Merusak diri, adalah suatu kondisi di mana seseorang berupaya menggagalkan kesuksesan atau kemenangan dirinya atas segenap dinamika sosial yang dihadapinya.
Agar berhasil merusak dirinya sendiri, seseorang biasanya mengawali dengan merusak kesehatannya, yang kemudian dilanjutkan dengan merusak mindset atau pola pikirnya. Akibatnya segenap pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya akan rusak, atau jauh dari kebajikan.
Agar tidak merusak diri, setiap orang hendaknya berupaya menghilangkan penyakit dalam “hatinya”, seperti rasa tamak (serakah), dan dengki (iri hati). Hal ini perlu dilakukan agar ia tidak terjebak dalam “jalan” sesat yang mengakibatkan psike atau jiwanya menjadi tak tenang, dan akhirnya sesak nafas atau stroke.
Agar tidak merusak diri, setiap orang hendaknya terus menerus mempelajari konsepsi kehidupan dengan baik. Selayaknya ia mengenali konsepsi kehidupan, dengan cara mempelajari kajian akademik tentang konsepsi kehidupan, dan informasi popular tentang konsepsi kehidupan.
Kesediaan mempelajari konsepsi kehidupan, akan menjadikan seseorang memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsepsi kehidupan. Pengetahuan inilah yang kemudian digunakan sebagai dasar bagi seseorang dalam merespon dinamika sosial yang dihadapinya, agar ia tetap berada pada jalur pencapaian kebajikan.
Tepatlah kiranya bila ia selalu berdoa kepada Allah SWT, agar Allah SWT berkenan melimpahkan petunjuk kepadanya. Saat itulah secara bersamaan ia berhasil mencegah mindset-nya dari kerusakan. Mindset yang baik, akan mendorong pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku seseorang tetap berada pada jalur pencapaian kebajikan yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Oleh karena buruknya akibat yang ditimbulkan dari aktivitas merusak diri, maka setiap orang dianjurkan untuk “Jangan Merusak Diri”. Untuk itu, setiap orang hendaknya bersungguh-sungguh berupaya sukses (success). Sebagaimana diketahui, sukses adalah suatu kondisi ketika seseorang berhasil mencapai sesuatu yang ingin dicapainya.
Seseorang dinyatakan sukses, ketika ia mampu mendapatkan kemajuan (achievement) yang berupa suatu kebajikan. Kesuksesan seseorang ditentukan oleh pencapaian kebajikan yang berhasil ia lakukan, karena seseorang yang sedang berupaya untuk sukses, akan berusaha agar pemikiran, sikap, tindakan, dan perilakunya bernilai (valuable) serta berguna (useful) bagi dirinya dan masyarakat.
Allah SWT berfirman, “Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu” (QS.51:56).
Allah SWT juga berfirman, “Dan Kami tiada mengutusmu melainkan sebagai rahmatan lil’alamiin” (QS.21:107).
Dengan memperhatikan firman Allah SWT dalam QS.51:56 dan QS.21:107 sudah selayaknya seorang manusia tidak merusak diri, agar ia berkesempatan memadukan semangat beribadah kepada Allah SWT dengan semangat rahmatan lil’alamiin.
Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai...