All prophets from Adam until Muhammad (peace be upon them) came to preach the same religion, which continued to grow and grow, until it reached perfection at the hand of The Prophet Muhammad. This man (The Prophet Muhammad) bring Islam from God to humans.
Islam is true religion ordained by God, and the only religion prevailing over all other religions. Most people know that The Holy Qur'an is the holy book on Islam. The Holy Qur'an is a human guidance book to live and life in the universe (world). Moslems grant a very high place of honor to The Holy Qur'an in their mind, hearts, and lives.
The facts have proved that The Holy Qur'an is held to be flawless completely unassailable in what it says, and both in fact and doctrine.
Because of this completeness and perpection, Islam had to become the ultimate religion, the final religious revelation from God to mankind, and superseding all previous belief system.
Unity of mankind is an essential of the fundamental Islamic concept of “the God is one”, and then mankind is also one. The distinctions created by nationality, race and color are artificial and have no place in a religion, which stands for human brotherhood. The Holy Qur’an clearly states that people were created as one nation, but became divided because of their differences (Qur’an, 10:19). Conflicts of interest, prejudices, exploitation and misuse of power have taken their toll in dividing mankind.
However, the ultimate objective of Islam is to reunite all of them (Qur’an, 11:119). Islamic values have the concept of dual ownership: First, the concept of ownership by human being.Second, the concept of ownership by God (Allah). The divine ownership is coupled with repeated The Holy Qur’an to the effect that all of humanity benefits from nature’s resources.
Perhatikanlah Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO (North Atlantic Treaty Organizations) yang mempraktekkan nilai-nilai Barat, mereka selalu mendukung setiap kejahatan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Bahkan untuk mendukung keunggulan Israel atas negara-negara Islam di sekitarnya, Amerika Serikat dan NATO menyerang Afghanistan dan Iraq yang selalu mendukung Palestina.
Fakta ini menunjukkan lemahnya nilai-nilai Barat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan dan kesejahteraan. Apabila umat manusia terus menerus berpegang pada nilai-nilai Barat, maka ia akan gagal melihat tegaknya hak asasi manusia, keadilan, dan kesejahteraan di dunia. Umat manusia akan terus menerus melihat kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Nilai-nilai Barat tidak akan mampu melawan Israel, dan akan gagal menjadikan Israel sebagai bangsa yang beradab.
Allah SWT telah mengingatkan umat manusia tentang lemahnya nilai-nilai Barat dalam memperjuangkan hak asasi manusia, keadilan, dan kesejahteraan. Pernyataan Allah SWT tentang hal ini telah tertuang dalam Al Qur’an (QS. 2:120 dan 114) sejak abad ketujuh, dan masih relevan hingga saat ini. Fakta kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina telah membuktikan relevansi pernyataan Allah SWT tersebut, dan sekaligus menjadi bukti kebenaran segenap pernyataan Allah SWT dalam Al Qur’an.
Perhatikanlah perjuangan Palestina dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel sejak 1920 hingga saat ini (2010). Nilai-nilai Islam yang dipraktekkan oleh Palestina, telah menjadikan mereka mampu terus menerus, tanpa kenal lelah, dan tanpa putus asa berjuang melawan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel. Aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak menjadikan mereka mampu bertahan dalam menghadapi serangan udara, darat dan laut oleh Israel, serta blokade oleh Israel dan Mesir.
Ada lima keuntungan yang diperoleh Palestina dari nilai-nilai Islam dalam melawan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel, yaitu: Pertama, aqidah menjadikan Palestina mengerti, bahwa Allah SWT memberkahi perjuangan mereka, yang merupakan bentuk pengabdian seorang manusia kepada Tuhannya. Kedua, ibadah menjadikan Palestina mengerti, bahwa pengabdiannya kepada Allah SWT harus pula diwujudkan dengan menghilangkan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel. Ketiga, muamallah menjadikan Palestina mengerti, bahwa untuk melawan kejahatan kemanusiaan oleh Israel, maka Palestina harus bekerjasama dengan segenap muslim di seluruh dunia. Keempat, adab menjadikan Palestina mengerti, bahwa perjuangan melawan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel harus dilakukan secara sistematis dan cermat. Kelima, akhlak menjadikan Palestina mengerti, bahwa perjuangan melawan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel, insyaAllah akan berhasil bila Palestina mampu meningkatkan kualitas, kapasitas, dan kapabilitas para pejuangnya.
Oleh karena itu, bila umat manusia di seluruh dunia sungguh-sungguh ingin menghentikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel, maka praktekkanlah nilai-nilai Islam. Tinggalkanlah nilai-nilai Barat yang telah disusupi oleh nilai-nilai Israel, yang berisi ketamakan, kebengisan, dan kejahatan kemanusiaan. Sudah saatnya umat manusia di seluruh dunia mempelajari nilai-nilai Islam, terutama yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Hal ini perlu dilakukan agar umat manusia di seluruh dunia dapat segera mempraktekkan nilai-nilai Islam, dan dapat segera menghentikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Israel.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam "Modern Sociological Theory" (2003) menjelaskan, bahwa ada kecenderungan masyarakat dunia untuk menganggap sosiologi sebagai fenomena Barat. Padahal sesungguhnya Abdulrahman Ibnu Khaldun (1332-1400) telah sejak lama mengajarkan ilmu tentang masyarakat kepada para mahasiswa atau santrinya di Universitas Al Azhar, Mesir, yang merupakan universitas tertua di dunia. Barulah kemudian pada tahun 1842 Auguste Comte (1798-1857) memberi nama bagi ilmu tentang masyarakat ini dengan sebutan "sosiologi". Pendapat yang senada sebelumnya telah disampaikan oleh Bjorn Eriksson (1993), bahkan dengan tegas Bjorn Eriksson menolak sebutan "Bapak Sosiologi" bagi Auguste Comte. Bagi seorang muslim sebenarnya tidaklah terlalu penting tentang sebutan "Bapak Sosiologi". Seorang muslim lebih mementingkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memperkenankan hadirnya seorang muslim bernama Abdulrahman Ibnu Khaldun, yang memiliki keahlian dalam sosiologi. Dengan demikian setiap muslim perlu memanfaatkan sosiologi dalam menebar nilai-nilai Islam di seluruh dunia, agar setiap manusia berkesempatan menyerap "cahaya" Islam. Agar dunia berkesempatan membangun peradaban Islam, yang memanusiakan manusia.
Saya adalah dosen pada STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional) yang beralamat di Jalan Tata Bumi Nomor 5 Yogyakarta. Saya juga mengajar (Sosiologi Dakwah) di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin, yang beralamat di Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Saya juga pernah menjadi anggota Tim Ahli Pertanahan dan Pemetaan Kota, Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
Berdasarkan kompetensi saya, saya berupaya mengembangkan Sosiologi Pertanahan di STPN, dan mengembangkan Sosiologi Dakwah di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin.
Saya memiliki seorang istri bernama Rahimah Ipa Lubis yang selalu mendukung kegiatan saya. Saya juga memiliki ayah, Untung Suharjo (almarhum), dan ibu (Sukartini). Selain itu, saya memiliki ayah mertua, Kasim Manan Lubis (almarhum), dan ibu mertua (Nurjani).
Allah SWT telah berpesan dalam QS.4:34, "Arrijaalu qawwaamuunaa 'alan nisaa-i" (laki-laki adalah pemimpin bagi wanita). Pesan ini tidak mengindikasikan diktatoriat seorang laki-laki, melainkan memerintahkan pelaksanaan sebuah tanggung jawab kepada laki-laki. Seorang laki-laki bertanggung- jawab atas semua yang berada dalam tanggungjawabnya. Bila ia sudah menikah, maka ia bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, bila ada seorang istri yang ke luar rumah untuk mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar suaminya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Demikian pula bila seorang anak ke luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar ayahnya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Bila jawabannya adalah, "Ikhtiar suami/ayah belum maksimal!" , maka sesungguhnya laki-laki itu (suami/ayah itu) tergolong lak-laki yang dzalim. Ia telah melanggar QS.4:34, ia telah melalaikan tanggungjawabnya. Ia telah menyebabkan terjadinya eksploitasi istri/anak dalam keluarganya. Dengan demikian ia telah merusak tatanan masyarakat, karena gagal menata dan mengelola keluarganya, yang merupakan bagian dari masyarakat.
ABOUT VIETNAM WAR
NIKMATNYA BERISLAM
Allah SWT telah berfirman, bahwa Ia telah menyempurnakan nikmatNya bagi manusia, melalui ridhanya terhadap Agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu umat manusia perlu bersyukur kepada Allah SWT, dengan cara mempelajari, dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sebagai nilai-nilai utama (ultimate values). Selain itu, dalam rangka melestarikan nilai-nilai Islam, perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat untuk mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh (lihat QS.9:122). Dengan demikian umat manusia mendapat kesempatan untuk menghadapkan diri dengan lurus (sebenar-benarnya) kepada Allah SWT (lihat QS.30:30). Hal ini penting karena contains Agama Islam, yang sesuai dengan fitrah (kondisi asasi) manusia. Hal ini terbukti dari substansi aqidahnya yang valid dan reliable, sebagaimana dimuat dalam QS.112:1-4). Aqidah tersebut berisikan komitmen manusia, bahwa: (1) Allah itu Maha Esa; (2) hanya kepada Allah, manusia mengharapkan dan meminta sesuatu; (3) Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan; serta (4) tak ada sesuatupun yang setara denganNya.