Percaya diri dapat
mendekatkan seseorang pada peluang keberhasilan, oleh karena itu percaya diri
harus dibentuk dan dibangkitkan. Percaya diri dibentuk seiring berkembangnya
kematangan diri, yang akan mengantarkan seseorang pada sikap percaya diri dan
optimis, serta kesadaran bahwa ia sanggup meraih cita-cita.
Ia faham bahwa meraih
cita-cita bukanlah sesuatu yang mudah, karena banyak tantangan yang harus ia
hadapi. Adakalanya ia tegar, tetapi adakalanya ia merasa berat. Kondisi ini
merupakan hal yang wajar dialami oleh seseorang yang sedang berjuang menggapai
cita-cita.
Untuk mengembalikan
semangat, maka seseorang perlu membangun motivasi, dengan cara menghadiri
seminar motivasi, membaca buku motivasi, atau berdiskusi dengan sahabat yang
mampu memotivasi.
Agar motivasi yang
sempat memudar kembali “bersinar”, maka ia perlu: Pertama, mengembangkan sikap tanggung-jawab sebagai hamba Allah
SWT, yang bertugas beribadah kepada Allah SWT, dan bertugas rahmatan lil’alamiin (memberi manfaat
optimal bagi lingkungan).
Kedua,
mengembangkan sikap positif, bahwa Allah SWT selalu memberikan yang terbaik
bagi dirinya.
Ketiga,
sanggup membaca potensi diri, karena Allah SWT telah menciptakan dirinya dalam
bentuk (kondisi) yang sempurna.
Keempat, berani
mengambil resiko, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Apabila motivasinya kembali bersinar, maka
ia berpeluang menghadirkan situasi dan kondisi yang menguntungkan dirinya. Pada
awalnya ia membentuk situasi dan kondisi ini. Tetapi, karena terus menerus
dibentuk dan terbentuk, maka akhirnya situasi dan kondisi ini terbentuk dengan
sendirinya.
Seolah-olah ada sesuatu yang bergerak sendiri dalam membentuk
situasi dan kondisi yang menguntungkan. Salah satu keuntungan dari situasi dan
kondisi ini adalah pengakuan atas kredibilitas diri, yang merupakan kualitas
yang disandang oleh seseorang, yang menggambarkan kemampuan dan kesanggupannya
untuk dipercaya.
Orang yang dapat dipercaya adalah orang
yang kredibel, sedangkan kondisi kredibel yang disandang disebut
“kredibilitas”. Contoh, seseorang yang selalu
menjaga amanah atau kepercayaan, dengan memenuhi segenap komitmennya adalah
orang yang kredibel.
Dengan demikian kredibilitas merupakan
sesuatu yang penting, karena dalam berinteraksi dibutuhkan kredibilitas, sebab
tidak ada seorangpun yang bersedia kerjasama dengan orang yang tidak kredibel. Dengan kata lain, agar ada sesuatu yang bergerak sendiri dalam membentuk
situasi dan kondisi yang menguntungkan, maka dibutuhkan kredibilitas seseorang.
Untuk jangka pendek, kredibilitas muncul
sebagai kesan pertama (first impression)
seseorang terhadap orang lain ketika mulai berinteraksi, seperti: penampilan,
sikap, serta tempo dan nada bicara.
Ketika berinteraksi, seseorang akan memberi
kesan yang baik pada orang lain, apabila: Pertama,
ia berpenampilan baik, misal mengenakan pakaian yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam, yaitu pakaian yang sopan dan menutup aurat.
Kedua, ia bersikap baik, misal gerak-gerik dan postur tubuhnya ketika
berdiri berhasil memberikan kesimpulan atau asumsi dari orang lain, bahwa
dirinya tidak akan menjadi ancaman, dan tidak akan membahayakan orang lain,
bahkan akan menguntungkan orang lain.
Ketiga, ia memiliki kecepatan dan nada bicara yang baik, sehingga orang
lain menjadi lebih mudah bersimpati padanya.
Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa
kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat
Islam di seluruh dunia.
Semoga Allah SWT
berkenan meridhai...
...