Islam is a complete and comprehensive religion. The comprehensiveness available in Islam is not found in any religion of the world. This is because there is not a single moment in the life of man i.e. from his first breath till his last breath in this world, wherein Islam has failed to provide any command for his benefit.
Islam has explained the simplest and the most ordinary things of life. Islam has provided direction for keeping and clipping nails, manners for entering and exiting the house, the etiquette for sitting on dining cloth, picking up a morsel and even chewing the morsel. Also, it has been explained where a person should look while having his food, while reciting prayers or while walking on the road... In brief, Islam has explained each and every aspect related to human life. There is not a single affair of humans which has been neglected by Islam.
On one hand, Islam has given the explanation of each and every necessity of human beings; on the other hand, the commands are in their simplest form so that they can be acted on very easily. The Prophet Muhammad said: “I have brought simple and easy Shariat (laws).” Therefore, all the rules of holy Islam are easy to act upon. Also, Allah has not put any obligations on man which are beyond his capacity to fulfill.
The question before us is that - when Allah has not made anything binding on a human which is beyond his capacity and Holy Prophet (s.a.w.a.) has brought simple and easy Shariat - then why is it difficult for us to act on the laws of Islam? And why is worship associated to few things?
The most important reason for the above is not being aware of the laws of Islam and the other significant reason being negligence. We have not paid heed to the fact that Islam has provided laws for each and every aspect of human life. This negligence is the cause of our not knowing the laws of Islam.
Islam has condemned heedlessness and ignorance. Islam has ordered people to refer to scholars for things about which they are ignorant. The scholars have been ordered to make the reality of things clear to those who inquire from them. Allah has never kept the earth void of His Proof so that people may contend that if they would have known the command they would have definitely acted on it.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT, ia (manusia) diciptakan daritiada menjadi ada (lihat QS.76:1-2). Manusia setelah Nabi Adam AS memiliki korelasi genetik dengan Nabi Adam AS, karena Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, sedangkan manusia-manusia sesudahnya merupakan hasil reproduksi dari Nabi Adam AS dan keturunannya.
Penciptaan manusia oleh Allah SWT diketahui memiliki empat varian, yaitu: Pertama, penciptaan Adam AS yang memiliki keunikan, karena diciptakan dari tanah yang selanjutnya disempurnakan kejadiannya dan dilengkapi dengan ruh ciptaan Allah SWT (lihat QS.3:59);
Kedua, penciptaan Hawa (istri Nabi Adam AS) yang memiliki keunikan, karena diciptakan dari diri Adam AS (lihat QS.4:1). Penciptaan Hawa ini sekaligus memberi hikmah, tentang pentingnya suami istri bersatu dalam nilai-nilai Islam.
Ketiga,penciptaan Isa AS yang memiliki keunikan, karena diciptakan oleh Allah SWT tanpa melalui proses reproduksi sebagaimana manusia pada umumnya. Isa a.s. lahir dari seorang wanita suci bernama Maryam, yang tidak pernah “disentuh” laki-laki (lihat QS.4:171 dan QS.19:20).
Keempat, penciptaan manusia pada umumnya melalui proses reproduksi (lihat QS.23:12-14). Penciptaan ini memberi peluang bagi upaya mempertahankan eksistensi manusia di alam semesta, dalam rangka menjalankan nilai-nilai Islam.
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia harus berpegang pada aqidah, bahwa Tuhan semesta alam adalah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah SWT (lihat QS.112:1-4). Oleh karena itu kehadiran manusia di dunia memiliki dua tugas utama, yaitu: Pertama, beribadah atau berbakti kepada Allah SWT (lihat QS.51:56). Kedua, menjadi rahmat bagi alam semesta atau rahmatan lil’alamiin (lihat QS.21:107).
Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan tugasnya, manusia harus dapat mengelola alam semesta dengan sebaik-baiknya. Untuk itu manusia harus memiliki kualitas yang baik (fathonah, amanah, shiddiq, dan tabligh), agar ia dapat mengelola alam semesta dengan baik.
Salah satu indikator manusia yang berkualitas baik, adalah ketika ia mampu menata emosinya. Kemampuan ini akan memberi kontribusi pada manusia yang bersangkutan untuk secara optimal mengelola alam semesta.
Dengan demikian manusia dapat memberi makna dalam kehadirannya di alam semesta, dan benarlah kehendak Allah SWT yang berkenan menciptakan manusia. Hal ini sekaligus merupakan wujud rasa syukur manusia kepada Allah SWT.
The Holy Quran indicates that Allah (God) has created man as His deputy on earth to enjoy and protect God’s creation. Behold, thy Lord said to the angels; “I will create a vicegerent on earth” (Quran, 2:30); “It is He who hath made you the inheritors of the earth” (Quran, 6:165).
In Islam, the earth and its resources belong to Allah, and moslems are obligated to protect these resources for future generations.Consequently, Islamic norms will not allow one to benefit from these resources and impose cost on others.A complete application of Islamic norms will eliminate the problem of negative externalities and provide a safeguard for environmental protection.
It is important to remember that Islamic economics is of a normative form.Thus, the use of these resources is subject to Islamic norms of moderation and avoidance of wastefulness.The earth and its resources must be protected for all generations to come.In a few words, Islamic social justice demands intergenerational equity as well.This suggests that while we are allowed to use these resources for our own benefits, we must also protect them for our progeny.Consequently, Islamic economics could resolve a major problem that has preoccupied Western economists for a long time, namely, the problem of negative externalities and its impact on the environment.
In Islam, ownership in an absolute sense belongs to Allah.The earth and its natural resources are Allah’s blessings that He has mercifully made available to mankind for his/her sustenance. Allah said: (1) “To Allah belongs al that the heavens and earth contain” (Quran, 2:284); “Do you not see how He has subdued to you all that is in the earth?” (Quran, 22:65); “He has subjected to you what the heavens and the earth contain; all is from Him” (Quran, 45:13).
We have already established that absolute ownership belongs to Allah, and human beings are His trustees and care takers who have the right to use and enjoy the earth and its resources and yet they must protect and preserve it for future generations.Therefore, one can argue that Islam has pragmatically established the limited right of private ownership as a system of rewards and incentives to motivate individuals in their trusteeship function.Then, private ownership is God’s reward for those who fulfill their obligations.
Tak terasa umat manusia segera memasuki tahun 1432 Hijriah, yang memiliki makna perpindahan masa, dari masa sebelumnya ke masa berikutnya. Dalam konteks dunia, kepindahan ini sekaligus juga bermakna sebagai kepindahan dari situasi dan kondisi jahiliah (kegelapan) menuju ke situasi dan kondisi yang mencerahkan dalam temaram cahaya Islam.
Situasi dan kondisi jahiliah adalah suatu situasi dan kondisi yang dipenuhi oleh kemaksiatan di segala bidang. Pada tataran dunia (global), umat manusia berada pada situasi dan kondisi yang sesat, jenuh, membosankan, dan menyesakkan dada. Perzinahan dengan lawan jenis telah jenuh dan membosankan bagi para penggemar maksiat, sehingga mereka menciptakan perzinahan sejenis.
Kapitalisme, sekularisme, dan liberalisme telah menjadi pedoman hidup masyarakat jahiliah, yang dengan senang hati mereka rasukkan pada semua aspek kehidupan. Akibatnya, kemusyrikan dan aliran sesat dipuja-puja, riba menjadi basis kegiatan usaha, kebejatan menjadi moralitas teragung, serta pejajahan dan imperialisme menjadi sandaran hubungan internasional.
Oleh karena itu, pada tahun 1432 Hijriah, sudah selayaknya umat manusia di dunia berbondong-bondong menjemput cahaya Islam. Sudah saatnya umat manusia menerapkan tata nilai yang transenden (meruhani), humanis (sesuai fitrah manusia), dan emansipatoris (membebaskan manusia dari kejahiliahan). Tata nilai inilah yang disediakan oleh cahaya Islam, namun dibenci oleh warga jahiliah.
Bagi umat manusia yang telah menyadari keburukan nilai-nilai jahiliah, marilah secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hiduplah dengan aqidah yang benar, agar ibadah yang dilaksanakan diridhai Allah SWT, dan dapat bermuamallah dengan saling memuliakan, melalui tata nilai yang berbasis pada adab yang shahih, dan akhlak terpuji.
Hiduplah dengan fathonah (cerdas), amanah (dapat dipercaya), shiddiq (obyektif), dan tabligh (informatif), agar substansi hidup yang dijalani dapat rahmatan lil’alamiin, sebagai salah satu wujud ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Bila setiap individu berkenan berhijrah dari kejahiliahan menuju cahaya. Bila setiap individu berkenan berhijrah dari kegelapan menuju Islam. InsyaAllah, secara kolektif kualitas umat manusia akan semakin baik, sehingga kehidupan umat manusia akan semakin indah, dan keridhaan Allah SWT akan semakin mudah diperoleh.
Bila para pemimpin dunia berkenan berhijrah dari kejahiliahan menuju cahaya, maka tidak akan ada lagi eksploitasi atas negara berkembang atau negara miskin oleh negara-negara maju. Tidak akan ada lagi pemimpin negara berkembang atau negara miskin yang bersedia menghamba pada negara-negara maju. InsyaAllah…….
Allah (God) says, that should the Children of Israel (to read: The people of Israel or the Jews) think about the pleasure of Allah to them (see QS.2: 47), when they were rescued from the cruelty of the King of Egypt, Pharaoh (see QS.2 : 49). Allah save them with extraordinary way (beyond the pleasure of Allah to other nations), when The Prophet Moses split the sea to the Children of Israel who were being chased by Pharaoh's army (see QS.2: 50).
Not easy to understand Israel, because of its uniqueness. When talking about "Israel" our minds focused on the Jews (which in the Qur'an is called by the name "Children of Israel") which established the State of Israel by way of seizing land owned by Palestinians. Therefore, in order to understand Israel objectively (in truth), then we must learn from the source of Truth, ie Allah (God).
Furthermore, in order to grace of Allah to the Children of Israel, Allah also give to the Children of Israel (through The Prophet Moses) a Book (Guidance), namely: The Holy Torah (see QS.2: 51). But the Children of Israel lied to Allah to keep idolize calf (see QS.2: 54). Even in the present context, the Children of Israel with a very brave (very ungodly) replace the role of the Torah with the book that they choose to, namely "The Talmud".
Allah also allow the Israelites to enter The Baitul Maqdis (Palestine) with humility, as a guest which respected by Palestinians (see QS.2: 58). But the harmony becomes corrupted, when the Children of Israel changed the order (lower heart) by doing things which Allah commanded (see QS.2: 59). Harmony between the guests (the Children of Israel) with the host (The Palestine) on Palestinian land becomes difficult to implement, because the Children of Israel against the Palestinian.
Disharmony in the land of Palestine was immediately exploited by the big countries which at that time, to attack and control the land of Palestine. Uniquely, without a sense of gratitude to the Palestinian nation, the Children of Israel are not willing to help Palestinians whose land is being attacked by other countries. Children of Israel would prefer to do the diaspora (fled to various countries).
More unique again, when the British occupied Palestinian land, the Children of Israel in collaboration with the British, make Israelites to migrate en masse to Palestine since 1920, to establish the State of Israel on Palestinian land. The crime was the Children of Israel had achieved in 1948 with the establishment of the State of Israel on Palestinian land.
Israelites crime getting worse, because after the establishment of the State of Israel they have strong support from the United States until now. This can be understood, because factually, the United States of America was hegemonic by Children of Israel are organized in various Jewish lobby.
Perhatikan media massa, baik cetak maupun elektronik, yang banyak mengungkapkan salah urus dalam mengelola segenap sumberdaya di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perhatikan berita yang menyebutkan seorang tahanan di sebuah rumah tahanan dapat melenggang ke luar dan piknik ke suatu tempat wisata. Perhatikan berita anggota parlemen yang berkunjung ke luar negeri dengan biaya besar, di saat sebagian rakyat terkena bencana. Perhatikan berita tentang para penegak hukum yang mudah disuap oleh para perusak hukum. Perhatikan saham badan usaha milik negara (rakyat) yang dijual murah. Perhatikan, perhatikan, dan perhatikan, maka sebagai Bangsa Indonesia kita tentu sedih, dan berharap saat-saat memilukan ini segera berakhir.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelola dengan mindset hanya mempertuhankan Allah SWT. Oleh karena itu, mindset ini harus diwujudkan dalam bentuk semangat untuk melawan setiap isme atau faham yang mendurhakai Allah SWT. Wujud kegiatannya berupa ”amar makruf nahi munkar”, dengan menggelar berbagai kegiatan yang mencerahkan, dan menghentikan berbagai kegiatan maksiat.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelola dengan mindset ingin berbakti kepada Allah SWT. Oleh karena itu, mindset ini harus diwujudkan dalam bentuk berbagai kegiatan yang dapat memberi manfaat optimal bagi rakyat, sebagai arahan ”rahmatan lil’alamiin” dari Allah SWT. Tegakkan hukum sebaik-baiknya, jangan jual saham badan usaha milik negara dengan harga murah, dan lain-lain. Jadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ini sebagai negara yang diberkahi Allah SWT.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelola dengan mindset interaksi sosial yang baik. Oleh karena itu, mindset ini harus diwujudkan dengan sikap saling menghormati antar warga bangsa. Ada semangat untuk bekerjasama dalam hal-hal kebajikan, tetapi menolak bekerjasama dalam hal-hal maksiat. Sinergi antar lembaga tinggi negara hendaknya diarahkan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelola dengan mindset etika yang baik. Oleh karena itu, mindset ini harus diwujudkan dengan berbagai kegiatan yang memuliakan manusia. Sudah saatnya warga miskin mendapat perhatian utama, agar mereka dapat keluar dari kemiskinannya. Indikatornya jelas, yaitu menurunnya jumlah keluarga miskin di Indonesia dari tahun ke tahun.
Sebagai Bangsa Indonesia, kita berharap Negara Kesatuan Republik Indonesia dikelola dengan mindset perilaku yang baik. Oleh karena itu mindset ini harus diwujudkan dalam perilaku yang mencerminkan bangsa yang mempertuhankan Allah SWT, berbakti kepadaNya, berinteraksi dengan baik, dan memiliki etika yang baik. Dengan demikian Allah SWT akan berkenan mencurahkan berkahnya. Jadikan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang layak diberkahi Allah SWT.
Akhirnya tiada kesimpulan lain, selain kesimpulan bahwa Bangsa Indonesia membutuhkan nilai-nilai Islam, yang antara lain terdiri dari aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Bangsa Indonesia membutuhkan aqidah agar memiliki mindset hanya mempertuhankan Allah SWT. Bangsa Indonesia membutuhkan ibadah agar memiliki mindset ingin berbakti kepada Allah SWT. Bangsa Indonesia membutuhkan muamallah agar memiliki mindset interaksi sosial yang baik. Bangsa Indonesia membutuhkan adab agar memiliki mindset etika yang baik. Bangsa Indonesia membutuhkan akhlak agar memiliki mindset perilaku yang baik.
Alvin Toffler (1991) states, that the world has experienced three major waves of change, namely: First, the agricultural era (consisting of the stone age, and iron age); Second, the industrial era, and; Third, the information age.
So, the world of moving and changing quickly, which unfortunately tends aimlessly. This is due to the more anthropocentric humans, so the more arrogant, or feel most knowledgeable on all matters, including the values of life. One thing that people forget, that the anthropocentric attitude is an attitude not very intelligent.
Gordon Dryden and Jeannete Vos (2001) states, that the world is moving very fast. Man and women lives in the midst of a revolution of life. But unfortunately, in each country few people who knew, how to deal with the change. Those who do not know, how to deal with the change immediately trapped in the demoralization and despair.
Allah has warned in The Holy Qur'an, that is because they are a people who do not want to use their minds (see The Holy Qur'an 5:58).
Allah (God) has said, that Allah has perfected for human sustenance, through Islam (see The Holy Qur'an 5:3). Therefore, mankind should be grateful to Allah, by studying and implementing Islamic values in everyday life, as the main values or the ultimate values. In addition, in order to preserve the Islamic values, need to put up some members of society to study Islam seriously (see The Holy Qur'an 9:122).
Thus, human beings have the opportunity to confirm themselves with the straight (in truth) to Allah (see The Holy Qur'an 30:30). This is important because it contains Islamic religion, which according to the nature of human or human condition.
This is evident from the substance that Islamic values a valid and reliable, as noted in The Holy Qur'an 112:1-4, which contains human commitment, that: (1) God is Allah, the One and Only; (2) only to Allah, human expect and ask for something; (3) Allah does not give birth, nor is begotten, and; (4) there is nothing equivalent with God.
Allah has commanded in The Holy Qur'an 4:34, "The man is the leader for women." This message does not indicate, that man can be a dictator, but ordered the execution of a responsibility to men. The man responsible for everything that was in its responsibilities.
When he was married, then he is responsible to give every needs of this family. Therefore, if there is a wife out of the house to earn a living in order to meet the needs of families then the question to be asked, "How far her husband's efforts, in meeting the needs of the family?" Similarly, if a child out of the house to meet the needs of families, then the question to be asked, "How far his/her father's efforts, in meeting the needs of the family?"
If the answer is, "Husband/father effort is not on the maximum effort!" Surely the man (husband/father) belonging to a man who worst. He has violated The Holy Qur'an 4:34, and he has been neglecting his responsibilities. He has caused the exploitation of wife/child in his family. As such he has damaged the norm of society, because it failed to organized and manage his family, which is part of the community (Islamic community).
As a complete way of life, Islam has provided guidelines and rules for every sphere of society. God (Allah), the Creator of all, knows that people love to gather material possession, and that much of their effort are for the sake of gathering the various material means of the world. The relationship between economics and religion only has a very solid ground in Islam.
Ibn Khaldun wrote about the economic system in Islam in the 15th century. The Islam economic system has its own principles and philosophies, and the only way to understand them is to refer back to what is called the primary sources of learning about Islam and its principles. These are mainly The Holy Qur'an, which is viewed by moslems as the word of God, and The Prophetic tradition which explained and elaborated upon how to apply those principles.
Look at this fact: First, Islam seeks to guarantee the freedom of property owners to spend, give away, and invest it as he or she deems fit. Then, Islam has set some standards, based on justice and practicality. Earnings should not be based on cheating and sweandling. The Islamic ideal is based upon absolute justice on the personal as well as the societal level.
Second, Islam is concerned with the spirit of the economic system. There is no monopolization of necessities. Wells and other sources of water, for instance, are unlawful to use and monopolize as personal property, thereby eliminating another potential for oppression.
Third, Islam teaches that God has created provision for every person, who God has brought to life. Interest (riba) is strictly forbidden. Interest is defined as a set return on a loan, and as such implies a profit based on no risk and effort.
Fourth, Islam encourages investment and loan given as a means of charity. Interest has crumbled empires, while making oppressors out of others. The true moslem realizes that the wealth in his or her possession is in actuality in the possession of God. Through such measures, The Prophet Muhammad (peace be upon him) sought to reduce the gap between rich and poor.
God (Allah) states, "The only religion in the sight of God is Islam" (Qur'an 3:19). In another verse of The Holy Qur'an, God states, "If anyone desires a religion other than Islam, never will it be accepted of him, and in the hereafter, he will be in the ranks of those who have lost" (Qur'an 3:85).
The Prophet Muhammad (peace be upon him) said, "Whoever testifies that there in none worthy of being worshipped but God, who has no partner, and that Muhammad is God servant and Prophet; and that Isa (Christians claimed as "Jesus") is the servant of God, His prophet, and His word which He bestowed in Mariam and a spirit created by Him; and the heaven is true; and that the hellfire is true: God will eventually admit him into heaven, according to his deeds" (Shaheeh Al Bukhari).
As a moslem, a person must declare, that he or she believe there is no god (the other God), but Allah (God), and Muhammad is the messenger of Allah. This declare is perhaps the bedrock belief in Islam. Without this declare a person is not considered a moslem, he or she still an unbeliever. This phrase is the essential step in a conversion to Islam, by someone who is not a born moslem. This creed will often be repeated by moslem constantly.
This declare will being a power (energy) for moslem to live and life in the world. This declare also give strong motivation for moslem to face to face with violence West Government in Palestine, Afghanistan, Iraq (include Abu Ghraib), and Guantanamo.
Hari ini, Gunung Merapi kembali meletus. Awan panasnya menjangkau radius 15 kilometer. Oleh karena itu wilayah rawan bencana ditetapkan mencapai radius 20 kilometer. Berita Gunung Merapi bukanlah berita bencana satu-satunya. Wasior di Papua Barat dan Mentawai di Sumatera Barat juga menjadi berita bencana beberapa hari ini.
Memperhatikan segenap bencana tersebut, sudah saatnya Bangsa Indonesia kembali introspeksi diri. Sudah saatnya Bangsa Indonesia lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Tidak boleh ada lagi sebagian Bangsa Indonesia yang fasik dan munafik. Perbaiki setiap kekeliruan yang pernah dilakukan, agar Allah SWT berkenan melindungi bangsa ini.
Tidak boleh ada lagi sebagian bangsa ini yang menghina dan meremehkan nilai-nilai Islam. Tidak boleh ada lagi cemooh dan cibiran terhadap mereka yang ingin mempraktekkan nilai-nilai Islam dalam hidupnya. Kini saatnya Bangsa Indonesia lebih menghormati para ulama (kiai, ustadz, dan tuan guru). Jangan lagi memperlakukan para ulama dengan perlakuan yang tidak memperlihatkan rasa hormat pada mereka.
Belajarlah dari keruntuhan Orde Lama yang pernah memenjarakan Buya Hamka. Belajarlah pula dari keruntuhan Orde Baru yang pernah memenjarakan Habib Husein Al Habsyi. Oleh karena itu, Orde Reformasi yang didukung oleh segenap Bangsa Indonesia, jangan lagi memenjarakan ulama. Berbaik-baiklah dengan ulama, dan jika terdapat perbedaan konsepsi mensejahterakan bangsa dengan para ulama, maka berdiskusilah.
Dengan demikian, perkenankan saya menyarankan, agar sudilah kiranya Kepolisian Republik Indonesia yang saya cintai membebaskan Ustadz Abu Bakar Ba'asyr yang juga saya cintai. Sebagai muslim Indonesia saya mencintai Kepolisian Republik Indonesia sebagai garda terdepan pemelihara keamanan di Indonesia. Sebagai muslim Indonesia saya juga mencintai Ustadz Abu Bakar Ba'asyr sebagai ulama Indonesia.
Demikian harapan saya, di mana harapan yang sama juga saya haturkan pada Bapak Presiden Republik Indonesia sebagai pemimpin Bangsa Indonesia, agar berkenan mendorong hal yang saya sarankan. Semoga Allah SWT berkenan atas segenap ikhtiar Bangsa Indonesia dalam beribadah kepada Allah SWT dan rahmatan lil'alamiin. Semoga bangsa ini dapat mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan, ... amin.
God (Allah) has stated in The Holy Qur'an, "And to thee. We have sent The Book (The Holy Qur'an) in truth. This Qur'an confirming the scripture that came before it, and a witness over it" (Qur'an 5:48).
Islamic economics, unlike its Western counterpart, is a value driven discipline replete with moral values that limits individual's consumption, and imposes significant social and religious responsibilities on individuals as guardian of the natural environment for future generations.
Islamic economics is a value driven discipline. Individual moslem's choices are subordinate to the collective interests of a larger Islamic community. Accordingly, the collectivist social and religious norms of Islam guide the economic behavior of individual moslems.
Islamic economics begins with the abundance of resources and assumes the limited needs of individuals. Accordingly, the problem of scarcity in classical economics is due to unnatural assumption of unlimited needs created by artificial means such as advertising.
Islam imposes legal and moral restrictions on totality of human behavior, including individual's needs. Islam as a comprehensive way of life, embraces the totality of moslem's conducts, including their economic transactions. Individual moslem's freedom is always bounded by his/her social and religious responsibilities.
Moslems are free, but they a responsible to God (Allah) and other moslems for their actions. As a result, freedom and responsibility are the two sides of one coin in Islam. Social and religious responsibilities are the constraints imposed on moslems behavior, including their economic behavior.
Islamic norms of behavior such as justice (Qur'an 5:8), moderation (Qur'an 17:29), charity (Qur'an 57:7), and waste avoidance (Qur'an 7:31) are the restriction that are meant to change the innate selfish nature of man to altruistic and compassionate economic behavior.
Allah (God) said, "Hi men (human)! Serve your God (Allah), who created you and those before you, so that you may have the righteousness" (Qur'an, 2:21).
Allah has created the earth, as a resting place for human, and the sky as canopy. Allah also sends down rain from the cloud, then brings for with it subsistence for you of the fruits. Therefore do not set up rivals to Allah while you know. So for that, read The Holy Qur'an, or learn the Islamic values please.
If some peoples are in doubt to The Holy Qur'an, which Allah have revealed to Allah servant (The Prophet Muhammad, peace be upon him), then Allah challenge them to produce a chapter like it in similar quality, and then call on them witnesses. But, if they do it not, and never shall they do it, then be on them guard against the punishment by Allah.
Convey good news to the peoples who believe, and do good deeds as implementation of the Islamic values, that they shall have heaven. In heaven, whenever they shall be given a portion of them needs. They shall understand, "This is what was given to us before." They shall be given them needs by Allah.
Surely Allah is not ashamed to set forth any parable that of a gnat or anything above that. For the peoples who believe, they know that it is the truth from their God (Allah). They know that The Holy Qur'an is the truth from their God, and they also know that the Islamic values is the truth from their God.
For the peoples who disbelieve, they always say, "What is it that Allah means by this parable." Allah causes many to err by it, and many leads a right by it. But Allah does not cause to err by it, except the transgressors.
The transgressor is any peoples who break the covenant of Allah (the Islamic values), after its confirmation, and cut asunder what Allah has ordered to be joined, and make mischief in the land. This fact can be the evidence, that transgressors are the losers.
Many peoples life in fool, when they do deny Allah. They never understand, that they were dead, and Allah gave they life. Allah will cause they to die, and again bring they to life, then they shall be brought back to Allah, who created for you all that is in the earth. So that, implement the Islamic values please....
Rita L. Atkinson dan kawan-kawan (1993:15) menyatakan, bahwa psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku dan proses mental. Sementara itu, Soerjono Soekanto (1993:44) menyatakan, bahwa perilaku (behavior) adalah cara bertingkah laku tertentu dalam suatu situasi tertentu. Sedangkan berkaitan dengan mental, James P. Chaplin (2000:296) menyatakan, bahwa mental adalah hal-hal yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau yang berasosiasi dengan ketiga hal itu.
Psikologi memiliki beberapa perspektif, yang masing-masing perspektif menawarkan penjelasan yang agak berbeda tentang penyebab individu bertindak sebagaimana yang mereka lakukan. Perspektif dimaksud antara lain: Pertama, perspektif biologi menjelaskan perilaku individu berdasarkan pada peran otak dan proses belajar sel demi sel melalui pembiasaan; Kedua, perspektif fenomena logical menjelaskan perilaku individu berdasarkan pengalaman subyektif yang merupakan pandangan pribadi individu terhadap suatu peristiwa; Ketiga, perspektif psikoanalitik yang dimotori Sigmund Freud menjelaskan perilaku individu berdasarkan kombinasi antara kognisi kesadaran, persepsi, memori, dan insting bilogis; Keempat, perspektif perilaku menjelaskan perilaku individu berdasarkan aktivitas organisme yang dapat dideteksi melalui mekanisme stimulus-respon; Kelima, perspektif koginitif menjelaskan perilaku individu berdasarkan proses mental, seperti: daya ingat, persepsi, penalaran, pemutusan pilihan dan pemecahan masalah.
Sebagaimana ilmu-ilmu lainnya – sesuai dengan perubahan zaman – psikologi mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang tahapannya sebagai berikut: Pertama, pada tahun 1960an psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan pertama. Psikologi ini disebut psikologi behavior, yang kajiannya mengarah pada perilaku; Kedua, pada tahun 1970an psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan kedua. Psikologi ini disebut psikologi analisis, yang kajiannya mengarah pada motif perilaku; Ketiga, pada pertengahan abad ke-20 psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan ketiga. Psikologi ini disebut psikologi humanis, yang kajiannya mengarah pada makna perilaku; Keempat, pada akhir abad ke-20 psikologi yang berkembang dikenal sebagai psikologi angkatan keempat. Psikologi ini disebut psikologi transpersonal, yang kajiannya mengarah pada kearifan perennial (abadi) yang diajarkan agama.
Perkembangan psikologi hingga akhir abad ke-20 memperlihatkan gerakan psikologi yang semakin mengarah pada persinggungannya dengan agama. Ketika psikologi berada pada ranah (wilayah) agama, maka saat itulah psikologi bersentuhan dengan Islam.
Karena sebagaimana diketahui, agama yang diridhai Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) adalah Islam (lihat QS.3:19). Inilah agama yang ditetapkan oleh Allah SWT bagi manusia, sehingga janganlah mati melainkan dalam keadaan muslim atau memeluk Islam (lihat QS.2:132). Meskipun sesungguhnya, tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam, karena sudah jelas jalan yang benar dengan yang salah (lihat QS.2:256). Oleh karena itu perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat yang akan mempelajari Islam (lihat QS.9:122). Sehingga umat manusia dapat menghadapkan dirinya dengan lurus kepada Islam, yang merupakan agama fitrah (asasi) manusia yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia (lihat QS.30:30). Ketahuilah hanya agama yang suci (tidak mempertuhankan selain Allah SWT) yang diridhai oleh Allah SWT (lihat QS.39:3).
"God is Allah, the One and Only. Allah is God, on whom all depend. Allah begets not, and nor begotten; and none is like Allah" (source: The Holy Qur'an 112:1-4).
This declare will being a power (energy) for Palestinians (moslems) to resist and against Israelis (the ultimate evil) violence. This declare also give strong motivation for Palestinian to live and life in "God land" (Palestine). Every moslem in the world had known that Israelis (the ultimate evil) had killed millions Palestinian. This evidence has proved the truth of God said in The Holy Qur'an 2:120 and 114, that Israelis is the ultimate evil in the world.
Palestinians are prayer five times a day, include Friday prayer (one time a week), that make Palestinans have communicated with God. In his or her prayer, Palestinians face toward Mecca (for common direction) to worship God. In verse of The Holy Qur'an (3:19) God states, "The only religion in the sight of God is Islam." Islam is Palestinians religion which give strong motivation against the violence (dark behavior) of Israelis.
Islam is a simple, reasonable, practical religion, and free from priestcraft and the above charge. It is away of life for the social, moral, and transcendental development of humanity. It does not demand of man to surrender his reasoning faculties, nor does it demand a blind faith in obscure and inexplicable mysteries. It teaches the purest form of monotheism and regards polytheism as an unpardonable sin.
We are (moslems) support Palestinians to against the Israelis violence. We are knows about the Israelis violence. We are knows about the Israelis worst. We are knows about the ultimate evil, that is Israelis. Thanks for Palestinians, thanks for your fight.
May 31st 2010, Israeli soldiers attacked a convoy of several ships of humanity, which carry aid (food, medicines, and building materials) for Palestinians in Gaza, which has been blockaded for 3 (three) years by the Nation of Israel. One of the ship of humanity, namely "Marvi Marmara" (700 passengers), attacked Israeli soldiers who fell from a military helicopter. As a result 19 people were killed, and 100 volunteers were wounded. The whole ship is a ship in such convoy unarmed and humanitarian.
This event is proof of barbarity Nation of Israel, which is always done to the nations in the world since 1910, when the Protocol of Zion (Israel's Plan for Mastering the World) has the public known. At present, Israeli savagery is always perceived by the Palestinians, whose land was seized by the Nation of Israel. For those Palestinians who remained in the West Bank (West Bank) and Gaza, the Israeli blockade want to kill them slowly through starvation, disease, and periodic military attacks.
Initially the Nation of Israel, are the slaves of the Pharaoh (King of Egypt). Moses freeing the Nation of Israel from the slavery of Pharaoh, when the Nation of Israel promised to Moses and God to do good on earth. But in the course of history, the Nation of Israel is not willing to do good, even the people of Israel are planning to colonize the whole world and other nations.
Israel's barbarous plan contained in the Protocol of Zion, finally revealed to the public in 1910. The result is a clash between the Nation of Israel with the nations of Europe, particularly Germany. In the 1930s the Nation of Israel seeks to take control of Germany, by establishing the State of Israel in Germany. This is what ultimately makes Adolf Hitler's rage, and finally in 1939, Adolf Hitler attacked the Nation of Israel, and countries that protect the Nation of Israel. This was carried out Adolf Hitler, because the Nation of Israel is also planning the same thing for the German Nation.
Evidence of the truth of Protocol of Zion, and the Nation of Israel plans outrage against European nations, can be viewed in the context of this moment, when the Nation of Israel do barbarity against the Palestinian Nation. This is the outrage Nation of Israel, this is barbarism of nation of slaves. History of the Nation of Israel as a nation of slaves, are genetically has carried all time, and a black stain their behavior.
Daryanto dalam “Kamus Bahasa Indonesia Lengkap” (1997:568) mengidentikkan takhayul dengan khayal, yaitu: angan-angan atau fantasi yang tidak terbukti secara nyata (lihat juga Daryanto, 1997:364). Sementara itu dalam Bahasa Inggris (lihat Echols, 2000:543), “takhayul” disebut “superstitious” atau “superstition”.
Hal menarik dari perkembangan takhayul, adalah penggunaannya oleh sebagian masyarakat untuk acuan hidup. Acuan biasanya dibangun dari legenda, yaitu cerita rakyat yang berkaitan dengan sejarah (Daryanto, 1997:396). Hanya saja aspek sejarah ini sering kali sangat bias kepentingan dan penuh nuansa khayal, sehingga Soerjono Soekanto (1993:236) menyebut legenda atau legend sebagai suatu tradisi historis mengenai orang atau tempat tanpa didukung bukti yang nyata.
Ketika masyarakat dipandang masih kurang tunduk pada legenda, maka para pendukung takhayul tidak segan-segan mengarahkan agar masyarakat menjadikan fabel atau fable sebagai acuan. Soerjono Soekanto (1993:155) menyatakan, bahwa fabel atau fable adalah cerita-cerita yang menjadikan hewan sebagai tokohnya. Sedangkan lebih lengkapnya Daryanto (1997:199) menjelaskan, bahwa fabel adalah cerita pendek berupa dongeng tentang hewan yang menggambarkan watak manusia.
Takhayul semakin canggih ketika mulai dikembangkan mitos atau myth, yang berupa cerita keramat atau dikeramatkan yang menjamin kepatuhan terhadap suatu kepemimpinan (Soekanto, 1993:283). Bila dalam legenda dan fabel anggota masyarakat yang melanggar norma acuan tidak mendapat ancaman sanksi, maka dalam mitos anggota masyarakat yang melanggar norma acuanmendapat ancaman sanksi berupa kutukan dari alam gaib.
Berkaitan dengan takhayul (keyakinan yang bersifat takhayul) Allah s.w.t. menyatakan, “Mereka tidak lain hanyalah menurutkan persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah membuat kebohongan belaka” (QS.6:116).
Oleh karena itu Allah s.w.t. berpesan, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran” (QS.3:190).
Samuel P. Huntington (1992) said, that the fundamental source of conflict in this new world will not be primarily ideological or primarily economic. The great divisions among humankind and the dominating source of conflict will be cultural. Nation states will remain the most powerful actors in world affairs, but the principal conflicts of global politics will occur between nations and groups of different civilizations. The clash of civilizations will dominate global politics. The fault lines between civilizations will be the battle lines of the future.
To support Samuel P. Huntington, Daniel Benjamin and Steven Simon (2002) said, that Islamic discourse dominates societies, the airwaves, and thinking about the world. Islamic values have proliferated throughout the world. Bookstores are dominated by works with Islamic themes. The demand for sharia (Islamic law), the belief that Islam is the answer to all problems, and the fact that the West government hate Islam and moslem dominate public discussion.
Million peoples think that to live an Islamic life is a balanced way of living, and respect of human right. They know, that God created all the human with what is called a "fitrah" (the inherent behavior), which include to protect and help the people who are crying to God from oppressors. Million peoples know, that one day human shall die and return to God.
God (Allah) said, "You desire the good of this world, but Allah desires for you the hereafter, and Allah is Almighty and All Wise" (Qur'an, 8:67).
God said too, "O mankind! God created you from a single soul, become male and female, and made you into nations and tribes, so that you may come to know one another. Truly the most honored of you in God's sight is the greatest of you in piety. God is All-Knowing and All-Aware" (Qur'an, 49:13).
In the wealth context, many peoples know, that God who provided wealth to the person, made a portion of it for the poor, so the poor have a right over one's wealth. Love of wealth is natural, and it takes firm belief in God for a person to part with some of his wealth. The whole concept of wealth is considered in Islamic values as a gift from God. The true owner of things is not man, but God.
God said, "You who believe! Give of the good things which you have honourably earned, and the fruits of the earth, which God have produced for you" (Qur'an, 2:267).
In Islamic values, a person must give, provide, or supply the other people of the good things, which he have honourably earned. Giving charity to those who deserve it is part of moslems character. Giving charity is considered to purify one's heart of greed. It is an obligation for those who have received their wealth from God, to respond to those members of the community in need. Islamic values emphasizes feeding the hungry, clothing the naked, and helping those who are need.
Moslem peoples in Afghanistan, Iraq, and Palestine need help from the other moslems. They have oppressed by USA, NATO, and Israel military. God calls on those who obey God to stand up for the rights of the oppressed. Islamic fighters in Afghanistan, Iraq, and Palestine want to protect and help the peoples from oppress by military of USA, NATO, and Israel.
God said, "And why should you not fight in the cause of Allah and of the feeble among man, and of the women and the children who are crying, "Our Lord (Allah)! Rescue us on this town whose people are oppressors, and raise for us from Thee One (Allah) who will protect, and raise for us from Thee One who will help!" (Qur'an, 4:75).
In Afghanistan, Iraq, and Palestine this God said (Qur'an, 4:75) is very urgent. Based on this verse, Islamic fighters in Afghanistan, Iraq, and Palestine want to protect and help the peoples who crying to God, from oppress by military of USA, NATO (North Atlantic Treaty Organization), and Israel.
Islamic fighters in Afghanistan, Iraq, and Palestine have the process by which and individual's attitudes, belief, and behaviors are influenced by Islamic values. As a result, in Afghanistan, Iraq, and Palestine, million peoples in the world can see Islamic civilization (as angel force) face to face with West civilization (as evil force).
Setiap muslim di Indonesia faham, bahwa Pancasila adalah dasar negara. Substansi Pancasila yang dimuat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar Tahun 1945) memberi dasar konstitusional, agar segenap undang-undang yang berlaku di NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) mengandung muatan yang secara substantif sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Setiap muslim di Indonesia faham, bahwa perumusan Pancasila dalam UUD 1945 mendapat kontribusi dari ulama-ulama Indonesia ternama di era 1945. Para ulama Indonesia saat itu menggunakan Al Qur’an dan Al Hadist sebagai acuan dalam memberi kontribusi terbaiknya bagi NKRI. Oleh karena Al Qur’an dan Al Hadist merupakan tata nilai yang berlaku sepanjang masa, maka tentulah Pancasila yang dirumuskan oleh para pendiri NKRI (termasuk para ulama) dimaksudkan agar nilai-nilainya sesuai bagi Bangsa Indonesia pada sepanjang masa.
Oleh karena itu, ketika radikalisasi nampak semakin marak di NKRI dengan maraknya tindak terorisme, maka Pancasila hendaknya digunakan oleh segenap komponen bangsa (pemerintah dan masyarakat) sebagai instrumen deradikalisasi. Pancasila tepat sebagai instrumen deradikalisasi, karena secara ilmiah (filsafat, sosiologi, psikologi, dan psiko-sosial) nilai-nilai Pancasila dapat membentuk mindset Pancasila, yang menolak radikalisasi.
Seorang muslim yang memiliki mindset Pancasila cenderung menolak radikalisasi dalam ranah aqidah, ibadah, muamallah, adab, dan akhlak. Mindset Pancasila mendorong seseorang mengerti, bahwa konsepsi ketuhanan yang dimilikinya boleh jadi berbeda dengan konsepsi ketuhanan orang lain. Perbedaan ini tidak akan menimbulkan konflik, karena tidak ada paksaan dalam konsepsi ketuhanan. Seorang muslim yang memiliki mindset Pancasila mengerti, bahwa perbedaan konsepsi ketuhanan yang ada ternyata memiliki persamaan dalam hal tujuan berketuhanan, yaitu berbakti kepada Tuhan, dan berbuat kebajikan kepada sesama manusia dan lingkungan secara umum (abiotik, biotik, dan cultural).
Berdasarkan pentingnya mindset Pancasila, maka segenap komponen bangsa hendaknya bergandengan tangan dalam melakukan deradikalisasi, yang mewujud dalam bentuk gerakan nasional anti terorisme. Caranya, pemerintah hendaknya berkenan menjadi fasilitator dalam membentuk mindset Pancasila bagi Bangsa Indonesia, melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh agama dan para motivator.
Sudah saatnya ”Pendidikan Pancasila” di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus tidak lagi sekedar memberi informasi yuridis formal, melainkan harus ditambahkan dengan unsur ”Pancasila sebagai pembentuk mindset”. Perubahan format ”Pendidikan Pancasila” di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus akan membentuk mindset Pancasila peserta didiknya (pelajar dan mahasiswa).
Ketika ”Pendidikan Pancasila” berformat mindset telah dijalankan, maka radikalisasi di NKRI dapat terus menerus dikurangi. Dengan demikian NKRI dari hari ke hari akan semakin damai, dan terorisme dapat dikikis habis. Inilah salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam gerakan nasional anti terorisme.
When Jewish and Israeli Government talk about "holocaust" in World War Second in 1939 to 1945, or in NAZI era, indeed that is not true, not truth, or not right. Holocaust is only Jewish and Israeli Government story as an argument to occupied the Palestinians land, and oppressed the Palestinian peoples. Although, NAZI and its activities organized by Germany peoples (Hitler and his friends), not by Palestinian peoples, and not by moslem peoples. Hitler and his friends is Christians.
Holocaust is only his story, and not history. In World War Second, knows that 6 millions Jewish peoples has died, but 54 millions Non Jewish peoples has died. Holocaust is only his (Jewish and Israeli Government) story, because Jewish and Israeli Government had done holocaust to Palestinian peoples from 1920 until now.
Like in NAZI era, now in the Palestinians land, Palestinian peoples are arrested, kept for months or even years in Israeli prison, by Israeli Occupation Soldiers. The present humanitarian disaster in the Palestinians land would be deepened by the ongoing Israeli blockade. Palestinian peoples could not go from this oppress, and then they have deep poverty, disease, and malnutrition.
Meanwhile, in Jewish settlements in and around the West Bank town of Hebron, Jewish settlers were seen dancing in an apparent expression of joy the tragedy in Palestinians land. Jewish settlers in Hebron wielding automatic rifles attacked Palestinian peoples, and vandalized Palestinian properties, in full view of Israeli Occupation Soldiers, who looked on passively. Moslem peoples all over the world knows, that Jewish settlers and Israeli Government are bunch of criminals, who are committing all sorts of crimes against humanity.
In Palestinians land, innocent civilian of Palestinian peoples were dying by Israeli Occupation Soldiers. Bakeries were stopping making bread, and the hospitals were cold as electricity generators stopped due to fuel shortages. Yet, USA Government, under the influence of Jewish lobby (who has occupied USA and USA peoples), always veto an UN Security Council condemning such crimes.
Palestinian Moslem Fighters said, "Put your trust in Allah (God), not in the UN or other disbelieving entities. Allah had said, "Certainly, the help of Allah is near!" Look The Holy Qur'an 2:214 please!" Then, moslem peoples in the world responded this fight and faith. They have done something, against occupied and oppressed by Israeli Government (who supported by USA Government) in Palestinians land. Moslem peoples in the world have done something, that is: pray, boycott, and support Palestinian Moslem Fighters.
Moslem peoples in the world boycott all "made in Israel" and "made in USA", to protest what is happening to the Palestinian peoples in the Palestinians land. It is the only way, that moslem knows to share the hurt, that the Palestinian peoples are suffering. Moslem peoples in the world have conscience to help Palestinian peoples, to bring Israeli Government oppression there to an end, and make concerted effort to inform the whole world about their plight, until there is no more oppression.
Moslem peoples all over the world should pray to Almighty, Allah, for God mercy for Palestinian peoples. May Allah see them through as they fight (in faith) for their right and freedom. Moslem peoples appeal for every moslem to pray for those moslem fighters in Palestinians land, who killed by Israeli Occupation Soldiers, and its brutal zionist army (like NAZI special force).
This action plus boycott all "made in Israel" and "made in USA", at least moslem peoples do for the Palestinian peoples, who are suffering under Israeli Government (like Hitler Government), who supported by USA Government. Moslem peoples all over the world pray for Palestinian, and hope that Allah will help Palestinian peoples.
For new conscience: Now, moslem peoples all over the world know that holocaust is not true, not truth, not right, and not history. Holocaust is only Jewish and Israeli Government story. Holocaust is only his - story.
Jewish and Israeli Government has forgotten that they are only human. As human Jewish and Israeli Government must do best as human. But now, Jewish and Israeli Government has claimed that they are evil. As evil Jewish and Israeli Government destroy many village and city in Palestinian land, kill million Palestinians, and occupied the Palestinian land.
As a human, peoples must be knows, that the human body resembles a huge factory made up of many small machines that work together in perfect harmony. But most people do not think about how these basic actions take place. Just as all factories have a designer, an engineer, and a planner; the human body has an Exalted Creator.
For examples, when food is received into the stomach, the ability of the gastric juices to break down food is effectuated as a result of series of chemical change. During the secretion of this dissolving acid, the stomach wall simultaneously have to produce the secretion called "mucus". The acid in the stomach would destroy the stomach. Therefore, in order for life to continue, the stomach must secrete both fluids, acid and mucus, at the same time. Furthermore, an Exalted Creator of the human body (and the universe) is God (Allah).
God said, "O mankind, God have created you from a male and female, and have made you into nations and tribes, for you to know one another. Truly, the noblest of you with God is the most pious. Truly, God is All Knowing, and All Aware" (QS.49:13).
The Prophet Muhammad (peace be upon him) said, "O peoples! Your God is One, and your forefather (Adam) is one. An Arab is not better than a non Arab, and a non Arab is not better than an Arab. A red (i.e. white tinged with red) person is not better than a black person, and a black person is not better than a red person, except in piety."
“Tidak ada asap, kalau tidak ada api”, begitulah kata pepatah. Hal inilah yang hendaknya disadari ketika memahami “Kasus HKBP Bekasi”.
Seperti diketahui, Minggu tanggal 12 September 2010 sekitar pukul 09.05 WIB, Hasian Lumbantoruan Sihombing, anggota majelis HKBP Pondok Timur Indah, Bekasi ditusuk oleh orang tidak dikenal. Peristiwa tersebut terjadi di sekitar daerah Ciketing, Mustika Jaya, Bekasi. Pelaku berboncengan mengendarai sepeda motor lalu menusukkan senjata tajam ke tubuh Hasian Lumbantoruan Sihombing. Akibatnya, Hasian Lumbantoruan Sihombing harus dirawat di Rumah Sakit Mitra Bekasi.
Sesungguhnya peristiwa buruk di Hari Minggu tersebut dapat dicegah, bila Jemaat HKBP berkenan mengikuti imbauan Kapolres Bekasi. Sebagaimana diketahui Kapolres Bekasi telah mengirimkan surat imbauan kepada jemaat Gereja HKBP Pondok Timur Indah, Mustikajaya, Bekasi, untuk tidak beribadah di lokasi sengketa antara Jemaat HKBP dengan warga setempat.
Surat Kapolres Bekasi dikirimkan sekitar tiga hari sebelum Idul Fitri 2010. Surat ini bukan tanpa alasan, melainkan karena diketahui adanya potensi gangguan keamanan. Potensi ini muncul disebabkan adanya penolakan dari warga sekitar terhadap penggunaan tanah di lokasi tersebut sebagai lokasi peribadatan HKBP.
Oleh karena itu Mabes Polri membantah pernyataan beberapa pihak yang menyebutkan bahwa jajaran Polri lalai melindungi Jemaat HKBP Bekasi. Polri mengaku telah menyiapkan sejumlah petugas untuk mengawal jemaat saat kebaktian. Setiap kebaktian Jemaat HKBP di lokasi ini, Polres Bekasi selalu memberikan pengawalan. Tindakan ini dilakukan, karena Polisi mengetahui potensi kerawanan.
Pepatah “Tidak ada asap, kalau tidak ada api” ternyata masih relevan, bila dilakukan penelusuran terhadap penyebab awal ketegangan antara jemaat HKBP Pondok Timur Indah, Ciketing, Bekasi dengan warga setempat.
Sebagaimana diketahui warga setempat berkeberatan di lokasi tersebut didirikan Gereja HKBP, karena wilayah tersebut dihuni warga yang sebagian besar beragama Islam. Hal ini relevan dengan pernyataan kuasa hukum salah satu Jemaat HKBP, Saor Siagian, dalam perbincangan dengan Viva News, setelah terjadi peristiwa penusukan terhadap Hasian Lumbantoruan Sihombing. Saor Siagian menyatakan, "Memang ijin penggunaan tanah di Ceketing untuk dijadikan tempat ibadah bagi jemaat HKBP masih dalam proses."
Oleh karena warga setempat menentang pendirian Gereja HKBP di lokasi tersebut, maka sudah empat kali rencana pembangunan Gereja HKBP gagal. Pernah sebelumnya di lokasi tersebut didirikan bangunan untuk beribadah oleh Jemaat HKBP, namun dirobohkan oleh warga setempat. Namun Jemaat HKBP tetap bertahan dengan beribadah di tanah kosong tersebut.
Lokasi sengketa antara Jemaat HKBP dengan warga setempat berkaitan dengan penggunaan tanah kosong seluas 2.000 meter persegi untuk tempat beribadah Jemaat HKBP. Tanah ini diapit oleh rumah warga di kiri dan kanan. Di sebelah kanan lahan terdapat rumah sederhana yang dilengkapi mushala kecil. Adapun di sebelah kiri berdiri dua rumah sederhana. Sekitar 400 meter dari tanah tersebut atau di Jalan Asem Raya terdapat Masjid Jamie Al Mughniyah yang sehari-hari digunakan warga setempat untuk beribadah.
Sesungguhnya peristiwa itu berawal saat pemerintah Kota Bekasi menyegel Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pondok Timur Indah (PTI) yang beralamat di Jalan Puyu Raya No 14 RW 15, Perumahan PTI, Kelurahan/ Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi pada 21 Juni 2010. Pemerintah setempat melalui Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (P2B) Kota Bekasi menyegel rumah yang dijadikan gereja oleh sekitar 300 orang. Penyegelan itu dilakukan karena keberadaan gereja menyalahi peruntukan bangunan.
Sekitar bulan Juli 2010, Jemaat HKBP mencari lokasi baru untuk melakukan peribadahan, yakni sebidang tanah seluas 2.000 meter persegi di Kampung Ciketing Asem, RT.03/RW.03, Mustika Jaya, Bekasi. Tetapi warga setempat berkeberatan atas penggunaan tanah tersebut sebagai tempat ibadah Jemaat HKBP.
Demikianlah konflik yang terjadi antara warga sekitar dengan Jemaat HKBP Mustika Jaya, Bekasi. Kondisi ini mendorong penelusuran terhadap peraturan pendirian tempat ibadah.
Sesungguhnya peraturan dibuat untuk mengkondisikan semua berjalan pada relnya masing-masing, atau agar semua pihak dan semua kepentingan dapat diperlakukan dengan adil, yaitu proporsional dan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, semua pihak hendaknya dengan senang hati menjalani peraturan tersebut.
Dalam ”Kasus HKBP Bekasi” ternyata diketahui bahwa pihak Jemaat HKBP Bekasi kurang memperhatikan peraturan tentang pendirian tempat ibadah. Akibatnya warga setempat resah, karena Jemaat HKBP menggunakan rumah tinggal di Jalan Puyu Raya No 14 RW 15, Perumahan PTI, Kelurahan/ Kecamatan Mustika Jaya, Bekasi untuk Gereja HKBP. Kondisi inilah yang kemudian mengundang Pemkot Bekasi untuk melakukan penyegelan, karena penggunaan bangunan tidak sesuai dengan peraturan yang ada tentang peruntukkan bangunan.
Selanjutnya Jemaat HKBP ingin terus melakukan kegiatan keagamaannya di wilayah tersebut, meskipun menggunakan tanah kosong di di Kampung Ciketing Asem, RT.03/RW.03, Mustika Jaya, Bekasi. Akibatnya, hal ini kembali memicu warga setempat untuk memprotes penggunaan tanah tersebut sebagai tempat ibadah Jemaat HKBP.
Tidak salah memang menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing karena itu telah diatur Undang-Undang Dasar. Namun dalam menjalankan hak ini hendaklah tidak sampai melangkahi peraturan yang lainnya tentang syarat berdirinya tempat ibadah.
Pelanggaran terhadap peraturan pendirian tempat ibadah merupakan upaya menikmati hak dengan mengganggu hak orang lain, dan merusak tatanan harmoni yang sedang diperjuangkan. Alangkah bijaksananya (tidak memicu konflik), bila sementara ijin pendirian rumah ibadah belum turun, Jemaat HKBP Mustika Jaya, Bekasi bergabung dengan jemaat gereja di tempat yang lain untuk beribadah.
Jika peraturan tentang pendirian tempat ibadah diperhatikan dengan sungguh-sungguh, maka tidak akan ada pihak yang akan merasa terganggu. Hal ini dibuktikan dengan adanya ribuan gereja di Indonesia, yang berdiri dengan aman dan dapat melakukan aktivitas sebaik-baiknya.
Oleh karena itu, patut diduga trend informasi saat ini memperlihatkan adanya sebuah gerakan sistematis, yang berupaya membangun opini menyesatkan dengan menyatakan, bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama. Opini sesat ini kemudian disertai dengan pernyataan bahwa pluralisme di Indonesia terancam.
Kenyataannya tidaklah seperti itu, menurut Kepala Badan Litbang Departemen Agama, Atho Mudzhar pertumbuhan tempat ibadah yang terjadi sejak 1977 hingga 2004 justru meningkat. Pertumbuhan rumah ibadah Kristen justru lebih besar dibandingkan dengan masjid. Rumah ibadah umat Islam, pada periode itu meningkat 64,22 persen, Kristen Protestan 131,38 persen, Kristen Katolik meningkat hingga 152 persen (lihat Republika, 18 Februari 2006)
Laporan Majalah Time juga berbicara hal senada, dalam tulisan yang berjudul ”Christianity’s Surge in Indonesia” (http://www.time.com). Majalah ini menunjukkan adanya gelora peribadahan pemeluk Kristen di Indonesia. Dalam laporan yang ditulis Hannach Beech (26 April 2010) itu gelora pertumbuhan kristen di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ledakan penganut kristen di Asia. Jumlah umat Kristen Asia meledak menjadi 351 juta pengikut pada tahun 2005, naik dari 101 juta di tahun 1970 (merujuk kepada the Pew Forum on Religion and Public Life yang berbasis Washington, D.C.)
Oleh karena itu, sangat keliru ketika ada pihak tertentu yang menyimpulkan, bahwa “Kasus HKBP Bekasi” menunjukkan tidak adanya kebebasan beragama. Sesungguhnya “Kasus HKBP Bekasi” berawal dari adanya upaya membangun gereja dengan cara melanggar peraturan, khususnya peraturan pendirian tempat ibadah. Misalnya, membangun gereja di tempat pemukiman yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Fakta-fakta seperti ini sering tidak diungkap sehingga memperkuat pemahaman, bahwa memang ada upaya beberapa pihak untuk membangun opini bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama. Isu pembangunan gereja ini kemudian dipolitisasi oleh kelompok-kelompok liberal untuk mengkampanyekan ide sesat mereka tentang pluralisme, yang telah difatwakan sebagai sesuatu yang haram oleh Majelis Ulama Indonesia.
Alasan melindungi pluralisme inilah yang digunakan untuk membenarkan kelompok-kelompok sesat yang menyimpang dari Islam. Penyesatan kemudian berlanjut, dengan menyatakan beberapa organisasi massa Islam sebagai orgainsasi radikal, dan karenanya dituntut untuk dibubarkan. Alasan menjaga pluralisme juga digunakan untuk membenarkan pembangunan tempat ibadah tanpa izin, yang berpotensi menimbulkan konflik dengan warga sekitar. Pluralisme juga digunakan oleh pihak tertentu untuk membenarkan kegiatan pemurtadan, sehingga menimbulkan resistensi Umat Islam.
Opini sesat, bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama, kemudian oleh pihak tertentu ditambah lagi dengan opini “minoritas ditindas mayoritas”. Padahal dalam perspektif kolektif terlihat kondisi sebaliknya, di mana pihak mayoritas justru menjadi korban marginalisasi oleh pihak minoritas. Oleh karena itu, yang terjadi bukanlah “diktator mayoritas”, melainkan “tirani minoritas”.
Oleh karena itu, harmoni sosial dapat terwujud, jika segenap pihak bersedia mengikuti peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006, yang merupakan hasil kompromi majelis-majelis agama yang ada di Indonesia. Peraturan Bersama ini pada Bab IV khusus mengatur tentang ”Pendirian Rumah Ibadat”, dan dimuat dalam Pasal 13 sampai dengan Pasal 17.
Peraturan Bersama ini mengatur, bahwa pendirian rumah ibadah didasarkan pada keperluan nyata, dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa. Pendirian rumah ibadah dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/kota atau provinsi.
Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. Selain itu, pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan khusus, yang meliputi: (1) Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang, yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah (desa, kecamatan, atau Kabupaten/Kota); (2) Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa; (3) Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; (4) Rekomendasi tertulis FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) kabupaten/kota.
Rekomendasi FKUB merupakan hasil musyarawah dan mufakat dalam rapat FKUB, yang dituangkan dalam bentuk tertulis.
Permohonan pendirian rumah ibadah diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadah kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) rumah ibadah. Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan pendirian rumah ibadah. Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadah yang telah memiliki IMB, yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.
Peraturan Bersama ini berlaku bagi semua penganut agama di Indonesia. Oleh karena itu, ketika Umat Islam membangun masjid mereka juga tunduk pada Peraturan Bersama ini. Demikian pula penganut agama lain, seperti: Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Dengan demikian, seharusnya Jemaat HKBP juga tunduk pada Peraturan Bersama.
Kondisi ini membuktikan, bahwa tidaklah benar jika ada pihak tertentu yang menyatakan bahwa Peraturan Bersama ini diskriminatif (tidak adil). Sesungguhnya Peraturan Bersama ini telah memuat rasa keadilan, yang tidak adil adalah pihak-pihak yang tidak bersedia tunduk pada peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, tidaklah logis, jika ada pihak yang menuntut Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 dicabut.
Analoginya, sebagai berikut: ”Saat ini ada peraturan tentang lalu lintas, tetapi tetap ada kecelakaan. Apakah kemudian peraturan tentang lalu lintasnya yang dicabut, atau pengendaranya yang didorong untuk mematuhi peraturan tentang lalu lintas? Akal sehat tentu menyatakan, sebaiknya para pengendara didorong untuk mematuhi peraturan tentang lalu lintas, untuk menekan angka kecelakaan di jalan raya.”
Demikian pula halnya dengan pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006. Para penganut agama harus didorong agar mematuhi Peraturan Bersama ini.
Kalau ingin adil, Polri hendaknya melakukan dua pengusutan sekaligus, yaitu:
Pertama, usut tuntas pelaku tindak kriminal penusukan dan aktor intelektualnya, serta bawa mereka ke muka Pengadilan.
Kedua, usut tuntas pelaku tindak pelanggaran Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006 yang memicu konflik dan keresahan serta aktor intelektualnya, kemudian bawa mereka ke muka Pengadilan.
George Ritzer dan Douglas J. Goodman dalam "Modern Sociological Theory" (2003) menjelaskan, bahwa ada kecenderungan masyarakat dunia untuk menganggap sosiologi sebagai fenomena Barat. Padahal sesungguhnya Abdulrahman Ibnu Khaldun (1332-1400) telah sejak lama mengajarkan ilmu tentang masyarakat kepada para mahasiswa atau santrinya di Universitas Al Azhar, Mesir, yang merupakan universitas tertua di dunia. Barulah kemudian pada tahun 1842 Auguste Comte (1798-1857) memberi nama bagi ilmu tentang masyarakat ini dengan sebutan "sosiologi". Pendapat yang senada sebelumnya telah disampaikan oleh Bjorn Eriksson (1993), bahkan dengan tegas Bjorn Eriksson menolak sebutan "Bapak Sosiologi" bagi Auguste Comte. Bagi seorang muslim sebenarnya tidaklah terlalu penting tentang sebutan "Bapak Sosiologi". Seorang muslim lebih mementingkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memperkenankan hadirnya seorang muslim bernama Abdulrahman Ibnu Khaldun, yang memiliki keahlian dalam sosiologi. Dengan demikian setiap muslim perlu memanfaatkan sosiologi dalam menebar nilai-nilai Islam di seluruh dunia, agar setiap manusia berkesempatan menyerap "cahaya" Islam. Agar dunia berkesempatan membangun peradaban Islam, yang memanusiakan manusia.
Saya adalah dosen pada STPN (Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional) yang beralamat di Jalan Tata Bumi Nomor 5 Yogyakarta. Saya juga mengajar (Sosiologi Dakwah) di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin, yang beralamat di Desa Condong Catur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Saya juga pernah menjadi anggota Tim Ahli Pertanahan dan Pemetaan Kota, Dinas Pertanahan dan Pemetaan Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.
Berdasarkan kompetensi saya, saya berupaya mengembangkan Sosiologi Pertanahan di STPN, dan mengembangkan Sosiologi Dakwah di Pesantren Mahasiswa Takwinul Muballighin.
Saya memiliki seorang istri bernama Rahimah Ipa Lubis yang selalu mendukung kegiatan saya. Saya juga memiliki ayah, Untung Suharjo (almarhum), dan ibu (Sukartini). Selain itu, saya memiliki ayah mertua, Kasim Manan Lubis (almarhum), dan ibu mertua (Nurjani).
Allah SWT telah berpesan dalam QS.4:34, "Arrijaalu qawwaamuunaa 'alan nisaa-i" (laki-laki adalah pemimpin bagi wanita). Pesan ini tidak mengindikasikan diktatoriat seorang laki-laki, melainkan memerintahkan pelaksanaan sebuah tanggung jawab kepada laki-laki. Seorang laki-laki bertanggung- jawab atas semua yang berada dalam tanggungjawabnya. Bila ia sudah menikah, maka ia bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarganya. Oleh karena itu, bila ada seorang istri yang ke luar rumah untuk mencari nafkah dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar suaminya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Demikian pula bila seorang anak ke luar rumah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka perlu dipertanyakan, "Sejauhmana ikhtiar ayahnya, dalam memenuhi kebutuhan keluarga?" Bila jawabannya adalah, "Ikhtiar suami/ayah belum maksimal!" , maka sesungguhnya laki-laki itu (suami/ayah itu) tergolong lak-laki yang dzalim. Ia telah melanggar QS.4:34, ia telah melalaikan tanggungjawabnya. Ia telah menyebabkan terjadinya eksploitasi istri/anak dalam keluarganya. Dengan demikian ia telah merusak tatanan masyarakat, karena gagal menata dan mengelola keluarganya, yang merupakan bagian dari masyarakat.
ABOUT VIETNAM WAR
NIKMATNYA BERISLAM
Allah SWT telah berfirman, bahwa Ia telah menyempurnakan nikmatNya bagi manusia, melalui ridhanya terhadap Agama Islam (lihat QS.5:3). Oleh karena itu umat manusia perlu bersyukur kepada Allah SWT, dengan cara mempelajari, dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, sebagai nilai-nilai utama (ultimate values). Selain itu, dalam rangka melestarikan nilai-nilai Islam, perlu disiapkan sebagian anggota masyarakat untuk mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh (lihat QS.9:122). Dengan demikian umat manusia mendapat kesempatan untuk menghadapkan diri dengan lurus (sebenar-benarnya) kepada Allah SWT (lihat QS.30:30). Hal ini penting karena contains Agama Islam, yang sesuai dengan fitrah (kondisi asasi) manusia. Hal ini terbukti dari substansi aqidahnya yang valid dan reliable, sebagaimana dimuat dalam QS.112:1-4). Aqidah tersebut berisikan komitmen manusia, bahwa: (1) Allah itu Maha Esa; (2) hanya kepada Allah, manusia mengharapkan dan meminta sesuatu; (3) Allah tidak beranak, dan tidak pula diperanakkan; serta (4) tak ada sesuatupun yang setara denganNya.