Tidaklah benar jika ada beberapa orang yang menyatakan, bahwa fakta terdiri dari fakta irasional dan rasional saja. Sesungguhnya fakta terdiri dari: fakta irasional, fakta rasional, dan fakta supra rasional.
Fakta irasional adalah sesuatu yang secara real ada, tetapi secara substantif ditolak oleh rasio manusia. Contohnya antara lain legenda, mithos, dan dogma, yang secara real ada (ada legendanya, ada mithosnya, atau ada dogmanya), tetapi secara substantif isi atau konten dari legenda, mithos, atau dogma tersebut ditolak oleh rasio manusia.
Fakta rasional adalah sesuatu yang secara real ada, dan secara substantif dapat diterima oleh rasio manusia. Contohnya antara lain pengetahuan tentang gravitasi bumi, yang secara real ada (ada gravitasi bumi), dan secara substantif isi atau kontennya (tentang gravitasi bumi) dapat diterima oleh rasio manusia.
Fakta supra rasional, adalah sesuatu yang secara real ada, namun secara substantif di luar jangkauan rasio (indera) manusia. Contohnya antara lain pengetahuan tentang Tuhan, yang secara real ada (ada pengetahuan manusia tentang keberadaan Tuhan yang didorong oleh kerinduan manusia kepada Tuhan), namun secara substantif isi atau kontennya (pengetahuan tentang Tuhan) di luar jangkauan rasio (indera) manusia.
Fakta supra rasional terserap menjadi fakta rasional, melalui sistem pewahyuan, yaitu proses turunya wahyu (firman Tuhan) kepada manusia melalui seorang Rasulullah (Utusan Allah SWT). Pengetahuan supra rasional inilah yang sebenarnya mencerahkan aras rasional.
Sebagai contoh adalah turunnya QS.112:1-4 yang isinya, "Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah "tempat" meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya."
Setelah menerima wahyu (melalui Rasulullah) barulah manusia berupaya melacak pengetahuan agar dapat menjelaskan wahyu tersebut secara ilmiah. Selanjutnya nampaklah, bahwa pemahaman substansi "Tuhan itu Maha Esa", didasari oleh beberapa teori, sebagai berikut: Pertama, Teori Diferensiasi Sosial, yang menyatakan bahwa zat dan sifat Tuhan berbeda dengan manusia. Kedua, Teori Big Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan diciptakan. Ketiga, Teori Intelligent Design, yang menyatakan bahwa alam semesta dan tiap fisik makhluk hidup diciptakan secara final (sebaik-baik makhluk) . Keempat, Teori Kekuasaan Absolut, yang menyatakan bahwa sesuatu disebut Tuhan bila Maha Kuasa. Kelima, Teori Kekuasaan Tunggal, menyatakan bahwa karena Tuhan Maha Kuasa, maka Ia harus Maha Esa.
Keunggulan substansi "Tuhan itu Maha Esa" terletak pada kemampuan substansi ini dalam menjelaskan keesaan Tuhan. Konsepsi "Tuhan itu Maha Esa" perlu "dikawal" agar diapat terhindar dari provokasi substansi yang salah, yang hadir sebagai tantangan, yaitu:
Tantangan Pertama datang dari golongan manusia yang mengakui, bahwa Tuhan itu tidak ada. Kelompok orang-orang ini menggunakan teori, sebagai berikut: Pertama, Teori Steady State, yang menyatakan bahwa alam semesta ada dengan sendirinya. Kedua, Teori Evolusi, yang menyatakan bahwa tiap fisik makhluk hidup mengalami evolusi. Catatan: Teori Steady State dan Teori Evolusi telah gugur secara ilmiah.
Tantangan Kedua, datang dari golongan manusia yang mengakui, bahwa Tuhan itu lebih dari satu. Kelompok orang ini menggunakan Teori Analogi Sosial, yang menyatakan bahwa kehidupan Tuhan mirip kehidupan manusia, sehingga ada Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, dan Tuhan Anak. Catatan: Teori Analogi Sosial telah gugur secara ilmiah.
Tantangan ini (tantangan pertama dan kedua) tidak boleh membuat gentar ilmuwan muslim, melainkan justru meningkatkan gairah ilmuwan muslim dalam bergelut dengan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Ketika ilmu, pengetahuan, dan teknologi telah berada di "puncak", maka saat itulah substansi "Tuhan itu tidak ada" dan "Tuhan itu lebih dari satu" gugur, karena tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.
Fakta irasional adalah sesuatu yang secara real ada, tetapi secara substantif ditolak oleh rasio manusia. Contohnya antara lain legenda, mithos, dan dogma, yang secara real ada (ada legendanya, ada mithosnya, atau ada dogmanya), tetapi secara substantif isi atau konten dari legenda, mithos, atau dogma tersebut ditolak oleh rasio manusia.
Fakta rasional adalah sesuatu yang secara real ada, dan secara substantif dapat diterima oleh rasio manusia. Contohnya antara lain pengetahuan tentang gravitasi bumi, yang secara real ada (ada gravitasi bumi), dan secara substantif isi atau kontennya (tentang gravitasi bumi) dapat diterima oleh rasio manusia.
Fakta supra rasional, adalah sesuatu yang secara real ada, namun secara substantif di luar jangkauan rasio (indera) manusia. Contohnya antara lain pengetahuan tentang Tuhan, yang secara real ada (ada pengetahuan manusia tentang keberadaan Tuhan yang didorong oleh kerinduan manusia kepada Tuhan), namun secara substantif isi atau kontennya (pengetahuan tentang Tuhan) di luar jangkauan rasio (indera) manusia.
Fakta supra rasional terserap menjadi fakta rasional, melalui sistem pewahyuan, yaitu proses turunya wahyu (firman Tuhan) kepada manusia melalui seorang Rasulullah (Utusan Allah SWT). Pengetahuan supra rasional inilah yang sebenarnya mencerahkan aras rasional.
Sebagai contoh adalah turunnya QS.112:1-4 yang isinya, "Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah "tempat" meminta. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara denganNya."
Setelah menerima wahyu (melalui Rasulullah) barulah manusia berupaya melacak pengetahuan agar dapat menjelaskan wahyu tersebut secara ilmiah. Selanjutnya nampaklah, bahwa pemahaman substansi "Tuhan itu Maha Esa", didasari oleh beberapa teori, sebagai berikut: Pertama, Teori Diferensiasi Sosial, yang menyatakan bahwa zat dan sifat Tuhan berbeda dengan manusia. Kedua, Teori Big Bang, yang menyatakan bahwa alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan diciptakan. Ketiga, Teori Intelligent Design, yang menyatakan bahwa alam semesta dan tiap fisik makhluk hidup diciptakan secara final (sebaik-baik makhluk) . Keempat, Teori Kekuasaan Absolut, yang menyatakan bahwa sesuatu disebut Tuhan bila Maha Kuasa. Kelima, Teori Kekuasaan Tunggal, menyatakan bahwa karena Tuhan Maha Kuasa, maka Ia harus Maha Esa.
Keunggulan substansi "Tuhan itu Maha Esa" terletak pada kemampuan substansi ini dalam menjelaskan keesaan Tuhan. Konsepsi "Tuhan itu Maha Esa" perlu "dikawal" agar diapat terhindar dari provokasi substansi yang salah, yang hadir sebagai tantangan, yaitu:
Tantangan Pertama datang dari golongan manusia yang mengakui, bahwa Tuhan itu tidak ada. Kelompok orang-orang ini menggunakan teori, sebagai berikut: Pertama, Teori Steady State, yang menyatakan bahwa alam semesta ada dengan sendirinya. Kedua, Teori Evolusi, yang menyatakan bahwa tiap fisik makhluk hidup mengalami evolusi. Catatan: Teori Steady State dan Teori Evolusi telah gugur secara ilmiah.
Tantangan Kedua, datang dari golongan manusia yang mengakui, bahwa Tuhan itu lebih dari satu. Kelompok orang ini menggunakan Teori Analogi Sosial, yang menyatakan bahwa kehidupan Tuhan mirip kehidupan manusia, sehingga ada Tuhan Bapak, Tuhan Ibu, dan Tuhan Anak. Catatan: Teori Analogi Sosial telah gugur secara ilmiah.
Tantangan ini (tantangan pertama dan kedua) tidak boleh membuat gentar ilmuwan muslim, melainkan justru meningkatkan gairah ilmuwan muslim dalam bergelut dengan ilmu pengetahuan dan teknlogi. Ketika ilmu, pengetahuan, dan teknologi telah berada di "puncak", maka saat itulah substansi "Tuhan itu tidak ada" dan "Tuhan itu lebih dari satu" gugur, karena tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya.