Adakalanya seseorang belum berhasil, ketika ia berupaya menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu, ia jangan berputus asa, atau jangan patah semangat. Saat itulah ia berkesempatan memanfaatkan kemampuan sadar-dirinya.
Allah SWT berfirman, “Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama (Islam), sebagai fitrah (agama) Allah yang telah Dia ciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan bagi ciptaan Allah, itulah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dalam keadaan bagaimana kelak kembali kepadaNya. Dan bertaqwalah kepadaNya, serta dirikanlah shalat. Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka sehingga menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan hal-hal yang ada pada mereka” (QS.30:30-32).
Berdasarkan firman Allah SWT ini, maka setiap manusia hendaknya mampu sadar diri, agar ia mampu menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam sebagai fitrah bagi manusia. Sadar dirilah, agar dapat membantu diri sendiri yang sedang berupaya menjadi orang yang mampu berbuat kebajikan.
Sebagaimana diketahui, sadar diri adalah kemampuan seseorang dalam mengetahui tentang adanya atau terjadinya sesuatu pada dirinya, yang dengan itu ia bangkit dan mampu mengambil suatu keputusan, pilihan, atau upaya yang tepat dalam melakukan perbaikan untuk mencapai kebajikan.
Sadar diri bermanfaat bagi seseorang, terutama ketika ia ingin mengetahui posisinya dalam berinteraksi dengan orang lain atau masyarakat. Berdasarkan posisi inilah ia dapat mengambil suatu keputusan, pilihan, atau upaya yang tepat dalam melakukan perbaikan untuk mencapai kebajikan.
Agar mampu sadar diri seseorang perlu memiliki informasi dan pemahaman yang memadai tentang dirinya dan kebajikan yang diperjuangkannya. Informasi ini diperlukan agar ia mengetahui jarak antara dirinya dengan kebajikan.
Bila antara dirinya dengan kebajikan terdapat jarak yang terlalu jauh, maka ia harus berupaya mendekatkan kualitas dirinya dengan kebajikan. Dengan kata lain, kualitas dirinya harus sesuai dengan kebajikan.
Oleh karena itu, seseorang perlu terus menerus memiliki ketertarikan pada kebajikan, dengan cara terus menerus memperbarui informasi dan pemahaman yang memadai tentang kebajikan. Seseorang yang sadar diri juga berikhtiar dengan bersikap, bahwa balasan atas suatu penderitaan yang dialami haruslah sesuatu yang membajikkan.
Balasan juga harus mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin senang melakukan kebajikan. Demikian pula dengan balasan atas celaan atau hinaan haruslah sesuatu yang mampu mencerahkan, atau mendorong diri sendiri, orang lain, dan masyarakat semakin gemar memahami kebajikan.
Ikhtiar membajikan dan mencerahkan yang dilakukan oleh seseorang yang sadar diri, berbasis pada kesediaannya untuk menyerap informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari lingkungan. Ia sungguh-sungguh berupaya memanfaatkan inderanya secara optimal, dengan banyak mendengar, melihat, dan mengamati.
Bagi seseorang yang sadar diri, umur tidak mampu menghalanginya untuk terus menerus belajar. Baginya belajar tidak selalu bersekolah, melainkan lebih dimaknai sebagai upaya pembaruan informasi, pengetahuan, dan keterampilan secara terus menerus. Oleh karena itu belajar dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, atau belajar dapat dilakukan oleh siapapun baik ia bersekolah maupun tidak bersekolah.
Selamat mencoba, semoga Allah SWT berkenan meridhai...