Beberapa waktu lalu beberapa tokoh agama mengkritik pemerintah, dengan menyatakan bahwa pemerintah berbohong. Kritik ini tentu dimaksudkan agar jalannya pemerintahan berjalan semakin baik, sehingga rakyat semakin sejahtera.
Tetapi, bagaimana jika ada tokoh agama yang berbohong? Kejadian ini tentulah sangat disayangkan, dan tidaklah seharusnya hal ini terjadi. Tokoh agama adalah tokoh yang dekat dengan Tuhan, oleh karena itu ia tidak layak berbohong.
Tetapi, apa indikator kebohongan tokoh agama? Sebagai penentu indikator kebohongan tokoh agama bukanlah manusia, melainkan haruslah Tuhan. Hal ini dikarenakan tokoh agama bergerak dalam profesi yang berkaitan dengan Tuhan, dan mereka haruslah orang yang paling dekat, dan paling kenal dengan Tuhan.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui, apakah seorang tokoh agama berbohong atau tidak, adalah firman Tuhan dalam Al Qur’an Surat ke-112 (Al Ikhlas). Tidak boleh ada pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku tokoh agama yang bertentangan dengan firman Tuhan ini. Bila ada seorang tokoh agama yang pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bertentangan dengan firman Tuhan ini, maka tokoh agama tersebut telah berbohong.
Masyarakat (rakyat) hendaklah tidak lagi mempercayai tokoh agama yang pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bertentangan dengan firman Tuhan dalam Al Qur’an Surat ke-112 (Al Ikhlas). Jangan percaya alasan “kesejahteraan rakyat” yang diperjuangkan oleh tokoh agama yang tergolong pembohong. Sebab, jika Tuhan saja berani ia dustai (dengan berbohong), apalagi masyarakat atau rakyat.
Dalam Al Qur’an Surat ke-112 (Al Ikhlas),Tuhan berfirman: “Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya.”
Oleh karena itu: Pertama, apabila ada tokoh agama yang menyatakan, bahwa ada Tuhan selain Allah, maka tokoh agama tersebut telah berbohong. Kedua, apabila ada tokoh agama yang menyatakan, bahwa Tuhan itu tidak Maha Esa (karena ada Tuhan-Tuhan yang lain), maka tokoh agama tersebut telah berbohong. Ketiga, apabila ada tokoh agama yang menyatakan, bahwa Tuhan itu beranak dan diperanakkan, maka tokoh agama tersebut telah berbohong. Keempat, apabila ada tokoh agama yang menyatakan, bahwa ada sesuatu yang setara dengan Tuhan, maka tokoh agama tersebut telah berbohong.
Dengan demikian, masyarakat (rakyat) perlu berhati-hati dalam mensikapi pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku tokoh agama yang telah menjadi pembohong, karena pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bertentangan dengan firman Tuhan dalam Al Qur’an Surat ke-112 (Al Ikhlas). Jangan percaya alasan “kesejahteraan rakyat” yang diperjuangkan oleh tokoh agama yang tergolong pembohong. Sebab, jika Tuhan saja berani ia dustai (dengan berbohong), apalagi masyarakat atau rakyat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar