Hari-hari ini, merupakan hari-hari yang memprihatinkankan, ketika ada upaya beberapa pihak membenturkan FPI (Front Pembela Islam) dengan NU (Nahdatul Ulama). Padahal sesungguhnya kedua organisasi massa ini didirikan untuk kemaslahatan Umat Islam. Alhamdulillah, beberapa tokoh NU, seperti Solehudin Wahid dan lain-lain terus menghimbau kedua belah pihak (massa FPI dan NU) untuk menahan diri. Bahkan di Depok (menurut informasi "Telisik" ANTV) massa FPI dan Garda Bangsa (NU) sepakat untuk tidak terprovokasi.
Dalam hingar bingar ini, sebagian masyarakat lupa dengan penyebab kasus Monas, yang menjadi pemicu tindakan FPI membubarkan unjuk rasa Aliansi Kebangsaan, Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, yaitu penolakan FPI terhadap Ahmadiyah yang didukung oleh aliansi ini. Penolakan FPI terhadap Ahmadiyah sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan, bahwa berdasarkan penelitian dan pengkajian diketahui bahwa Ahmadiyah sesat dan menyesatkan. Habib Rizieq (pimpinan FPI) sempat menyampaikan komentar "membubarkan" Gus Dur, karena terpancing komentar Gus Dur yang menyerukan pembubaran FPI.
Oleh karena itu, sudah selayaknya persoalan diletakkan pada konteksnya, yaitu pembubaran Ahmadiyah berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia. Sedangkan bagi saudara-saudara kita mantan atau ex pengikut Ahmadiyah kita ajak kembali pada aqidah Islam yang sesungguhnya, yang berbasis pada Al Qur'an dan Al Hadist. Jangan lupa, pada awal berdirinya, FPI berjasa menghancurkan para bandar judi dan preman-preman pendukungnya di Jakarta. FPI berjasa melawan tindakan pembunuhan terhadap para ustadz di era 1997-1998 yang difitnah sebagai dukun santet. FPI juga mendukung (berkontribusi) dalam penghapusan pusat prostitusi (pelacuran) Kramat Tunggak di Jakartam yang sekarang menjadi Islamic Center.
Dengan demikian, FPI adalah asset (kekayaan) Umat Islam, sama seperti asset Umat Islam lainnya, yaitu: NU, Muhammadiyah, Majelis Mujahiddin Indonesia, Hizbuttahrir Indonesia, dan lain-lain. Sudah saatnya organisasi-organisasi masyarakat yang berbasis nilai-nilai Islam bersinergi menegakkan nilai-nilai Islam, dan sudah saatnya pula para pimpinan FPI mendidik para anggotanya agar lebih santun (meskipun tetap tegas) dalam menegakkan nilai-nilai Islam.
Ingatlah, Umat Islam di Indonesia pernah mengalami tragedi pembantaian di Ambon (Maluku) tahun 1999-2000, dan di Poso tahun 2000-2001. Saat itu Pemerintah lamban bergerak, sehingga uluran tangan organisasi masyarakat yang berbasis nilai-nilai Islam dan tegas dalam berjuang seperti Laskar Jihad, sangat berarti bagi Umat Islam di Ambon dan Poso.
Semoga Allah SWT terus menerus melindungi Umat Islam di Indonesia dari kerusakan, kejahatan, dan penganiayaan. Semoga Allah SWT berkenan memberi pencerahan pada tokoh-tokoh Umat Islam di Indonesia, untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku fathonah (cerdas komprehensif), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif).
Dalam hingar bingar ini, sebagian masyarakat lupa dengan penyebab kasus Monas, yang menjadi pemicu tindakan FPI membubarkan unjuk rasa Aliansi Kebangsaan, Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, yaitu penolakan FPI terhadap Ahmadiyah yang didukung oleh aliansi ini. Penolakan FPI terhadap Ahmadiyah sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan, bahwa berdasarkan penelitian dan pengkajian diketahui bahwa Ahmadiyah sesat dan menyesatkan. Habib Rizieq (pimpinan FPI) sempat menyampaikan komentar "membubarkan" Gus Dur, karena terpancing komentar Gus Dur yang menyerukan pembubaran FPI.
Oleh karena itu, sudah selayaknya persoalan diletakkan pada konteksnya, yaitu pembubaran Ahmadiyah berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia. Sedangkan bagi saudara-saudara kita mantan atau ex pengikut Ahmadiyah kita ajak kembali pada aqidah Islam yang sesungguhnya, yang berbasis pada Al Qur'an dan Al Hadist. Jangan lupa, pada awal berdirinya, FPI berjasa menghancurkan para bandar judi dan preman-preman pendukungnya di Jakarta. FPI berjasa melawan tindakan pembunuhan terhadap para ustadz di era 1997-1998 yang difitnah sebagai dukun santet. FPI juga mendukung (berkontribusi) dalam penghapusan pusat prostitusi (pelacuran) Kramat Tunggak di Jakartam yang sekarang menjadi Islamic Center.
Dengan demikian, FPI adalah asset (kekayaan) Umat Islam, sama seperti asset Umat Islam lainnya, yaitu: NU, Muhammadiyah, Majelis Mujahiddin Indonesia, Hizbuttahrir Indonesia, dan lain-lain. Sudah saatnya organisasi-organisasi masyarakat yang berbasis nilai-nilai Islam bersinergi menegakkan nilai-nilai Islam, dan sudah saatnya pula para pimpinan FPI mendidik para anggotanya agar lebih santun (meskipun tetap tegas) dalam menegakkan nilai-nilai Islam.
Ingatlah, Umat Islam di Indonesia pernah mengalami tragedi pembantaian di Ambon (Maluku) tahun 1999-2000, dan di Poso tahun 2000-2001. Saat itu Pemerintah lamban bergerak, sehingga uluran tangan organisasi masyarakat yang berbasis nilai-nilai Islam dan tegas dalam berjuang seperti Laskar Jihad, sangat berarti bagi Umat Islam di Ambon dan Poso.
Semoga Allah SWT terus menerus melindungi Umat Islam di Indonesia dari kerusakan, kejahatan, dan penganiayaan. Semoga Allah SWT berkenan memberi pencerahan pada tokoh-tokoh Umat Islam di Indonesia, untuk berpikir, bersikap, dan berperilaku fathonah (cerdas komprehensif), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar