Binary number atau bilangan binair, adalah sistem bilangan yang hanya terdiri dari dua angka, yaitu 0 dan 1. Binary number digunakan dalam proses pengkodean informasi dalam komputer, sehingga komputer dapat memproses berbagai informasi dengan cepat dan tepat. Contoh binary number seperti: 0101, 0111, 0110, 1001, 1011, 1000, 0000, 0100, 0001, 0011, dan seterusnya.
Ada hal yang menarik yang berkaitan dengan binary number, yaitu kombinasi 0 dan 1. Dengan menggunakan perspektif simbolik bernuansa matematika, maka seorang muslim mengetahui bahwa binary number merupakan cermin kebenaran dan implementasi firman Allah SWT dalam QS. 112: 1-4 atau QS. Al Ikhlas.
Dalam QS.112:1-4 Allah SWT berfirman, bahwa: (1) Allah SWT itu Maha Esa; (2) Hanya kepada Allah SWT, manusia meminta atau mohon pertolongan; (3) Allah SWT itu tidak beranak dan tidak pula diperanakkan; dan (4) Tidak ada sesuatupun yang setara atau sebanding dengan Allah SWT.
Berdasarkan QS.112:1-4 diketahui adanya substansi mendasar yang harus diketahui manusia, yaitu: Allah SWT itu Maha Esa. Dengan menggunakan perspektif simbolik bernuansa matematika, maka penyebutan Maha Esa dapat disimbolkan dengan bilangan "1", dengan syarat bilangan ini dimaknai sebagaimana pengertian Maha Esa, dimana ke-Esa-anNya bersifat Maha, yaitu tidak terdiri dari unsur-unsur.
Selanjutnya bila manusia berkenan memperhatikan eksistensi kuantitatif seorang manusia (misal: si fulan), maka ia akan mengetahui bahwa si fulan hanyalah 1 (satu) dari sekian milyar manusia yang berada di bumi, di mana bumi hanyalah salah satu dari sekian planet dalam tata surya, di mana tata surya hanyalah salah satu dari sekian banyak tata surya dalam Galaksi Bimasakti (Milkyway), di mana Galaksi Bimasakti hanyalah salah satu dari sekian banyak galaksi di alam semesta. Berdasarkan pendekatan eksistensi kuantitatif ini maka seorang manusia hanyalah 1/~ atau satu per tak terhingga, yang bila diproses secara matematis maka dapatlah dikatakan bahwa seorang manusia hanyalah "0" (nol).
Pengertian "0" bagi seorang manusia, adalah ia (manusia tersebut) tidaklah berarti apa-apa bila dibandingkan dengan alam semesta yang luasnya tak terhingga. Pengertian ini juga berarti bahwa seorang manusia hanyalah "0" bila dibandingkan dengan Pencipta Alam Semesta, yaitu Allah SWT yang kekuasaan, dan keagunganNya tak terhingga. Berbekal pengertian ini, maka seorang manusia (siapapun dia) tak layak sombong, dan tak layak mendurhakai Allah SWT.
Seorang manusia (disimbulkan dengan huruf "M") yang telah menyadari dirinya "0" akan mengerti, bahwa Allah SWT itu Maha Esa (disimbulkan dengan bilangan "1"), maka secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "M pangkat 0 sama dengan 1". Pengertiannya, siapapun bila menyadari dirinya "0" akan mengerti bahwa Allah itu Maha Esa. Hanya orang-orang yang sombong atau tidak mengetahui eksistensi dirinya, yang mengatakan Tuhan itu lebih dari satu (misal: tiga).
Seorang manusia (disimbulkan dengan huruf "M") yang telah mengetahui bahwa Allah SWT itu Maha Esa, akan menjadi manusia yang paling merdeka karena ia akan menjadi dirinya sendiri, yang secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "M pangkat 1 sama dengan M". Dalam matematika bilangan berapapun bila berpangkat 1 maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri.
Seorang manusia yang mengetahui dirinya "0", dan mengetahui Tuhannya, yaitu Allah SWT, adalah Maha Esa (disimbulkan dengan "1") akan menempatkan Tuhannya dalam posisi super ordinat (wajib dipatuhi) dan dirinya pada posisi subordinat (wajib mematuhi), sehingga ia akan dapat berfungsi tak terhingga (optimal), yang secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "1 per 0 sama dengan tak terhingga" atau "1/0 = ~". Dengan kata lain seorang manusia yang berkenan memahami bahwa Allah SWT itu Maha Esa maka ia akan mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, yang dalam bahasa Al Qur'an disebut "rahmatan lil'alamiin" (rahmat bagi alam semesta).
Bila seorang muslim berkenan memperhatikan uraian tentang seorang manusia yang mengenal dirinya ("0"), kemudian manusia tersebut memahami bahwa Allah itu Maha Esa ("1"), sehingga ia menjadi manusia yang paling merdeka, dan dapat berfungsi optimal ("~"), maka dapatlah diketahui, bahwa Allah SWT sedang mengajarkan binary number (bilangan 0 dan 1), di mana manusia itu "0", sedangkan Allah SWT itu "1" (Maha Esa).
Bila binary number begitu penting dalam pengelolaan informasi saat ini, maka begitu pula dengan informasi bahwa manusia adalah "0" sedangkan Allah SWT itu "1" (Maha Esa). Dengan demikian inilah binary number games ("permainan" binary number) yang telah diketahui umat Islam sejak abad ke-7 (masa penyampaian Islam oleh Rasulullah Muhammad SAW).
Ada hal yang menarik yang berkaitan dengan binary number, yaitu kombinasi 0 dan 1. Dengan menggunakan perspektif simbolik bernuansa matematika, maka seorang muslim mengetahui bahwa binary number merupakan cermin kebenaran dan implementasi firman Allah SWT dalam QS. 112: 1-4 atau QS. Al Ikhlas.
Dalam QS.112:1-4 Allah SWT berfirman, bahwa: (1) Allah SWT itu Maha Esa; (2) Hanya kepada Allah SWT, manusia meminta atau mohon pertolongan; (3) Allah SWT itu tidak beranak dan tidak pula diperanakkan; dan (4) Tidak ada sesuatupun yang setara atau sebanding dengan Allah SWT.
Berdasarkan QS.112:1-4 diketahui adanya substansi mendasar yang harus diketahui manusia, yaitu: Allah SWT itu Maha Esa. Dengan menggunakan perspektif simbolik bernuansa matematika, maka penyebutan Maha Esa dapat disimbolkan dengan bilangan "1", dengan syarat bilangan ini dimaknai sebagaimana pengertian Maha Esa, dimana ke-Esa-anNya bersifat Maha, yaitu tidak terdiri dari unsur-unsur.
Selanjutnya bila manusia berkenan memperhatikan eksistensi kuantitatif seorang manusia (misal: si fulan), maka ia akan mengetahui bahwa si fulan hanyalah 1 (satu) dari sekian milyar manusia yang berada di bumi, di mana bumi hanyalah salah satu dari sekian planet dalam tata surya, di mana tata surya hanyalah salah satu dari sekian banyak tata surya dalam Galaksi Bimasakti (Milkyway), di mana Galaksi Bimasakti hanyalah salah satu dari sekian banyak galaksi di alam semesta. Berdasarkan pendekatan eksistensi kuantitatif ini maka seorang manusia hanyalah 1/~ atau satu per tak terhingga, yang bila diproses secara matematis maka dapatlah dikatakan bahwa seorang manusia hanyalah "0" (nol).
Pengertian "0" bagi seorang manusia, adalah ia (manusia tersebut) tidaklah berarti apa-apa bila dibandingkan dengan alam semesta yang luasnya tak terhingga. Pengertian ini juga berarti bahwa seorang manusia hanyalah "0" bila dibandingkan dengan Pencipta Alam Semesta, yaitu Allah SWT yang kekuasaan, dan keagunganNya tak terhingga. Berbekal pengertian ini, maka seorang manusia (siapapun dia) tak layak sombong, dan tak layak mendurhakai Allah SWT.
Seorang manusia (disimbulkan dengan huruf "M") yang telah menyadari dirinya "0" akan mengerti, bahwa Allah SWT itu Maha Esa (disimbulkan dengan bilangan "1"), maka secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "M pangkat 0 sama dengan 1". Pengertiannya, siapapun bila menyadari dirinya "0" akan mengerti bahwa Allah itu Maha Esa. Hanya orang-orang yang sombong atau tidak mengetahui eksistensi dirinya, yang mengatakan Tuhan itu lebih dari satu (misal: tiga).
Seorang manusia (disimbulkan dengan huruf "M") yang telah mengetahui bahwa Allah SWT itu Maha Esa, akan menjadi manusia yang paling merdeka karena ia akan menjadi dirinya sendiri, yang secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "M pangkat 1 sama dengan M". Dalam matematika bilangan berapapun bila berpangkat 1 maka akan menghasilkan bilangan itu sendiri.
Seorang manusia yang mengetahui dirinya "0", dan mengetahui Tuhannya, yaitu Allah SWT, adalah Maha Esa (disimbulkan dengan "1") akan menempatkan Tuhannya dalam posisi super ordinat (wajib dipatuhi) dan dirinya pada posisi subordinat (wajib mematuhi), sehingga ia akan dapat berfungsi tak terhingga (optimal), yang secara matematis konsepsi ini dapat dituliskan: "1 per 0 sama dengan tak terhingga" atau "1/0 = ~". Dengan kata lain seorang manusia yang berkenan memahami bahwa Allah SWT itu Maha Esa maka ia akan mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, yang dalam bahasa Al Qur'an disebut "rahmatan lil'alamiin" (rahmat bagi alam semesta).
Bila seorang muslim berkenan memperhatikan uraian tentang seorang manusia yang mengenal dirinya ("0"), kemudian manusia tersebut memahami bahwa Allah itu Maha Esa ("1"), sehingga ia menjadi manusia yang paling merdeka, dan dapat berfungsi optimal ("~"), maka dapatlah diketahui, bahwa Allah SWT sedang mengajarkan binary number (bilangan 0 dan 1), di mana manusia itu "0", sedangkan Allah SWT itu "1" (Maha Esa).
Bila binary number begitu penting dalam pengelolaan informasi saat ini, maka begitu pula dengan informasi bahwa manusia adalah "0" sedangkan Allah SWT itu "1" (Maha Esa). Dengan demikian inilah binary number games ("permainan" binary number) yang telah diketahui umat Islam sejak abad ke-7 (masa penyampaian Islam oleh Rasulullah Muhammad SAW).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar