ABOUT ISLAM

Minggu, 01 Maret 2009

WANITA BERKELIARAN

Ada duabelas asumsi negatif, yang dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena wanita berkeliaran di luar rumah.
Pertama, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka gemar meninggalkan rumah untuk suatu urusan, yang sesungguhnya bukan tugas utamanya dalam konstelasi kehidupan.
Kedua, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka merasa, bahwa menjadi wanita karier lebih mulia daripada menjadi ibu rumah tangga.
Ketiga, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka mengutamakan dirinya sebagai pengumpul rupiah (dollar) daripada sebagai ibu yang menjaga proses regenerasi umat manusia.
Keempat, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka lebih senang meneladani tingkah polah artis Hollywood (Amerika Serikat), Bollywood (India), Eurowood (Eropa), dan Indowood (Indonesia) daripada meneladani keanggunan istri-istri Rasulullah Muhammad SAW (lihat QS.33:30-33).
Kelima, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka tidak bersedia menghindari keburukannya berada di luar rumah (lihat QS.33:30).
Keenam, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka enggan melakukan kebaikan secara optimal di dalam rumah (lihat QS.33:31).
Ketujuh, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka gemar menarik perhatian orang banyak di luar rumah (lihat QS.33:32).
Kedelapan, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka enggan berada di dalam rumah (lihat QS.33:33).
Kesembilan, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka tidak bersedia menghindari ekses pekerjaan publik.
Kesepuluh, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka tidak bersedia fokus pada pekerjaan domestik.
Kesebelas, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika mereka tidak bersedia mencegah komoditisasi wanita.
Keduabelas, wanita berkeliaran di luar rumah, ketika, mereka tidak bersedia fokus pada pengelolaan regenerasi.
Oleh karena itu, sebaik-baik wanita adalah yang bersedia berada di dalam rumah untuk fokus pada pengelolaan regenerasi Umat Islam.

7 komentar:

Kawroo mengatakan...

bagus pak artikelnya.. semoga sukses selalu

Sabri mengatakan...

nice artikel pak. kunjungan balik nih.salam kenal. wass

sufenaria mengatakan...

Assalamu'alaikum wr wb.

Telah lama aku ingin menuliskan uneg2ku tentang "dimana seharusnya wanita berada dan ladang jihadnya". Dan alhamdulillah aku menemukan artikel Bapak sesuai dengan apa yang ingin kusampaikan. Bila tidak keberatan, bolehkah aku mengcopy artikel ini ke blogku dan juga menyebarkannya secara offline (difotokopi) kepada temen2 pengajianku sebagai materi dakwah.

Terima kasih sebelumnya
Wassalamu'alaikum wr wb
Susi

ARISTIONO NUGROHO mengatakan...

Assallamu'alaikum Wr. Wb.
Buat Susi (Sufenaria), atau siapa saja, kalau ingin meng-copy atau menyebarluaskan artikel yang ada di blog ini silahkan.
Bahkan sebaiknya dikembangkan, misalnya ditambahkan atau diperjelas substansi Al Qur'an dan Al Hadist-nya. Trims, yaa...
Wassallamu'alaikum Wr. Wb.

Wulan mengatakan...

sy sendiri mewakili kaum hawa....
sy setuju dg ke12 hal yang disebutkan

tapi kalo boleh menambahkan yg ke13
gmn dg wanita yang keluar rumah untuk berdakwah?

mungkin kedengarannya klise banget,
tapi kalo tidak ada wanita yang berdakwah lantas siapa yang akan mengajak para wanita2 yang termasuk dalam kategori yang Anda sebutkan tadi?

bukankah datangilah suatu kaum dengan bahasa mereka.
jadi menurut saya, ketika kita ingin mengajak para wanita untuk lebih memahami perannya, maka kita harus mendelegasikan seorang wanita jg?
bukan begitu?
(saytama.blogspot.com)

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum pak

Insya Allah ini kunjungan balik.salam kenal. Semoga Allah selalu merahmati. Subhanallah artikelnya pak..
Jadi patokan buatku. Minta ya pak

ARISTIONO NUGROHO mengatakan...

Assallamu'alaikum Wr. Wb.
Thanks buat Wulan dan Fadhillah-voe.
Khusus buat Wulan,... yang bertanggung-jawab untuk berdakwah pada wanita, antara lain: Pertama, bila ia belum menikah, maka kedua orangtuanya-lah yang bertanggung-jawab untuk berdakwah pada wanita tersebut. Kedua, bila sudah menikah, maka suaminya-lah yang bertanggung-jawab untuk berdakwah pada wanita tersebut.
Bukankah kita ketahui, bahwa istri-istri Rasulullah Muhammad SAW tak ada satupun yang berdakwah ke luar rumah.
Selanjutnya coba perhatikan kondisi keluarga para ustadzah, terutama anak-anaknya, yang "diterlantarkan" ibunya, karena Sang Ibu (Ustadzah) tidak berkenan mencontoh istri-istri Rasulullah Muhammad SAW.
Bukankah sebaik-baik contoh bagi muslim adalah Rasulullah Muhammad SAW, dan sebaik-baik contoh bagi muslimah adalah istri-istri Rasulullah Muhammad SAW.
Begitu friend... trims atas pertanyaannya. Semoga Allah SWT meridhai kita, yang sedang berusaha ber-Islam dengan bersungguh-sungguh, dan dengan segenap kemampuan kita.