sosiologi sebagai fenomena Barat. Padahal sesungguhnya Abdulrahman Ibnu Khaldun (1332-1400) telah sejak lama mengajarkan ilmu tentang masyarakat kepada para mahasiswa atau santrinya di Universitas Al Azhar, Mesir, yang merupakan universitas tertua di dunia. Barulah kemudian pada tahun 1842 Auguste Comte (1798-1857) memberi nama bagi ilmu tentang masyarakat ini dengan sebutan "sosiologi". Pendapat yang senada sebelumnya telah disampaikan oleh Bjorn Eriksson (1993), bahkan dengan tegas Bjorn Eriksson menolak sebutan "Bapak Sosiologi" bagi Auguste Comte. Bagi seorang muslim sebenarnya tidaklah terlalu penting tentang sebutan "Bapak Sosiologi". Seorang muslim lebih mementingkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memperkenankan hadirnya seorang muslim bernama Abdulrahman Ibnu Khaldun, yang memiliki keahlian dalam sosiologi. Dengan demikian setiap muslim perlu memanfaatkan sosiologi dalam menebar nilai-nilai Islam di seluruh dunia, agar setiap manusia berkesempatan menyerap "cahaya" Islam. Agar dunia berkesempatan membangun peradaban Islam, yang memanusiakan manusia.
Saya adalah dosen pada STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional) yang beralamat di Jalan Tata Bumi Nomor 5 Yogyakarta. Saya juga mengajar (Sosiologi Dakwah) di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin, yang beralamat di Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Saya juga pernah menjadi anggota Tim Ahli Pertanahan dan Pemetaan Kota, Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
Berdasarkan kompetensi saya, saya berupaya mengembangkan Sosiologi Pertanahan di STPN, dan mengembangkan Sosiologi Dakwah di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin.
Saya memiliki seorang istri bernama Rahimah Ipa Lubis yang selalu mendukung kegiatan saya. Saya juga memiliki ayah, Untung Suharjo (almarhum), dan ibu (Sukartini). Selain itu, saya memiliki ayah mertua, Kasim Manan Lubis (almarhum), dan ibu mertua (Nurjani).
Allah SWT telah berpesan dalam QS.4:34, "Arrijaalu qawwaamuunaa 'alan nisaa-i" (laki-laki adalah pemimpin bagi wanita). Pesan ini tidak mengindikasikan diktatoriat seorang laki-laki, melainkan memerintahkan pelaksanaan sebuah tanggung jawab kepada laki-laki. Seorang laki-laki bertanggung- jawab atas semua yang berada dalam tanggungjawabnya. Bila ia sudah menikah, maka ia bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, bila ada seorang istri yang ke luar rumah untuk mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar suaminya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Demikian pula bila seorang anak ke luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar ayahnya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Bila jawabannya adalah, "Ikhtiar suami/ayah belum maksimal!" , maka sesungguhnya laki-laki itu (suami/ayah itu) tergolong lak-laki yang dzalim. Ia telah melanggar QS.4:34, ia telah melalaikan tanggungjawabnya. Ia telah menyebabkan terjadinya eksploitasi istri/anak dalam keluarganya. Dengan demikian ia telah merusak tatanan masyarakat, karena gagal menata dan mengelola keluarganya, yang merupakan bagian dari masyarakat.
ABOUT VIETNAM WAR
NIKMATNYA BERISLAM
Allah SWT telah berfirman, bahwa Ia telah menyempurnakan nikmatNya bagi manusia, melalui ridhanya terhadap Agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu umat manusia perlu bersyukur kepada Allah SWT, dengan cara mempelajari, dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sebagai nilai-nilai utama (ultimate values). Selain itu, dalam rangka melestarikan nilai-nilai Islam, perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat untuk mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh (lihat QS.9:122). Dengan demikian umat manusia mendapat kesempatan untuk menghadapkan diri dengan lurus (sebenar-benarnya) kepada Allah SWT (lihat QS.30:30). Hal ini penting karena contains Agama Islam, yang sesuai dengan fitrah (kondisi asasi) manusia. Hal ini terbukti dari substansi aqidahnya yang valid dan reliable, sebagaimana dimuat dalam QS.112:1-4). Aqidah tersebut berisikan komitmen manusia, bahwa: (1) Allah itu Maha Esa; (2) hanya kepada Allah, manusia mengharapkan dan meminta sesuatu; (3) Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan; serta (4) tak ada sesuatupun yang setara denganNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar