Setiap orang
hendaknya mampu mengenali diri sendiri. Tepatnya, ia faham gambaran tentang
dirinya sendiri. Ia faham, bahwa dirinya terikat oleh waktu. Ia pernah berada
di masa lalu, ia sedang berada di masa kini, dan suatu saat ia akan berada di
masa depan.
Oleh karena itu,
penting bagi dirinya memperhatikan pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya
dari waktu ke waktu. Pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya di masa kini,
harus berbasis evaluasi dan analisis terhadap pemikiran, sikap, tindakan, dan
perilakunya di masa lalu.
Ia harus
mengingat segenap kesalahan dan keburukan pemikiran, sikap, tindakan, dan
perilakunya di masa lalu, agar tidak terulang di masa kini. Pada saat yang
sama, ia harus mengingat segenap kebajikan pemikiran, sikap, tindakan, dan
perilakunya di masa lalu, untuk diulang dan dikembangkan di masa kini dan masa
depan.
Penting bagi
dirinya mengerahkan segenap indera yang dimilikinya, untuk mewujudkan citra
kebajikan dirinya di sepanjang masa (masa lalu, masa kini, dan masa depan).
Gambaran tentang diri sendiri haruslah dibentuk dengan sungguh-sungguh, melalui
pengalaman dan kinerja kebajikan, sehingga ia berhak disebut sebagai pribadi
yang penuh kebajikan.
Tidak penting
kharisma yang dimiliki seseorang, karena kharisma tidak bermanfaat bila tiada
kebajikan yang dihasilkan. Kharisma hanyalah tampilan menarik seseorang, yang
tidak bermakna tanpa substansi kebajikan. Oleh karena itu, penuhilah diri
dengan sebanyak mungkin kebajikan, lalu kemas dalam kharisma yang menarik.
Saat itulah,
gambaran terindah tentang diri sendiri akan mudah ditangkap oleh orang lain. Ketika
seseorang akan membangun gambaran tentang diri sendiri, maka penting baginya
memperhatikan proses. Telah menjadi pengetahuan umum, bahwa segala sesuatu
melalui proses sedikit demi sedikit dan dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu,
akumulasikan kebajikan sedikit demi sedikit, dari waktu ke waktu, dengan penuh
kesabaran. Saat kebajikan telah melimpah, maka ia akan mendapati gambaran yang
baik tentang diri sendiri. Gambaran yang baik tentang diri sendiri, yang
berbasis pada akumulasi kebajikan dari waktu ke waktu; akan memudahkan orang
lain untuk juga menerima gambaran yang baik tersebut.
Gambaran ini
mendorong orang lain memberi kepercayaan yang memadai pada diri orang tersebut,
sehingga sinergi antara dirinya dengan orang lain mulai terbuka. Sinergi
tersebut dapat diarahkan untuk mendistribusikan kebajikan ke segenap pihak, dan
ke seluruh wilayah yang terjangkau.
Keinginan
mendistribusikan kebajikan, akan mendorong seseorang untuk bersungguh-sungguh
memperoleh harta, pangkat, jabatan, peringkat, dan gelar (sosial dan akademis).
Hartanya dapat ia gunakan untuk
mendistribusikan kebajikan, dengan cara membantu pihak-pihak yang lemah secara
ekonomi. Pangkat dan jabatannya
dapat ia gunakan untuk mendistribusikan kebajikan, dengan cara menetapkan
keputusan yang dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan bantuan dan
perlindungan.
Gelarnya dapat ia gunakan
untuk mendistribusikan kebajikan, dengan cara memberi solusi atas kesulitan dan
masalah yang dihadapi masyarakat. Demikianlah, gambaran tentang diri sendiri,
yang dipenuhi oleh kabajikan, yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, dari waktu
ke waktu.
Selamat
merenungkan, dan jangan lupa berdoa kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa
Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT berkenan meridhai…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar