ABOUT ISLAM

Minggu, 26 Agustus 2007

JANGAN ANARKHIS, LHO...


Bila umat Islam berkenan sungguh- sungguh memper- hatikan firman Allah SWT dalam QS.10:2 maka sesungguhnya umat Islam dilarang berperilaku emosional, dan juga dilarang berperilaku anarkhis. Mengapa demikian? Jawabannya adalah, karena sejak abad ke-7 atau sejak 13 abad (1.300 tahun) yang lalu, sebagian manusia yang menolak nilai-nilai Islam telah berupaya menegasi (menghapus) nilai-nilai tersebut dari permukaan bumi. Oleh karena mereka (kaum anti nilai-nilai Islam) kesulitan dalam mendeskreditkan nilai-nilai Islam yang tertuang dalam Al Qur'an, maka sasaran berikutnya adalah tokoh yang menyampaikan nilai-nilai Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan demikian benarlah, ketika umat Islam wajib menahan diri, dan mengendalikan diri dari perilaku emosional dan anarkhis. Tidak layak bagi umat Islam melakukan tindakan anarkhis, termasuk ketika sebagian pers dan masyarakat Barat menghina Rasulullah Muhammad SAW. Meskipun data-data yang menunjukkan penghinaan tersebut relatif lengkap dan meluas (meliputi Asia, Eropa, Afrika, Amerika, dan Australia), umat Islam harus menerima fakta penghinaan tersebut dengan penuh kesabaran dalam nuansa semangat dakwah yang tinggi.
Rasulullah Muhammad SAW telah mencontohkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang FAST (Fathonah, Amanah, Shiddiq, dan Tabligh) dalam menghadapi berbagai persoalan dakwah. Oleh karena itu: Pertama, umat Islam harus menghadapi penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW oleh sebagian pers dan masyarakat Barat dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku fathonah atau cerdas. Wujudnya dengan memahami historisitas "nasib" para Rasulullah di hadapan masyarakat Barat. Bagi masyarakat Barat para Rasulullah disikapi dengan dua sikap, yaitu bila tidak dihinakan sehina-hinanya, maka Rasulullah tersebut akan dipertuhankan.
Kedua, umat Islam harus menghadapi penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW oleh sebagian pers dan masyarakat Barat dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku amanah atau dapat dipercaya. Wujudnya berupa kemampuan memperlihatkan karakter muslim yang berAIM-A2, yaitu ber: Aqidah, Ibadah, Muamallah, Adab, dan Akhlak. Hal ini penting karena sesungguhnya hanya manusia-manusia yang berAIM-A2 yang dapat dipercaya, sebab manusia-manusia ini mengetahui bahwa bahwa Allah SWT mengetahui kebohongan sekecil apapun.
Ketiga, umat Islam harus menghadapi penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW oleh sebagian pers dan masyarakat Barat dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku shiddiq atau obyektif. Wujudnya dengan memperhatikan fakta sejarah (histori) selama ini, bahwa hanya nilai-nilai Islam yang mampu menjadi kompetitor nilai-nilai Barat, mulai dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, hingga pertahanan dan keamanan. Oleh karena itu sangat dapat difahami ketika sebagian pers dan masyarakat Barat yang hina berupaya menghina Rasulullah Muhammad SAW, dalam rangka menegasi nilai-nilai Islam. Sesungguhnya seorang manusia hanya akan terhina, bila ia berpikir, bersikap, dan berperilaku tidak mencerminkan karakter manusia yang beraqidah (berke-Tuhan-an), beribadah (berbakti kepada Tuhan), bermuamallah (berinteraksi sosial secara bermartabat), beradab (beretika dan berkesopanan), serta berakhlak (mengekspresikan diri sebagai manusia yang beraqidah, beribadah, bermuamallah, dan beradab).
Keempat, umat Islam harus menghadapi penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad SAW oleh sebagian pers dan masyarakat Barat dengan berpikir, bersikap, dan berperilaku tabligh atau informatif. Wujudnya dengan berdakwah tanpa kenal lelah terutama bagi masyarakat Barat, dengan memanfaatkan segenap teknologi informasi yang dimiliki. Hal ini dilakukan, karena sesunguhnya umat Islam tidak memusuhi masyarakat Barat, melainkan ingin bersama-sama dengan masyarakat Barat membangun peradaban dunia yang TRANSHUME, yaitu peradaban yang: (1) TRANSenden (meruhani, sehingga dapat mengenal Allah SWT, sebagai Tuhan Yang Maha Esa); (2) HUManis (manusiawi, yang memposisikan manusia sesuai dengan fitrahnya); dan (3) Emansipatori (membebaskan, yaitu membebaskan manusia dari kejahiliahan atau nilai-nilai maksiat).

Tidak ada komentar: