ABOUT ISLAM

Sabtu, 21 Februari 2009

TRANSCENDENTAL POWER

Power, berarti kekuatan. Power juga berarti penggunaan segenap potensi atau kekuatan. Dalam perbincangan hari-hari terakhir ini, istilah "power" banyak didekatkan pada konteks Amerika Serikat. Ketika Amerika Serikat melakukan perubahan strategi politik luar negerinya, setelah pelantikan Barack Obama sebagai presiden. Pada masa sebelumnya (dalam dua periode pemerintahan), George Walker Bush menggunakan strategi politik luar negeri, yang bersifat "hard power" (penggunaan kekuatan secara keras/tegas). Sebaliknya, setelah pelantikan, Barack Obama menerapkan strategi politik luar negeri, yang bersifat "soft power" (penggunaan kekuatan secara lunak/lembut).
Baik hard power, maupun soft power, dalam penggunaan atau penerapannya memiliki tujuan yang sama, yaitu memenangkan kepentingan Amerika Serikat di seluruh dunia. Kepentingan itu meliputi kepentingan kapitalis Amerika Serikat, dan kepentingan Yahudi Israel. Perubahan dari hard power menjadi soft power dilakukan oleh Amerika Serikat, untuk mengimbangai peningkatan perlawanan bangsa-bangsa lain terhadap kedzaliman Amerika Serikat, yang menjajah Afghanistan, menjajah Iraq, dan mendukung perampokan tanah Bangsa Palestina oleh Yahudi Israel.
Beberapa pengamat menyebut tindakan Barack Obama merupakan tindakan cerdas, dalam rangka meredam perlawanan dunia terhadap Amerika Serikat. Strategi politik luar negeri Barack Obama, yang bersifat soft power, dipandang oleh beberapa pengamat sebagai sesuatu yang cerdas, sehingga strategi ini disebut "smart power" (penggunaan kekuatan secara cerdas).
Pada masa George Walker Bush, Amerika Serikat menerapkan strategi hard power, dengan menekan bangsa-bangsa lain melalui serangan militer, dan menebarkan perang di mana-mana. Saat ini, pada masa Barack Obama, Amerika Serikat menerapkan strategi soft power (smart power), dengan menebar "senyum" dan persuasi di mana-mana, demi mengamankan kepentingan Amerika Serikat.
Sesungguhnya Umat Islam, terutama pejuang muslim di Afghanistan, Iraq, dan Palestina tidak akan terkecoh dengan perubahan strategi politik luar negeri Amerika Serikat. Apapun strategi yang diterapkan Amerika Serikat, para pejuang muslim di Afghanistan, Iraq, dan Palestina tetap akan berjuang membebaskan negeri mereka dari kedzaliman, sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.
Umat Islam, sejak abad ke-7 selalu menerapkan strategi, yang dengan "kaca mata" kekinian dapat dibaca sebagai "transcendental power" (penggunaan kekuatan sebagai ibadah kepada Allah SWT). Strategi ini memberi ruang gerak bagi Umat Islam, untuk menebarkan rahmatan lil'alamiin, yang antara lain meliputi upaya membebaskan suatu bangsa dari kedzaliman bangsa lain. Strategi ini juga berpeluang bagi pembentukan peradaban, yang bercirikan: Pertama, transenden, yaitu suatu peradaban yang hanya memperTuhankan Allah SWT. Kedua, humanis, yaitu suatu peradaban yang memposisikan manusia sebagaimana adanya, atau memposisikan manusia sebagai manusia. Ketiga, emansipatori, yaitu suatu peradaban yang membebaskan manusia dari kejahiliahan (kegelapan peradaban), baik kejahiliahan tradisional, maupun kejahiliahan modern, yang sama-sama bernuansa kemaksiatan.
Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang beriman (Umat Islam), janganlah kalian mengkhianati Allah dan RasulNya. Jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui" (QS.8:27).
Dengan berpegang pada nasehat Allah SWT dalam QS.8:27 inilah Umat Islam berjuang, yaitu dengan menerapkan strategi transcendental power.

Tidak ada komentar: