Umat Islam adalah umat yang majemuk, pluralis, atau beraneka-ragam kondisi ekonomi atau kesejahteraannya. Ada sebagian umat Islam yang hidup makmur atau sejahtera, namun demikian ada pula sebagian umat Islam yang hidup serba kekurangan atau miskin.
Bila seseorang sudah berdzikir optimal (bertaqwa), berpikir optimal, dan berikhtiar optimal namun tetap miskin, maka tentulah Allah SWT Maha Mengetahui tentang amanat yang diemban oleh orang tersebut. Namun bila ia belum berdzikir optimal, belum berpikir optimal, dan belum berikhtiar optimal, dan ia dalam keadaan miskin, maka ia perlu melakukan introspeksi diri.
Secara faktual diketahui, bahwa ada sebagian umat Islam yang bodoh, sehingga mengalami marginalisasi (proses peminggiran sosial), dan akhirnya menjadi miskin. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengatasi kebodohan, yaitu dengan memberi pencerahan.
Allah SWT berfirman, "Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, yaitu orang-orang yang lalai dan bodoh" (QS.51:11-12). Firman ini menunjukkan perintah tegas dari Allah SWT agar manusia menghindari tiga hal, yaitu: dusta, lalai, dan bodoh.
Rasulullah Muhammad SAW pernah berpesan, bahwa bila seseorang ingin sukses di dunia ia harus memiliki ilmunya, bila seseorang ingin sukses di akherat ia harus memiliki ilmunya, dan bila seseorang ingin sukses di dunia dan akherat ia juga harus memiliki ilmunya. Dengan demikian seorang manusia harus memiliki ilmu agar sukses di dunia dan akherat, termasuk sukses untuk keluar dari kemiskinan.
Agar hidup menjadi lebih baik, lebih makmur, atau lebih sejahtera, maka seorang manusia tidak boleh berdusta, agar orang lain dapat mempercayainya, dan bersedia berbisnis halal dengannya. Seorang manusia juga tidak boleh lalai, ia harus menepati janjinya, tidak mengabaikan kewajibannya, dan sangat memperhatikan hak-hak rekan bisnisnya. Seorang manusia juga tidak boleh bodoh, agar rekan bisnisnya tidak kecewa kepadanya. Seorang manusia yang cerdas akan dapat memenuhi kontrak bisnisnya dengan baik, yaitu tepat kualitas, kuantitas, dan waktu pelaksanaan atau penyampaiannya.
Bila ini terpenuhi, maka seseorang akan lebih mudah berbisnis. Banyak pihak yang bersedia berbisnis dengannya, dan insyaAllah ia dapat keluar dari kemiskinan, sehingga dapat berbagi kesejahteraan dengan orang lain.
Bila seseorang sudah berdzikir optimal (bertaqwa), berpikir optimal, dan berikhtiar optimal namun tetap miskin, maka tentulah Allah SWT Maha Mengetahui tentang amanat yang diemban oleh orang tersebut. Namun bila ia belum berdzikir optimal, belum berpikir optimal, dan belum berikhtiar optimal, dan ia dalam keadaan miskin, maka ia perlu melakukan introspeksi diri.
Secara faktual diketahui, bahwa ada sebagian umat Islam yang bodoh, sehingga mengalami marginalisasi (proses peminggiran sosial), dan akhirnya menjadi miskin. Oleh karena itu, langkah awal yang harus dilakukan adalah mengatasi kebodohan, yaitu dengan memberi pencerahan.
Allah SWT berfirman, "Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta, yaitu orang-orang yang lalai dan bodoh" (QS.51:11-12). Firman ini menunjukkan perintah tegas dari Allah SWT agar manusia menghindari tiga hal, yaitu: dusta, lalai, dan bodoh.
Rasulullah Muhammad SAW pernah berpesan, bahwa bila seseorang ingin sukses di dunia ia harus memiliki ilmunya, bila seseorang ingin sukses di akherat ia harus memiliki ilmunya, dan bila seseorang ingin sukses di dunia dan akherat ia juga harus memiliki ilmunya. Dengan demikian seorang manusia harus memiliki ilmu agar sukses di dunia dan akherat, termasuk sukses untuk keluar dari kemiskinan.
Agar hidup menjadi lebih baik, lebih makmur, atau lebih sejahtera, maka seorang manusia tidak boleh berdusta, agar orang lain dapat mempercayainya, dan bersedia berbisnis halal dengannya. Seorang manusia juga tidak boleh lalai, ia harus menepati janjinya, tidak mengabaikan kewajibannya, dan sangat memperhatikan hak-hak rekan bisnisnya. Seorang manusia juga tidak boleh bodoh, agar rekan bisnisnya tidak kecewa kepadanya. Seorang manusia yang cerdas akan dapat memenuhi kontrak bisnisnya dengan baik, yaitu tepat kualitas, kuantitas, dan waktu pelaksanaan atau penyampaiannya.
Bila ini terpenuhi, maka seseorang akan lebih mudah berbisnis. Banyak pihak yang bersedia berbisnis dengannya, dan insyaAllah ia dapat keluar dari kemiskinan, sehingga dapat berbagi kesejahteraan dengan orang lain.