Ada orang yang
gemar mengasihani diri sendiri. Oleh karena itu, ia enggan mengajak dirinya
bekerja keras. Alasannya, “Kasihan…!” Kalau ia pelajar atau mahasiswa, maka ia
enggan memaksa dirinya untuk belajar. Alasannya, “Kasihan…!”
Kalau ia pekerja,
buruh, atau karyawan, maka ia enggan memaksa dirinya untuk disiplin dalam
bekerja. Alasannya, “Kasihan…!” Kalau ia wirausahawan, maka ia enggan memaksa
dirinya untuk berikhtiar sungguh-sungguh membesarkan usahanya. Alasannya,
“Kasihan…!”
Akibatnya, kalau
ia pelajar atau mahasiswa, maka ia adalah pelajar atau mahasiswa yang lemah
dalam ilmu, pengetahuan, dan keterampilan. Kalau ia pekerja, buruh, atau
karyawan, maka ia adalah pekerja, buruh, atau karyawan yang lemah prestasi.
Kalau ia wirausahawan, maka ia adalah wirausahawan yang lemah.
Oleh karena itu,
setiap orang hendaknya berkenan bekerja keras mendisiplinkan diri, dan jangan
terbiasa mengasihani diri. Bukankah lebih baik, seseorang itu “keras” terhadap
dirinya agar “dunia” lembut terhadap dirinya. Daripada ia lemah terhadap
dirinya, sehingga dunia “keras” terhadap dirinya.
Untuk itu setiap
orang hendaknya berkenan bekerja keras. Kemudian, agar faham tentang cara
bekerja keras yang baik, maka ia perlu membaca firman Allah SWT dan hadist
Rasulullah Muhammad SAW, tentang cara hidup yang baik.
Cara hidup yang
baik menurut Allah SWT, adalah: Pertama,
beribadah kepada Allah SWT, yaitu dengan melaksanakan ibadah yang Allah SWT
perintahkan kepada manusia. Selanjutnya menjadikan nilai-nilai ibadah sebagai
sumber inspirasi dalam memberi manfaat optimal bagi lingkungan;
Kedua, rahmatan lil’alamiin atau memberi manfaat optimal bagi lingkungan, yaitu
dengan menggunakan setiap potensi diri bagi kebaikan manusia dan lingkungan
sekitar. Cara hidup seperti ini mendorong yang bersangkutan untuk terus menerus
menggali potensi diri, dan mengubahnya menjadi kemampuan diri atau mampu
melakukan aktualisasi potensi diri.
Agar mampu
mengaktualisasi potensi diri, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh
seseorang, yaitu: Pertama,
referensi. Ia harus memperhatikan bacaan yang selama ini ia baca, di mana
bacaan itu harus mampu menginspirasi dirinya sehingga mampu memperbaiki diri.
Ia juga harus memperhatikan tokoh yang ia jadikan acuan atau contoh, di mana
tokoh itu haruslah tokoh yang mampu menginspirasi dirinya sehingga mampu
memperbaiki diri;
Kedua, sahabat. Ia harus bersinergi dengan banyak orang yang bersedia
bekerjasama dalam beribadah kepada Allah SWT, dan memberi manfaat optimal bagi
lingkungan. Oleh karena itu, ia harus pandai memilih sahabat yang bersedia
bersinergi, agar ia tidak tertipu oleh orang yang menyatakan sahabat, tetapi
tidak bersedia bersinergi.
Selamat
merenungkan, dan jangan lupa berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan Bangsa Indonesia,
Bangsa Palestina, dan Umat Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT berkenan meridhai...
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar