Setiap manusia, baik muslim maupun non muslim sesungguhnya sedang menyongsong kematian. Suka atau tidak suka, hari-hari yang dilaluinya justru mengarah pada kematian. Ia dapat mengalami kematian kapan saja, dan dengan cara apa saja. Apapun prosedur yang ditempuhnya, ia sedang memproses dirinya menuju kematian. Allah SWT adalah penentu waktu dan cara kematian setiap manusia.
Setelah kematiannya, maka manusia yang bersangkutan akan dimintai pertanggung-jawaban atas semua pemikiran, sikap, dan perilakunya ketika masih hidup. Mereka yang tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, tentu saja akan terkejut, tetapi semua itu terlambat, karena ia harus segera mempertanggung-jawabkan pemikiran, sikap, dan perilakunya kepada Allah SWT. Saat itu, suasananya tentu sangat mendebarkan dan dramatis.
Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan, "Akherat mendekat, dan dunia akan segera berlalu. Perjalanan masih panjang, namun bekal sangat kurang, dan "bahaya" semakin besar." Oleh karena kepongahan seorang manusia, ia seringkali melupakan kematian, seolah-olah kematian hanya untuk orang lain. Seolah-olah kematian hanya tayangan di televisi, berita di radio, atau sekedar tulisan di surat kabar harian.
Para pecinta dunia, seringkali melupakan akherat. Para pecinta dunia, seringkali mengabaikan kematian. Para pecinta dunia, seringkali meremehkan nilai-nilai Islam. Mereka hidup untuk memperebutkan dunia, dan dengan berbagai cara haram (tidak halal) mereka berupaya mendapatkannya. Mereka terkejut, karena ketika dunia didapatkan, berupa harta, pangkat, jabatan, dan segenap asesorinya, ternyata ia berada pada track menyongsong kematian. Ketika ia sadar, ia telah terlambat, kematian telah datang menjemput.
Rasulullah Muhammad SAW pernah mengingatkan, "Banyak-banyaklah mengingat mati, sebab mengingat mati itu akan mengurangi kecintaan seseorang terhadap dunia" (HR. Anas RA).
Setelah kematiannya, maka manusia yang bersangkutan akan dimintai pertanggung-jawaban atas semua pemikiran, sikap, dan perilakunya ketika masih hidup. Mereka yang tidak mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, tentu saja akan terkejut, tetapi semua itu terlambat, karena ia harus segera mempertanggung-jawabkan pemikiran, sikap, dan perilakunya kepada Allah SWT. Saat itu, suasananya tentu sangat mendebarkan dan dramatis.
Imam Al-Ghazali pernah mengingatkan, "Akherat mendekat, dan dunia akan segera berlalu. Perjalanan masih panjang, namun bekal sangat kurang, dan "bahaya" semakin besar." Oleh karena kepongahan seorang manusia, ia seringkali melupakan kematian, seolah-olah kematian hanya untuk orang lain. Seolah-olah kematian hanya tayangan di televisi, berita di radio, atau sekedar tulisan di surat kabar harian.
Para pecinta dunia, seringkali melupakan akherat. Para pecinta dunia, seringkali mengabaikan kematian. Para pecinta dunia, seringkali meremehkan nilai-nilai Islam. Mereka hidup untuk memperebutkan dunia, dan dengan berbagai cara haram (tidak halal) mereka berupaya mendapatkannya. Mereka terkejut, karena ketika dunia didapatkan, berupa harta, pangkat, jabatan, dan segenap asesorinya, ternyata ia berada pada track menyongsong kematian. Ketika ia sadar, ia telah terlambat, kematian telah datang menjemput.
Rasulullah Muhammad SAW pernah mengingatkan, "Banyak-banyaklah mengingat mati, sebab mengingat mati itu akan mengurangi kecintaan seseorang terhadap dunia" (HR. Anas RA).
3 komentar:
Artikel yang mengingatkan kita tentang kematian. Hidup ini memang hanya untuk mencari bekal ke negeri akhirat
Assalamualaikum wrm wbt
Salam ziarah kembali.
Artikel2 yang menarik di sini.
terima kasih ya.
Artikel yg sangat menggugah kita untuk selalu mengingat bahwa tujuan akhir hidup ini adalah mati.
Apalagi dengan seringnya terjadi bencana alam di muka bumi ini, yg secara tidak langsung adalah peringatan dari Allah kepada umatnya dimuka bumi ini untuk selalu mengingat-Nya ...Allahu Akbar.
Posting Komentar