Rita L. Atkinson dan kawan-kawan (1993:15) menyatakan, bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan proses mental. Sementara itu, Soerjono Soekanto (1993:44) menyatakan, bahwa perilaku (behavior) adalah cara bertingkah laku tertentu dalam suatu situasi tertentu. Sedangkan berkaitan dengan mental, James P. Chaplin (2000:296) menyatakan, bahwa mental adalah hal-hal yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau yang berasosiasi dengan ketiga hal itu.
Psikologi memiliki beberapa perspektif, yang masing-masing perspektif menawarkan penjelasan yang agak berbeda tentang penyebab individu bertindak sebagaimana yang mereka lakukan. Perspektif dimaksud antara lain: Pertama, perspektif biologi menjelaskan perilaku individu berdasarkan pada peran otak dan proses belajar sel demi sel melalui pembiasaan; Kedua, perspektif fenomena logical menjelaskan perilaku individu berdasarkan pengalaman subyektif yang merupakan pandangan pribadi individu terhadap suatu peristiwa; Ketiga, perspektif psikoanalitik yang dimotori Sigmund Freud menjelaskan perilaku individu berdasarkan kombinasi antara kognisi kesadaran, persepsi, memori, dan insting bilogis; Keempat, perspektif perilaku menjelaskan perilaku individu berdasarkan aktivitas organisme yang dapat dideteksi melalui mekanisme stimulus-respon; Kelima, perspektif koginitif menjelaskan perilaku individu berdasarkan proses mental, seperti: daya ingat, persepsi, penalaran, pemutusan pilihan dan pemecahan masalah.
Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya – sesuai dengan perubahan zaman – psikologi mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang tahapannya sebagai berikut: Pertama, pada tahun 1960an psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan pertama. Psikologi ini disebut psikologi behavior, yang kajiannya mengarah pada perilaku; Kedua, pada tahun 1970an psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan kedua. Psikologi ini disebut psikologi analisis, yang kajiannya mengarah pada motif perilaku; Ketiga, pada pertengahan abad ke-20 psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan ketiga. Psikologi ini disebut psikologi humanis, yang kajiannya mengarah pada makna perilaku; Keempat, pada akhir abad ke-20 psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan keempat. Psikologi ini disebut psikologi transpersonal, yang kajiannya mengarah pada kearifan perennial (abadi) yang diajarkan agama.
Perkembangan psikologi hingga akhir abad ke-20 memperlihatkan gerakan psikologi yang semakin mengarah pada persinggungannya dengan agama. Ketika psikologi berada pada ranah (wilayah) agama, maka saat itulah psikologi bersentuhan dengan Islam.
Karena sebagaimana diketahui, agama yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) adalah Islam (lihat QS.3:19). Inilah agama yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi manusia, sehingga janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim atau memeluk Islam (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya, tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122). Sehingga umat manusia dapat menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam, yang merupakan agama fitrah (asasi) manusia yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30). Ketahuilah hanya agama yang suci (tidak mempertuhankan selain Allah SWT) yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3).
1 komentar:
if i am crazy for believing in Jesus Christ then so be it...i would rather be crazy for believing in Jesus Christ than to try to convince myself that mere humans are even the slightest bit capable of being good. i have no proof of it all i see on a daily basis is wickedness, hatred, lust, pride, and greed. i am not interested in the things this world has to offer even at its highest peak, even in fame and fortune there is nothing but hopelessness. Jesus gives me hope. Jesus is my hope and i will believe in Him.
Posting Komentar