Tidaklah benar pendapat Machiavelli yang mengatakan, bahwa manusia pada dasarnya jahat. Juga tidak benar pendapat Adam Smith, yang menyerahkan solusi ketidak-adilan kapitalisme hanya pada "the invisible hand".
Sesungguhnya manusia bertugas untuk: (1) beribadah kepada Allah SWT, dan (2) rahmatan lil'alamiin dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, setiap manusia harus memahami tentang kemuliaan manusia, dan sungguh-sungguh berupaya mengatasi ketidak-adilan kapitalisme dengan melawannya sesuai kemampuan.
Allah SWT menjelaskan, bahwa manusia itu mulia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Allah SWT, bahwa manusia diciptakanNya dalam bentuk (fisik dan non fisik) yang sebaik-baiknya (lihat QS.95:4). Namun Allah SWT kemudian menjelaskan, bahwa bila tidak hati-hati dalam menjalani hidupnya, manusia berpeluang menempati posisi yang serendah-rendahnya (lihat QS.95:5). Manusia yang sesungguhnya mulia, akan berada dalam kemuliaannya sebagai manusia, bila berkenan beriman dan mengerjakan amal saleh. Manusia seperti ini akan mendapat pahala yang terus menerus, sebagaimana janji Allah SWT dalam QS.95:6.
Dengan demikian muncul pertanyaan yang menggelitik. Mengapa masih ada manusia yang mendustakan Allah SWT? Bukankah hal ini merupakan tindakan manusia yang melampaui batas? Dalam perspektif fenomenologi, lihatlah kejahatan Amerika Serikat, Inggris, dan Israel, yang memperagakan kekejian terhadap Bangsa Palestina, Afghanistan, Iraq, dan Umat Islam pada umumnya.
Untuk menjawab pertanyaan dan fenomena ini, Allah SWT menjelaskan, bahwa sesungguhnya manusia-manusia keji itu benar-benar telah melampaui batas. Mereka berbuat keji karena menganggap dirinya serba cukup, baik dari segi harta dunia, ilmu pengetahuan dunia, keunggulan rasistik, dan lain-lain (lihat QS.96:6-7).
Itulah jawaban singkat Allah SWT kepada manusia. Tugas cendekiawan muslim untuk mengetahuinya lebih detail, dan kemudian menjelaskannya kepada manusia pada umumnya. Sampai suatu saat kekejian Amerika Serikat, Inggris, dan Israel dapat sirna dari muka bumi.
Pertanyaannya, kapan hal itu terjadi? Maka bagi muslim sudah selayaknya menyerahkan D-Day pada Allah SWT, baginya yang penting adalah menjadi bagian dari perjuangan mengenyahkan kekejian Amerika Serikat, Inggris, dan Israel dari muka bumi. Caranya tentu dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, dan sanggup dilakukan oleh muslim tersebut.
Sesungguhnya manusia bertugas untuk: (1) beribadah kepada Allah SWT, dan (2) rahmatan lil'alamiin dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, setiap manusia harus memahami tentang kemuliaan manusia, dan sungguh-sungguh berupaya mengatasi ketidak-adilan kapitalisme dengan melawannya sesuai kemampuan.
Allah SWT menjelaskan, bahwa manusia itu mulia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Allah SWT, bahwa manusia diciptakanNya dalam bentuk (fisik dan non fisik) yang sebaik-baiknya (lihat QS.95:4). Namun Allah SWT kemudian menjelaskan, bahwa bila tidak hati-hati dalam menjalani hidupnya, manusia berpeluang menempati posisi yang serendah-rendahnya (lihat QS.95:5). Manusia yang sesungguhnya mulia, akan berada dalam kemuliaannya sebagai manusia, bila berkenan beriman dan mengerjakan amal saleh. Manusia seperti ini akan mendapat pahala yang terus menerus, sebagaimana janji Allah SWT dalam QS.95:6.
Dengan demikian muncul pertanyaan yang menggelitik. Mengapa masih ada manusia yang mendustakan Allah SWT? Bukankah hal ini merupakan tindakan manusia yang melampaui batas? Dalam perspektif fenomenologi, lihatlah kejahatan Amerika Serikat, Inggris, dan Israel, yang memperagakan kekejian terhadap Bangsa Palestina, Afghanistan, Iraq, dan Umat Islam pada umumnya.
Untuk menjawab pertanyaan dan fenomena ini, Allah SWT menjelaskan, bahwa sesungguhnya manusia-manusia keji itu benar-benar telah melampaui batas. Mereka berbuat keji karena menganggap dirinya serba cukup, baik dari segi harta dunia, ilmu pengetahuan dunia, keunggulan rasistik, dan lain-lain (lihat QS.96:6-7).
Itulah jawaban singkat Allah SWT kepada manusia. Tugas cendekiawan muslim untuk mengetahuinya lebih detail, dan kemudian menjelaskannya kepada manusia pada umumnya. Sampai suatu saat kekejian Amerika Serikat, Inggris, dan Israel dapat sirna dari muka bumi.
Pertanyaannya, kapan hal itu terjadi? Maka bagi muslim sudah selayaknya menyerahkan D-Day pada Allah SWT, baginya yang penting adalah menjadi bagian dari perjuangan mengenyahkan kekejian Amerika Serikat, Inggris, dan Israel dari muka bumi. Caranya tentu dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, dan sanggup dilakukan oleh muslim tersebut.