Beraneka ragam perasaan dapat "menghampiri" manusia, yang diawali dari perasaan menerima (acceptance), patuh (submission), heran (surprise), terpesona (awe), takut (fear), kecewa (disappointment), sedih (sadness), menyesal (remorse), jijik karena faktor internal (disgust), jijik karena faktor eksternal (contempt), marah (anger), agresif (aggressiveness), pengharapan (anticipation), optimis (optimism), sukacita (joy), dan memuncak pada perasaan cinta (love).
Perasaan kecewa dan menyesal akan menghampiri manusia, ketika ia gagal mencintai Allah SWT. Kegagalan ini dapat berdampak buruk pada dirinya, ketika ia menjadi jijik kepada kebajikan, dan bertindak agresif pada sesama manusia dan lingkungannya.
Bila hal ini telah terjadi, jangan putus asa, melainkan segera perbaiki diri. Bukankah manusia mengetahui bahwa Allah SWT, Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
Oleh karena itu, hendaknya manusia bersungguh-sungguh mencintai Allah SWT, yang dibuktikan dengan patuh kepada Allah SWT. Kesemua ini dikarenakan ia terpesona oleh Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayangnya Allah SWT, padahal sesungguhnya Allah SWT Maha Berkehendak. Bukankah Allah SWT Maha Esa? maka Ia Maha Berkehendak. Tetapi Ia ternyata Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan demikian wajar saja jika manusia "meletakkan" cintanya hanya untuk Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, dan jihad di "jalan" Allah SWT (sesuai QS.9:24). Cinta ini diwujudkan dalam format beribadah kepada Allah SWT (sesuai QS.51:56), dan rahmatan lil'alamiin (sesuai QS.21:107).
Perasaan kecewa dan menyesal akan menghampiri manusia, ketika ia gagal mencintai Allah SWT. Kegagalan ini dapat berdampak buruk pada dirinya, ketika ia menjadi jijik kepada kebajikan, dan bertindak agresif pada sesama manusia dan lingkungannya.
Bila hal ini telah terjadi, jangan putus asa, melainkan segera perbaiki diri. Bukankah manusia mengetahui bahwa Allah SWT, Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
Oleh karena itu, hendaknya manusia bersungguh-sungguh mencintai Allah SWT, yang dibuktikan dengan patuh kepada Allah SWT. Kesemua ini dikarenakan ia terpesona oleh Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayangnya Allah SWT, padahal sesungguhnya Allah SWT Maha Berkehendak. Bukankah Allah SWT Maha Esa? maka Ia Maha Berkehendak. Tetapi Ia ternyata Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Dengan demikian wajar saja jika manusia "meletakkan" cintanya hanya untuk Allah SWT, Rasulullah Muhammad SAW, dan jihad di "jalan" Allah SWT (sesuai QS.9:24). Cinta ini diwujudkan dalam format beribadah kepada Allah SWT (sesuai QS.51:56), dan rahmatan lil'alamiin (sesuai QS.21:107).