Bila Umat Islam tidak kritis, maka ia dapat terkecoh oleh tulisan Francis Fukuyama yang berjudul "The End of History and The Last Man" (1992), yang menjelaskan tentang kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal (KDL) terhadap Komunisme dan Sosialis (KS).
Bila Umat Islam tidak kritis, maka ia dapat terkecoh , seolah-olah KS runtuh karena keunggulan nilai-nilai KDL Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. KS runtuh, karena adanya kerapuhan pada nilai-nilai yang diperjuangkan dan dipraktekkan. Uniknya, kerapuhan juga terdapat pada nilai-nilai yang diperjuangkan dan dipraktekkan oleh KDL.
Pertarungan antara KDL dengan KS, adalah seperti pertandingan tinju antara dua orang pengidap busung lapar. Kedua petinju ini akan sama-sama jatuh karena kelaparan (lapar nilai-nilai utama). Dengan kata lain, kedua petinju ini sama-sama rapuh (kerapuhan konsepsi), dan tak layak bertinju (berkompetisi).
Petinju yang satu (KDL) mengklaim telah berhasil merobohkan petinju yang lainnya (KS). Padahal petinju ini (KS) roboh karena kelaparan, bukan karena ditinju oleh lawannya (KDL). Kemudian petinju yang mengklaim diri sebagai pemenang (KDL) jatuh setelah diumumkan sebagai pemenang, juga karena kelaparan.
Jadi KDL dan KS sama-sama jatuh, karena kelaparan (lapar nilai-nilai utama), bukan karena saling menjatuhkan. Jadi, tidak ada hebatnya KDL (Kapitalisme dan Demokrasi Liberal)!
Sesungguhnya KDL identik dengan tradisi jahiliah, ketika nilai-nilai Islam belum dikenal oleh manusia. Bukankah konsepsi pengagungan pemilik modal, pendzaliman manusia yang satu terhadap manusia yang lain, perekonomian ribawi, voting dalam menetapkan jalan kesesatan, perzinahan, penuhanan manusia oleh manusia, dan bentuk-bentuk kesesatan lainnya telah ada sejak dahulu (zaman jahiliah). Jadi, tidak ada hebatnya KDL (Kapitalisme dan Demokrasi Liberal)?
Oleh karena itu Allah SWT berfirman, "Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya, dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan" (QS.2:141).
Berdasarkan firman Allah SWT ini diketahui, bahwa umat yang menerapkan nilai-nilai Islam adalah umat masa kini. Sedangkan umat yang tidak bersedia menerapkan nilai-nilai Islam adalah umat masa lalu.
Bila pada masa kini ada umat (masyarakat) yang tidak bersedia menerapkan nilai-nilai Islam, maka ia adalah umat masa lalu yang hidup di masa kini. Ia bukanlah umat masa kini yang sebenarnya, karena nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai masa lalu.
Umat masa lalu ini gagal memahami aqidah, tidak bersedia beribadah kepada Allah SWT, rusak dalam menata muamallah, tidak memiliki adab, hingga guncanglah akhlaknya. Hal ini disebabkan mereka menolak nilai-nilai Islam, yang tertuang dalam Al Qur'an dan Al Hadist.
Bila Umat Islam tidak kritis, maka ia dapat terkecoh , seolah-olah KS runtuh karena keunggulan nilai-nilai KDL Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. KS runtuh, karena adanya kerapuhan pada nilai-nilai yang diperjuangkan dan dipraktekkan. Uniknya, kerapuhan juga terdapat pada nilai-nilai yang diperjuangkan dan dipraktekkan oleh KDL.
Pertarungan antara KDL dengan KS, adalah seperti pertandingan tinju antara dua orang pengidap busung lapar. Kedua petinju ini akan sama-sama jatuh karena kelaparan (lapar nilai-nilai utama). Dengan kata lain, kedua petinju ini sama-sama rapuh (kerapuhan konsepsi), dan tak layak bertinju (berkompetisi).
Petinju yang satu (KDL) mengklaim telah berhasil merobohkan petinju yang lainnya (KS). Padahal petinju ini (KS) roboh karena kelaparan, bukan karena ditinju oleh lawannya (KDL). Kemudian petinju yang mengklaim diri sebagai pemenang (KDL) jatuh setelah diumumkan sebagai pemenang, juga karena kelaparan.
Jadi KDL dan KS sama-sama jatuh, karena kelaparan (lapar nilai-nilai utama), bukan karena saling menjatuhkan. Jadi, tidak ada hebatnya KDL (Kapitalisme dan Demokrasi Liberal)!
Sesungguhnya KDL identik dengan tradisi jahiliah, ketika nilai-nilai Islam belum dikenal oleh manusia. Bukankah konsepsi pengagungan pemilik modal, pendzaliman manusia yang satu terhadap manusia yang lain, perekonomian ribawi, voting dalam menetapkan jalan kesesatan, perzinahan, penuhanan manusia oleh manusia, dan bentuk-bentuk kesesatan lainnya telah ada sejak dahulu (zaman jahiliah). Jadi, tidak ada hebatnya KDL (Kapitalisme dan Demokrasi Liberal)?
Oleh karena itu Allah SWT berfirman, "Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya, dan bagimu apa yang kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan" (QS.2:141).
Berdasarkan firman Allah SWT ini diketahui, bahwa umat yang menerapkan nilai-nilai Islam adalah umat masa kini. Sedangkan umat yang tidak bersedia menerapkan nilai-nilai Islam adalah umat masa lalu.
Bila pada masa kini ada umat (masyarakat) yang tidak bersedia menerapkan nilai-nilai Islam, maka ia adalah umat masa lalu yang hidup di masa kini. Ia bukanlah umat masa kini yang sebenarnya, karena nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai masa lalu.
Umat masa lalu ini gagal memahami aqidah, tidak bersedia beribadah kepada Allah SWT, rusak dalam menata muamallah, tidak memiliki adab, hingga guncanglah akhlaknya. Hal ini disebabkan mereka menolak nilai-nilai Islam, yang tertuang dalam Al Qur'an dan Al Hadist.