Setiap muslim tentu menyadari, bahwa ia harus berusaha sungguh-sungguh agar dapat mengoptimalkan pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya, terutama dalam menerapkan nilai-nilai Islam pada kehidupan sehari-hari. Setiap muslim harus bersungguh-sungguh, agar terhindar dari sikap dan tindakan murtad, sehingga tergolong sebagai murtaddin, yaitu manusia yang menyatakan diri dan memperagakan pemikiran, sikap, dan perilaku yang menunjukkan ia tidak lagi memeluk agama Islam.
Menjadi murtaddin merupakan bencana terbesar bagi seorang manusia, karena saat itu ia tidak lagi menjadi bagian umat yang mempertuhankan Tuhan (Allah s.w.t.), sebaliknya ia akan menjadi bagian umat yang mempertuhankan tuhan palsu (tuhan yang bukan Tuhan). Murtad bukanlah peristiwa tiba-tiba, melainkan telah melalui proses tertentu yang sebelumnya telah dipilih oleh yang bersangkutan.
Sebagai contoh: Pertama, bila ada seorang manusia yang gemar pada hal-hal yang bersifat mistik atau klenik, yaitu konsepsi dan ritual berkomunikasi dengan alam gaib dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat Islam. Suatu saat ia akan tergelincir dengan merasa mendapat petunjuk gaib untuk murtad, padahal kondisi ini dikarenakan ia tidak dapat lagi membedakan petunjuk sesat dengan petunjuk kebenaran;
Kedua, bila ada seorang manusia gemar mengemis bantuan, tanpa peduli dari mana bantuan tersebut berasal, dan tidak lagi memperdulikan halal atau haram bantuan yang diperolehnya. Orang semacam ini akan berpeluang menjadi murtad, karena merasa simpatik atas bantuan atau perhatian kaum kafir kepadanya. Padahal kondisi ini diawali oleh ketidak-seriusannya menjemput rizki yang diberikan Allah s.w.t. kepadanya.
Secara umum diketahui, bahwa proses menjadi murtaddin terdiri dari tahapan-tahapan, sebagai berikut: (1) tidak menghargai kecerdasan atau fathonah, (2) sehingga ia mengalami proses pembodohan personal; (3) sejak itu ia tidak ingin mengetahui kebenaran; (4) dan enggan memahami Islam; (5) akibatnya ia tidak faham Islam; (6) dan tidak faham kebenaran dan keindahan nilai-nilai Islam; (7) bahkan ia terkesima dengan kebenaran versi manusia dan keindahan dunia; dan akhirnya (8) ia menjadi murtad.
Oleh karena itu setiap muslim wajib menjaga dan meningkatkan kualitas pribadi, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad s.a.w. Dengan kata lain setiap muslim wajib memiliki kualitas pribadi, yang: (1) fathonah atau cerdas, (2) amanah atau dapat dipercaya, (3) shiddiq atau obyektif, (4) tabligh atau informatif, (5) istiqomah atau konsisten, (6) ikhlas atau tulus hati, dan (7) ridha atau lapang dada.
Berbekal kualitas pribadi yang tinggi, maka setiap muslim dapat hidup dalam koridor nilai-nilai Islam, yaitu akidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Dengan bekal ini insyaAllah setiap muslim dapat memberi kontribusi dalam membangun peradaban Islam, yang: (1) transenden atau meruhani, yaitu mempertuhankan Allah s.w.t.; (2) humanis atau sesuai fitrah manusia; dan (3) emansipatori atau bersifat pembebasan manusia dari nilai-nilai jahiliah tradisional dan modern.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar